Mohon tunggu...
Reza Parayogi
Reza Parayogi Mohon Tunggu... Editor - Kontroversi akan selalu ada, bahkan saat oposisi yang menjabat.

Founder Legal.isme

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saling Silang Lintas Generasi: Masa Depan Bangsa di Tangan Siapa?

4 Februari 2021   00:45 Diperbarui: 4 Februari 2021   01:07 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun itu, semua beriringan dengan risikonya masing-masing. Kamu tidak harus seragam dengan orang-orang di sekitarmu, bukankah menjadi lebih beda akan jauh lebih baik? Percayalah, setiap orang dengan jalannya masing-masing, hanya perlu waktu sedikit lagi. Sabar!

Tugasmu kemudian adalah memilih untuk berdiri sebagai orang yang hebat di antara orang-orang bodoh, atau memilih bodoh di antara orang-orang hebat. Oleh karena itu, sejak awal saya tekankan tentang bagaimana memberikan yang terbaik di setiap kesempatan. Kesempatan mungkin akan datang lagi, tapi tidak sehebat sebelumnya. Okay, that's a wrap.

Mari berpindah lokasi syuting, topiknya adalah bagaimana menjadi pelaku satu masa yang baik. Menjadi generasi pelanjut dengan rentetan tanggung jawab penuh terhadap kelangsungan hidup tentu bukan sebuah pilihan, tapi tuntutan. Kamu harus siap divonis minimal memutus rantai kemiskinan keluarga, beserta denda maksimal membayar peluh dan pelikmu. Bukan malah berserah diri dengan kondisi yang ada. Sedikit motivasi untukmu, wahai beban keluarga, Hehe.

Tersinggung dengan fakta jauh lebih sehat untukmu, ketimbang tersungging karena fiksi yang menghibur. Lanjut, bukan hanya kamu yang sedang berjuang keras, arus informasi dan teknologi jauh berkembang pesat, bisa saja menekan langkah mu atau bisa juga membuatmu terpacu untuk tetap bekerja keras, itu tergantung bagaimana kamu memaknai dan menghadapi zaman.

Sejauh ini, terlebih dahulu kamu harus menyadari kerja kerasmu sebenarnya untuk apa, fashion? passion? atau sekadar personal branding? Tidak urus, itu urusanmu wahai.. pilih saja 'beban keluarga atau sampah masyarakat'.

Namun, kalau boleh, saya akan beri kamu tiga pilihan, pertama, kalau kamu tidak mampu untuk bersikap baik, setidaknya kamu mampu bertutur kata yang baik, jika tidak keduanya, minimal penampilanmu harus baik. Intinya, harus ada yang baik untuk sebuah kesan pertama. Yang tidak baik adalah ketika kamu tidak memiliki ketiganya.

Meski sering kali kita mendengar bahwa menilai dari penampilan saja itu tidak baik. Tapi tunggu, jika suatu ketika kamu dipertemukan dengan preman bertubuh kekar dipenuhi tato lengkap dengan bekas jahitan dimana-mana, kesan pertama seperti apa yang kamu rasakan?, sebaliknya, jika kamu bertemu dengan pemuka agama?.

Pesatnya perkembangan teknologi, kamu dan temanmu akhirnya berlomba untuk mengikuti perkembangan zaman, mulai dari gadget, pakaian dengan brand ternama, game, hingga persaingan ketat yang hanya dibatasi durasi 15 detik. Gokil.

Poin yang mau saya tekankan di sini adalah waktumu jangan terbuang sia-sia hanya karena kamu merasa tersaingi, lima atau sepuluh tahun lagi persaingan akan jauh lebih keras, bahkan mungkin kejam, duniamu bukan lagi tentang apa yang sedang viral, memilih untuk terpuruk dikampung atau diperhitungkan karena nilai plus yang kamu punya sepenuhnya ada ditanganmu. Bukan sepenuhnya salah pemerintah mengimpor tenaga kerja asing, tapi tentang kualitas.

Terlalu banyak konten yang tidak penting untuk dianggap trend. Kalian tidak dituntut untuk mencicipi setiap produk terbaru. Tidakkah kamu sadari, ketika satu brand mahal menjadi bahan perlombaan, lalu akhirnya dimiliki oleh kebanyakan orang itu berarti pasaran?.

Maka, yang lebih penting adalah bagaimana kamu menyikapi perkembangan zaman. Jika dikemudian hari kamu akhirnya tidak bertemu dengan jati dirimu, tentu jalan paling baik adalah koreksi diri sejauh mungkin. Sebab, kamu sebenarnya tidak tergerus oleh zaman, kamu hanya digerus media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun