Mohon tunggu...
Reza Pahlevi Fajrin
Reza Pahlevi Fajrin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Magister Hukum Universitas Islam Indragiri

.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Membenahi Sistem Peradilan di Indonesia: antara Tantangan dan Harapan

6 November 2024   10:36 Diperbarui: 7 November 2024   12:14 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem peradilan pidana merupakan pilar penting dalam penegakan hukum dan keadilan di sebuah negara. Di Indonesia, sistem ini bertujuan untuk memastikan bahwa pelaku kejahatan mendapatkan hukuman yang setimpal, korban memperoleh keadilan, dan masyarakat dilindungi dari ancaman tindak pidana. Namun, dalam praktiknya, sistem peradilan pidana Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan yang perlu diatasi agar bisa lebih efektif dan adil.

1. Kompleksitas Proses Peradilan

Salah satu permasalahan utama dalam sistem peradilan pidana Indonesia adalah panjangnya proses birokrasi dalam penanganan kasus. Mulai dari tahap penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, hingga peradilan dan eksekusi putusan, setiap tahapan memerlukan waktu yang cukup lama. Sering kali, korban maupun pelaku kejahatan harus menunggu lama untuk mendapatkan kepastian hukum. Proses yang panjang ini tidak hanya menguras energi dan biaya, tetapi juga menimbulkan ketidakpastian serta menurunkan kepercayaan publik terhadap sistem peradilan.

2. Overkapasitas Lembaga Pemasyarakatan

Lapas (lembaga pemasyarakatan) di Indonesia mengalami masalah serius, yaitu overkapasitas. Akibat banyaknya kasus pidana yang berujung pada hukuman penjara, lapas di berbagai daerah menjadi penuh sesak. Kondisi ini mengakibatkan masalah lain, seperti rendahnya tingkat pembinaan terhadap narapidana, sulitnya pengawasan, dan minimnya fasilitas yang memadai. Alih-alih berfungsi sebagai tempat rehabilitasi, lapas justru berpotensi menjadi lingkungan yang memperburuk perilaku narapidana.

3. Korupsi dan Penyalahgunaan Wewenang

Korupsi di lingkungan peradilan adalah masalah yang krusial dan sangat merusak citra hukum di Indonesia. Tindakan korupsi dalam proses peradilan, seperti suap untuk mempercepat atau memperlambat proses hukum, bisa merugikan pihak yang mencari keadilan. Penyalahgunaan wewenang oleh aparat hukum memperburuk kualitas sistem peradilan dan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Hal ini menjadi tantangan besar dalam memastikan bahwa hukum benar-benar tegak tanpa pandang bulu.

4. Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

Perlindungan HAM dalam proses peradilan pidana juga masih menjadi isu penting. Ada beberapa kasus di mana tersangka atau terdakwa mengalami kekerasan atau pemaksaan saat proses penyidikan. Padahal, sebagai bagian dari negara hukum, Indonesia wajib menjamin bahwa hak asasi manusia dihormati dan dilindungi. Proses peradilan yang menjunjung tinggi HAM menjadi kunci untuk menciptakan keadilan substantif.

5. Keterbukaan dan Akuntabilitas

Tuntutan terhadap transparansi dalam proses peradilan semakin kuat. Masyarakat menginginkan adanya akuntabilitas dalam setiap tahapan proses hukum. Keterbukaan informasi dan akses terhadap proses peradilan harus dijamin agar publik dapat mengawasi dan menilai apakah penegakan hukum berjalan sesuai prinsip keadilan. Reformasi dalam bentuk digitalisasi sistem peradilan bisa menjadi salah satu solusi, di mana masyarakat dapat mengakses informasi secara lebih mudah dan transparan.

Harapan dan Reformasi Sistem Peradilan Pidana

Untuk memperbaiki sistem peradilan pidana di Indonesia, beberapa langkah perbaikan bisa dipertimbangkan. Salah satunya adalah mempercepat reformasi di bidang penegakan hukum dan peningkatan profesionalisme aparat hukum. Pelatihan dan pembinaan yang berkelanjutan bagi aparat penegak hukum menjadi kunci untuk menciptakan sistem yang lebih baik. Selain itu, penerapan restorative justice bisa menjadi alternatif untuk mengurangi beban lapas serta memberikan kesempatan bagi pelaku untuk memperbaiki diri di tengah masyarakat.

Selanjutnya, penerapan teknologi informasi dalam sistem peradilan pidana juga harus dioptimalkan. Misalnya, sistem peradilan berbasis elektronik (e-court) dapat mengurangi waktu dan biaya dalam proses hukum, sehingga masyarakat lebih mudah mengakses keadilan.

Kesimpulan

Sistem peradilan pidana di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang perlu segera diatasi. Upaya perbaikan dan reformasi harus dilakukan secara holistik, melibatkan pemerintah, lembaga hukum, dan masyarakat. Dengan komitmen dan langkah konkret, diharapkan sistem peradilan pidana Indonesia dapat menjadi lebih efektif, adil, dan transparan, sehingga mampu mewujudkan keadilan yang sesungguhnya bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun