Mohon tunggu...
Reza Aditya
Reza Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Undergraduate Journalism Student at UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teknologi Informasi Sebagai Alat Verifikasi Informasi

20 Desember 2024   00:41 Diperbarui: 20 Desember 2024   00:41 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa lalu, sebelum teknologi komunikasi berkembang seperti sekarang, penyebaran informasi sangat bergantung pada media tradisional seperti surat kabar, radio, dan televisi. Orang cenderung mempercayai apa yang mereka dengar atau baca tanpa mempertanyakan kebenarannya. Hoaks sering kali muncul dan menyebar luas, memengaruhi opini publik karena tidak ada cara mudah untuk memverifikasi kebenarannya. Akibatnya, kesalahpahaman dan disinformasi menjadi hal yang umum terjadi. 

Namun, perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah cara kita berinteraksi dengan informasi. Teknologi digital membawa kemudahan dalam mengakses informasi sekaligus memberikan alat untuk memverifikasi kebenarannya. Misalnya, dengan adanya mesin pencari, kita dapat dengan cepat menemukan berbagai sumber untuk dibandingkan. Perkembangan ini membantu masyarakat lebih mandiri dalam mencari kebenaran dan tidak hanya bergantung pada satu sumber informasi saja.

Di era digital, literasi informasi menjadi kunci utama. Literasi ini bukan sekadar kemampuan membaca atau menulis, tetapi mencakup kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang diterima. Dalam mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi, saya belajar bahwa penting bagi setiap individu untuk dapat mengenali ciri-ciri informasi yang valid. Kemampuan ini menjadi semakin relevan karena informasi yang salah, atau bahkan sengaja dimanipulasi, kini lebih mudah tersebar melalui internet. 

Salah satu pelajaran penting dari perkuliahan adalah memahami bagaimana pola penyebaran hoaks terjadi. Hoaks sering kali didesain untuk menarik perhatian, memanfaatkan emosi, dan menyebar secara viral di kalangan masyarakat. Sebelum teknologi modern, hoaks bisa menyebar melalui kabar burung atau desas-desus. Misalnya, di masa lalu orang mungkin dengan mudah percaya pada cerita menakutkan seperti ancaman dari "nenek gayung," yang membuat banyak orang bahkan rela mengirim broadcast pesan ke teman-teman mereka hanya untuk berjaga-jaga. Tetapi sekarang, cerita-cerita seperti itu lebih sering dianggap lucu atau dilewati begitu saja, menunjukkan bagaimana literasi digital masyarakat telah meningkat.

Namun, tidak semua masyarakat memiliki literasi digital yang baik. Salah satu contoh hoaks yang sempat menghebohkan masyarakat terjadi pada awal pandemi COVID-19, ketika beredar informasi palsu bahwa konsumsi bawang putih mentah bisa menyembuhkan infeksi virus corona. Hoaks ini menyebar luas di media sosial dan grup pesan instan, membuat banyak orang mencoba metode tersebut tanpa mencari bukti ilmiah atau konsultasi medis. Padahal, klaim ini tidak didukung oleh penelitian ilmiah dan berpotensi menyesatkan orang sehingga mengabaikan pengobatan medis yang tepat. Selain itu, hoaks lainnya juga muncul dalam bentuk pesan berantai yang mengklaim bahwa minum air hangat setiap 15 menit dapat membunuh virus corona. Hoaks ini menyebar begitu masif sehingga organisasi seperti WHO dan pemerintah harus turun tangan untuk mengedukasi masyarakat tentang fakta sebenarnya.

Teknologi yang sama juga memberikan solusi. Dengan kemajuan alat komunikasi, kita dapat memeriksa kebenaran informasi dengan lebih mudah. Jika mendengar berita yang meragukan, kita bisa mencari sumber asli atau laporan resmi untuk memastikan fakta. Contohnya, membandingkan berita dari beberapa media yang kredibel atau membaca laporan penelitian yang terkait. Teknologi juga membantu meningkatkan akurasi di dunia jurnalistik. Dulu, jurnalis harus mengandalkan wawancara langsung dan dokumen fisik untuk mengumpulkan data. Kini, teknologi memungkinkan mereka mengakses data digital, arsip online, bahkan menggunakan alat verifikasi untuk memastikan keaslian foto atau video. Dengan demikian, berita yang dihasilkan lebih kredibel dan dapat dipercaya oleh pembaca.

Namun, semua alat ini hanya akan efektif jika digunakan dengan bijak. Literasi digital menjadi salah satu fondasi penting yang harus dimiliki oleh masyarakat modern. Tanpa literasi digital, teknologi komunikasi berisiko menjadi sarana penyebaran informasi palsu yang lebih cepat dan luas. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami cara menggunakan teknologi ini dengan tanggung jawab dan kesadaran penuh. Refleksi dari pembelajaran ini membuat saya sadar bahwa teknologi hanyalah alat. Penggunanya memiliki peran besar dalam menentukan apakah alat tersebut digunakan untuk tujuan baik atau sebaliknya.

Selain literasi digital, peran pemerintah dan lembaga pendidikan juga sangat penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. Pemerintah dapat mengadakan kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya hoaks. Di tingkat pendidikan, literasi digital bisa dimasukkan sebagai bagian dari kurikulum untuk membekali generasi muda dengan kemampuan mengenali informasi yang valid. Langkah ini dapat menciptakan masyarakat yang lebih siap menghadapi arus informasi yang semakin deras.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, kita memiliki kesempatan besar untuk menciptakan masyarakat yang lebih kritis dan terinformasi. Namun, peluang ini hanya bisa dimanfaatkan jika kita terus belajar dan mengasah kemampuan dalam menganalisis informasi. Setiap individu memiliki peran untuk menjadi penjaga kebenaran, memastikan bahwa apa yang mereka bagikan dan konsumsi adalah sesuatu yang mendekati fakta. 

Sebagai penutup, saya percaya bahwa teknologi komunikasi telah membawa perubahan besar dalam cara kita berinteraksi dengan informasi. Dari masa ketika hoaks begitu mudah diterima, kini kita berada di era di mana alat untuk memverifikasi informasi tersedia di tangan kita. Tugas kita selanjutnya adalah memanfaatkan kemajuan ini untuk membangun masyarakat yang lebih bijak, kritis, dan bertanggung jawab dalam menghadapi arus informasi yang begitu deras.

Penulis : Reza Aditya Firdaus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun