Desa Ngadas, Poncokucumo Kabupaten Malang yang terletak pada area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menjadi salah satu daerah yang menjadi tempat tinggal warga pribumi Suku Tengger
Ngadas, Poncokusumo -- Desa ini dikenal sebagai salah satu wilayah yang unik karena dihuni oleh Suku Tengger yang memiliki keberagaman agama, yaitu Budha, Islam, dan Hindu, namun tetap harmonis berkat adat istiadat yang menjadi pemersatu. Dalam rangka menjalankan kewajiban akademik melalui program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) dengan membawa misi Moderasi Beragama dengan program silaturahmi kepada 3 pemuka agama serta tokoh adat setempat yang dijuluki sebagai Dukun Adat untuk mengetahui toleransi antar umat beragama di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Agenda silaturrahmi yang dilaksanakan selama 4 hari terhitung dari hari Rabu (25/12/2024) hingga hari Sabtu (28/12/2024) dengan pemuka agama Islam, Dukun Adat, pemuka agam Hindu, dan pemuka agama Budha yang bertempat di kediaman tokoh agama dan tokoh adat masing-masing.
Program KKM kali ini mengangkat tema "Moderasi Beragama" yang bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan keberagaman di tengah masyarakat. Dalam implementasi program kerja, para mahasiswa mengadakan silaturahmi dengan tokoh agama dan tokoh adat setempat untuk menggali informasi lebih dalam tentang kehidupan sosial dan keagamaan di Desa Ngadas. Hal ini disebabkan karena isu-isu maupun konflik antar umat beragama yang sering kali terdengar dan terjadi di beberapa tempat di Indonesia tidak terjadi di Desa Ngadas, bahkan topik pembicaraan yang menyinggung perihal agama masing-masing sudah tidak dianggap sebagai hal yang tabu lagi untuk dibicarakan.
Dalam kunjungan tersebut, mahasiswa berkesempatan berdiskusi dengan dukun adat yang menjadi pemimpin tradisional Suku Tengger. Mereka juga bertemu dengan pemuka agama dari berbagai kepercayaan yang ada di desa tersebut. Dari hasil diskusi, terungkap bahwa adat istiadat Tengger memiliki peran signifikan dalam menjaga harmoni antar umat beragama di desa ini. Ritual dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun menjadi sarana untuk memperkuat persatuan, tanpa memandang perbedaan agama yang dianut oleh warganya.
"Masyarakat Desa Ngadas memiliki prinsip gotong royong dan rasa saling menghormati yang kuat. Tradisi adat menjadi landasan penting dalam membangun toleransi di sini," ujar salah satu tokoh adat.
Program ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru kepada mahasiswa tentang pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui program kerja ini, mahasiswa tidak hanya belajar dari masyarakat, tetapi juga berkontribusi untuk memperkuat nilai-nilai kebhinekaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk mendokumentasikan praktik-praktik toleransi yang bisa dijadikan contoh bagi daerah lain. Kedepannya, para mahasiswa berencana untuk menyusun rekomendasi berbasis hasil silaturahmi ini yang akan dipresentasikan kepada masyarakat desa dan universitas sebagai bagian dari laporan KKM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H