Mohon tunggu...
Reza Allifia Annaz
Reza Allifia Annaz Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswi

Machiato

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Minusya Kepekaan Lingkungan, Sikap Hedonisme Masyarakat Perkotaan

5 Juni 2020   00:23 Diperbarui: 5 Juni 2020   00:26 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat modern cenderung memiliki sikap hedonisme atau yang lebih kerap disebut 'hedon' terutama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan. 

Kota besar di Indonesia mempunyai perilaku hedonis dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memandang kesenangan sebagai tujuan pokok kehidupan. 

Hedonisme merupakan cara pandang dalam menilai kebahagiaan yang hanya akan didapat melalui kesenangan sebanyak mungkin. Saat ini, orientasi makna dari hedonisme sendiri mulai bergeser, hedonisme menjadi bentuk perilaku konsumtif yang memiliki dampak buruk termasuk dampak bagi lingkungan. Sikap hedonisme melekat baik pada generasi melenial maupun generasi old melihat gaya hidup 'hedon' terkesan begitu menyilaukan.

Gaya hidup masyarakat perkotaan terkesan "Hura-Hura Oriented" sebagai salah satu fenomena kesenangan sesaat untuk mencari kenikmatan dari kejenuhan dunia kerja. Kenikmatan yang dicari berupa terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan dimana hal tersebut tidak bisa lepas dari lingkungan. 

Sandang manusia seperti konsumsi pakaian berlebih padahal pakaian tidak lepas dari warna tekstil, jika pabrik pakaian membuang limbah ke sungai tanpa sadar manusia ikut dalam proses pencemaran lingkungan. 

Sikap hedonis yang menginginkan semua barang bermerek dan memiliki kualitas tinggi seperti tas kulit, sepatu kulit, dan lain sebagainya padahal dengan jelas akan merusak ekosistem mahluk hidup. Apalagi tingkat hedonis masyarakat dengan membeli ditempat seperti mall, alhasil banyak mall didirikan di perkotaan yang menyebabkan pembebasan lahan hijau.

Terlepas dari sandang yang menjadi kebutuhan manusia, ada pangan dimana menjadi pokok bagi kelangsungan hidup masyarakat. Produksi pangan telah merusak lingkungan, manusia telah menggunakan banyak tanah baik untuk tanaman maupun ternak, pemupukan terlalu banyak bahkan mengairi terlalu luas. 

Populasi manusia terus berkembang, seharusnya mampu memikirkan ulang tentang cara memproduksi makanan dengan teknik yang tidak merusak bumi. 

Sikap hedonis masyarakat perkotaan tidak akan sempat memikirkan hal tersebut karena cenderung hanya memikirkan kerja dan bagaimana mencari kesenangan di waktu luang. 

Padahal kerusakan alam disebabkan karena melampaui batasan lingkungan. Mulai dari meluapnya pupuk berbasis nitrogen yang mampu merembes ke air tentu akan menjadikan zona mati dan membunuh populasi dan kehidupan biota air. 

Teknik pertanian pun melampaui penggunaan air tawar, petani terlalu agresif menggunakan deforestasi untuk membuka lahan baru yang secara tidak langsung berdampak erosi tanah dan hilangnya nutrisi tanah.

Masyarakat perkotaan membentuk kebahagian atas pencapaian kerja dengan membangun rumah sendiri. Kebutuhan papan per orang dengan sibuk membeli lahan, jika dilakukan secara terus menerus otomatis ruang hijau berkurang dan hilangnya resapan air. 

Dapat disimpulkan bahwa penduduk perkotaan kurang berwawasan lingkungan dan tanpa sadar suasana lingkungan semakin tidak terkendali. Sikap hedonis yang tumbuh di masyarakat perkotaan membuat mereka tidak peka terhadap lingkungan. Padahal manusia berdampingan dengan lingkungan, sebenarnya itu juga berlaku untuk masyarakat di pedesaan. 

Semua perilaku manusia selalu berdampak pada lingkungan. Manusia berdampingan dengan lingkungan, keduanya saling berkesinambungan untuk membentuk kehidupan. Kebahagian yang sibuk dicari oleh masyarakat akan lebih bijak jika kebahagian itu tidak membuat alam menjadi rusak melainkan upaya merawat alam.

