Mohon tunggu...
Reza Bayu Pratama
Reza Bayu Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berisikan tentang opini-opini dan karangan penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sanggar Seni Budaya Hari Ini: Ingin Melestarikan Budaya Kok Bayar Dulu?

11 Desember 2024   14:03 Diperbarui: 11 Desember 2024   19:18 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun jika dipandang, adanya iuran seperti itu, hal ini dirasa kurang berkenan, ditambah dengan narasi pemerintah dan narasi media bahwasanya budaya lokal kita sedang mengalami sebuah krisis, diakibatkan oleh sebuah arus globalisasi yang semakin hari semakin tinggi, maka tak sepatutnya iuran seperti itu ada, karena hal ini akan berdampak buruk, seperti minimnya para pelaku pelestari kesenian budaya karena adanya iuran tersebut. 

Kalau memang urgensinya untuk melestarikan budaya seharusnya tidak perlu ada praktik pemungutan atau iuran pada sebuah sanggar-sanggar pelestari budaya apapun alasannya. Jangan sampai hal tersebut menjadi sebuah penghalang seseorang yang ingin terjun menjadi sebuah pelaku pelestari budaya.

Dalam hal ini peran lebih pemerintah juga sangat diperlukan, pemerintah dapat mengupayakan segala sumber dayanya untuk melestarikan dan memajukan kesenian lokal agar tak tergerus oleh zaman. Melalui peranan dinas kebudayaan atau lembaga sejenisnya seharusnya pemerintah lebih memperdulikan terkait adanya sanggar-sanggar seni budaya, sehingga tidak ada lagi praktik pungutan, iuran, karena mereka yang ingin melestarikan budaya juga berasal dari anak-anak dari rakyat kecil yang mana mencari sesuap nasi pun mereka masih merasa kesulitan. Toh, mereka yang ke sanggar juga semata-mata dengan sukarela meluangkan banyak waktu untuk melestarikan budaya, kenapa malah sanggar pelestari budaya memunguti mereka dengan alasan yang sama?

Komersialisasi dalam budaya memang bagus, tapi untuk hal semacam ini tidak bagus, karena seperti yang kita lihat dan dipaparkan pada paragraf sebelumnya, sekali lagi, kebanyakan para pelaku pelestari budaya, mereka anak-anak yang berasal dari desa, dimana untuk bisa mendapatkan sesuap nasi pun orang tua mereka susah terlebih lagi untuk membayar pungutan yang ada pada sebuah sanggar. 

Mau melestarikan budaya kok bayar dulu. 

Jangan salahkan kami jika budaya kita Indonesia sekarang mudah diklaim oleh negara lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun