Menjaga lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai upaya. Seperti menjaga kebersihan, tidak melakukan ulah-ulah yang berpotensi merusak lingkungan seperti penebangan liar, pembakaran hutan, hingga pembuangan limbah. Dengan menjaga kelestarian lingkungan, maka secara otomatis juga menjaga keseimbangan ekosistem. Keseimbangan ekosistem berjalan karena adanya daur yang terjadi secara alami, seperti adanya jaring-jaring makanan bahkan interaksi antar makhluk hidup (simbiosis, predasi, kompetisi, dsb). Dapat kita ketahui bahwa makhluk hidup selain manusia yaitu hewan dan tumbuhan yang turut ambil andil dalam membantu menyeimbangkan ekosistem demi kelestarian lingkungan yang semua pihak  damba-dambakan.Â
Salah satu hewan yang banyak membantu dalam upaya melestarikan lingkungan ialah capung. Ya, memang tidak banyak orang yang mengetahui bahwa capung sangat bermanfaat dalam membantu menjaga ekosistem misalnya menjadi predator bagi beberapa hama bahkan sebagai bioindikator kualitas perairan. Namun sayangnya, capung bahkan turut merasakan dampak buruk dari pencemaran lingkungan terutama pencemaran air sehingga mulai mengikis populasi capung yang ada di Indonesia. Dengan hal ini, tentu saja pemberdayaan capung sangat diperlukan demi lestarinya salah satu hewan yang cukup berperan besar dalam kelestarian lingkungan.
Capung sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati memegang peranan penting dalam jaring-jaring makanan yaitu sebagai herbivora, karnivora dan detrivor . Capung juga dijadikan sebagai indikator kualitas ekosistem. Hal ini dikarenakan capung memiliki 2 habitat yaitu air dan udara. Odonata betina dalam melakukan oviposisi memilih habitat perairan yang jernih dan bersih, dikarenakan stadium nimfanya rentan terhadap kualitas air terpolusi. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa jumlah capung berkurang akibat hilangnya sumber air dan buruknya kualitas air yang menjadi habitatnya.Â
Kepunahan capung ialah akibat dari kurangnya konservasi air di Indonesia. Konservasi air dapat dilakukan dengan berbagai upaya. Selain untuk mengatur penyediaan air, konservasi air juga berfungsi untuk menstabilkan kualitas air agar senantiasa dalam kedaan bersih. Salah satu upayanya yakni dengan pembangunan embung atau parit. Embung atau yang sering dikenal dengan parit adalah waduk dengan ukuran mikro yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan dan aliran permukaan air di wilayah sekitarnya di musim hujan untuk dapat menyediakan sumber air yang bersih.
Dalam membuat embung ada syarat lokasi yaitu lokasi pembuatan harus ada di daerah sekitar sawah (lahan pertanian) yang memerlukan pasokan air dan terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa aliran permukaan saat hujan, mata air, parit atau sungai kecil dengan volume air yang memadai. Selain itu, harus mempunyai daerah tangkapan air, agar volume air yang masuk ke embung mencukupi serta terdapat alur atau cekungan tempat melintasnya air yang memudahkan untuk menampungnya. Sehingga embung akan menampung air bersih dan dapat digunakan oleh capung untuk perkembangbiakannya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H