Faktanya kita sebagai manusia tidak akan bisa hidup dengan lingkungan yang rusak. Lingkungan bisa hidup tanpa ada manusia, namun manusia bisa apa tanpa lingkungan yang mendukung tindakannya. 

Saat ini kota mengalami beragam.masalah lingkungan, mulai dari penggundulan hutan yang mengakibatkan oksigen berkurang, pencemaran udara akibat polusi kendaraan, maupun suhu yang meningkat setiap tahun. 

Padahal kita sangat bergantung dengan alam tetapi menjadi manusia sombong karena tidak peduli dengan kerusakan pada lingkungan yang tak lain disebabkan oleh perilaku diri sendiri. Kita tidak akan mampu berpisah dengan lingkungan. Pada dasarnya manusia.dan lingkungan saling mempengaruhi satu sama lain baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan.

Pola hidup masyarakat perkotaan menjadi momok menyedihkan bagi kerusakan lingkungan. Ketidakpekaan mereka terhadap lingkungan berpengaruh pada mereka namun tetap tidak mengidahkan masalah lingkungan tersebut. 

Perilaku manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup memberi dampak bagi alam maupun kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia itu sendiri. Manusia memiliki keinginan yang begitu luar biasa tetapi bumi tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan yang diperlukan.

Manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan, oleh karena itu manusia menjadi sumber masalah lingkungan. Masalah lingkungan dari dulu sampai sekarang pun mendominasi konflik di seluruh dunia. 

Sebagaimana yang di ungkap oleh Allan Schaiberg bahwasanya kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh kapitalisme dimana kapitalisme menjadi sistem ekonomi saat ini. Wujud kapitalisme ialah pembangunan mall atau kebutuhan masyarakat yang mana untuk memenuhi kehedonan manusia itu sendiri.

Sulit membuat manusia peka terhadap lingkungan, mereka hanya akan sadar ketika sudah terkena bencana. Sikap masyarakat kota yang sudah terlanjur membuat lingkungan tidak terkendali hanya bisa dengan satu cara yaitu pembangunan berkelanjutan. 

Pembangunan berkelanjutan dalam konteks lingkungan merupakan pembangunan yang membutuhkan masa kini tanpa harus mengurangi kemampuan yang memenuhi kebutuhan kehidupan generasi sekarang. 

Fokus pada kelangsungan hidup dengan cara melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem, memanfaatkan sumber daya alam dengan teknologi yang ramah lingkungan, dan memberikan kesempatan kepada sektor yang berkaitan dengan lingkungan di setiap daerah. Pada hakikatnya kesadaran manusia terhadap lingkungan akan tumbuh kalau sudah ada yang bergerak terlebih dulu. 

Sosialisasi atau iklan yang dipasang di berbagai media hanya akan berujung sia-sia. Mudah bagi mereka untuk menskip iklan tersebut. Sebagaimana perilaku hedonis, manusia akan lebih mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain apalagi sadar untuk melihat lingkungan.

Kita manusia memang benar untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papan namun tidak mengedepankan sikap hedonisme. Meskipun sikap hedonisme tidak selalu berdampak negatif tetap saja, masyarakat perlu menghilangkan sikap hedonis itu. 

Kita saat ini hidup dengan bergelimang kecanggihan teknologi. Teknologi seharusnya menjadikan manusia mudah mengatasi masalah bukan malah sombong sehingga tidak akrab dengan lingkungan. Teknologi harusnya mampu menjadikan manusia semakin kreatif dan aktif untuk menemukan cara lain yang mengurangi dampak kerusakan lingkungan. 

Upaya memperbaiki lingkungan seperti dengan memproduksi pangan ramah lingkungan melalui pertanian ramah lingkungan, pembangunan dengan konsep berkelanjutan baik pembangunan hotel, rumah, maupun mall. Banyaknya masalah lingkungan ialah kurang pekanya kita terhadap lingkungan. 

Oleh karena itu, sikap seperti 'hedon' diganti orientasinya menjadi hedonis untuk peka lingkungan guna mewujudkan kenikmatan manusia di bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun