Barangkali bagi sebagian orang yang tinggal di kota besar sudah tidak asing lagi dengan transportasi berbasis online. Ya tepatnya pada pertengahan 2015 muncul lah aplikasi Go-Jek yang menyediakan jasa online berupa ojek,kirim barang/dokumen sameday,memesan makanan,dan untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Dengan slogan "Aplikasi Karya Anak Bangsa" aplikasi ini telah diunduh sebanyak 10 juta kali di Google Play Store.Â
Memang sebuah aplikasi yang saya rasa mengubah pola hidup seseorang di era modern seperti saat ini. Awal kemunculan aplikasi ini pun diwarnai pro dan kontra,di satu sisi masyarakat ingin mudah dan mobile dalam bertransportasi,namun di lain sisi yaitu pengusaha angkutan umum justru menentangnya dengan dalih mengurangi pendapatannya. Suasana di beberapa kota besar sempat memanas karena adanya gesekan antara pengemudi Go-Jek dengan pengemudi ojek pangkalan atau bahkan angkutan umum. Namun pemerintah kala itu dengan cepat menerbitkan peraturan agar suasana menjadi kondusif kembali.
Pengemudi yang awalnya berjumlah ratusan kini bertumbuh pesat menjadi ribuan,jika di awal kemunculannya ini kita masih bisa melihat pengemudi berjaket hijau ini sangat jarang ditemukan tapi sekarang hampir di tiap sudut kota kita dapat dengan mudah menemukannya. Sebuah pemandangan yang lazim setiap hari.Â
Para pengemudi tersebut terdiri dari berbagai latar belakang ada yang dulunya sebagai ojek pangkalan,buruh pabrik, ibu rumah tangga, pengangguran, dan mungkin mahasiswa yang berusaha mandiri secara finansial untuk membiayai kuliahnya. Karena memang di awal kemunculan aplikasi ini banyak yang ingin bergabung menjadi mitra pengemudi akan menambah pemasukan untuk membiayai hidup di hari esok.
Mereka memiliki kebersamaan dan solidaritas yang sangat kuat sekali,tak jarang ketika kita sedang naik ojek online sesama pengemudi selalu bertegur sama jika berpapasan atau berhenti di sebelah pengemudi lain saat lampu merah meskipun tidak kenal atau bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya. Selain itu ketika ada demo besar-besaran dari pengemudi taksi konvensional di Jakarta beberapa waktu lalu,mereka berusaha untuk tidak melawan dan mementingkan jalan damai untuk menyelesaikan masalah. Meskipun ada beberapa pengemudi ojek online ini yang menjadi korban amukan pengemudi taksi tersebut.Â
Dan yang lebih mengharukan lagi ketika melihat ada pengendara yang mengalami masalah pada kendaraannya tak segan pula pengemudi ojek online membantu untuk menyorong/stut sepeda motor pengendara tersebut ke bengkel terdekat,atau jika kita kehabisan bensin mereka juga tak segan membagi bensinnya kepada kita,dan mungkin jika kita masih ingat dengan bom Sarinah ada seorang pengemudi ojek online yang menolong korban di tengah baku tembak antara aparat dengan teroris. Sungguh tindakan yang sangat mulia sekali. Kini mereka telah menjadi sebuah komunitas sosial di tengah kehidupan kita.Â
Ya mungkin mereka tidak memiliki banyak materi untuk didonasikan untuk bantuan,mereka mengajarkan kepada kita bahwa memberi tidak melulu soal uang dan barang dalam  bersedekah,tetapi senyum,perilaku,attitude,dan bantuan moril juga bisa disebut sebagai sedekah karena memberi manfaat kepada sesama. Di sini tercermin budaya Indonesia yaitu "Gotong Royong" yang saat barangkali sudah jarang kita temukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H