Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Sebelumnya, prevalensi stunting di Indonesia menempati peringkat kelima terbesar di dunia.Â
Data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi stunting dalam lingkup nasional sebesar 37,2 persen. Namun, tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting turun 6,4 persen  dari 37,2 persen pada tahun 2013 menjadi 30,8 persen. Akan tetapi, Presiden RI Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Permasalahan atau kasus stunting yang ada di Desa Sukorejo yaitu terdapat 20 kasus stunting pada balita. Dari 20 kasus stunting yang ada per September 2022 semua didominasi dengan kasus tinggi badan balita pendek atau kurang dan sangat pendek.
Salah satu upaya penanggulangan stunting pada anak yaitu memberikan edukasi kepada masyarakat dengan menyelenggarakan penyuluhan dalam rangka meningkatakan pengetahuan dan kesadaran akan penanggulangan stunting serta edukasi dalam pemberian makanan tambahan dengan memanfaatkan bahan makanan yang bersumber daya lokal masyarakat.Â
Dengan melihat permasalahan tersebut, maka pada Program Kreatifitas ini kami terdorong untuk membuat makan pendamping anak dan ibu hamil untuk Desa Sukorejo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Diharapkan dengan adanya program ini dapat membantu dalam upaya pencegahan dan pengurangan angka stunting pada anak.
Untuk mengatasi masalah atau kasus stunting, perlu dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus stunting pada balita. Pelatihan keterampilan kepada masyarakat desa Sukorejo, untuk mengolah bahan pangan sebagai pendamping atau untuk memenuhi gizi pada balita dengan bahan pokok (bahan makanan pendamping). Mengenai pengolahan makanan pendamping dari bahan bubuk daun kelor (Moringa oleifera). Daun kelor ini banyak ditemukan di Desa Sukorejo, yaitu desa tempat dilakukannya kegiatan pengabdian masyarakat.
Melalui sosialisasi yang diadakan pada tanggal 7 Januari 2023 yang dinarasumberi oleh Bapak apt. Imron Wahyu Hidayat, M.Sc beliau menjelaskan mengenai bahaya serta penanggulangan stunting kepada masyarakat. Tidak hanya itu beliau juga menjelaskan mengenai manfaat daun kelor yang memiliki banyak kandungan antara lain protein (28,25%), Beta karoten (Pro-Vitamin A) 11,93 mg, Ca (2241,19) mg, Fe (36,91) mg, Mg (28,03) mg dan salah satu yang paling tinggi dari kandungan tanaman kelor adalah antioksidan terutama pada bagian daunnya.
Proses Pembuatan Simplisia Daun Kelor
- Pengumpulan bahan baku
- Sortasi basah
- Pencucian
- Pengubahan bentuk
- Pengeringan
- Sortasi kering
- Pengepakan
- Penyimpanan
Contoh olahan daun kelor
- Teh daun kelor
- Sayur bening daun kelor
- Sayur urap daun kelor
- Tumis daun kelor
- Telur dadar daun kelor
- Nugget ayam daun kelor
- Es krim daun kelor
- Sego kelor
- Cookies daun kelor
Melalui kegiatan pengabdian masyaratak PPMT UNIMMA Desa Sukorejo, kami memilih untuk membuat cookies daun kelor sebagai makanan pedamping untuk kasus anak stunting dikarenakan cookies sangat mudah dibuat oleh ibu-ibu dirumah serta dengan bahan yang mudah didapatkan. Kami juga menjelaskan resep serta cara pembuatannya pada sosialisasi ini.Â
Resep pembuatan cookies daun kelor
- 125gr mentega
- 140gr gula halus
- 1sdt baking powder
- 1sdt vanili bubuk
- 1 butir telur utuh
- 180gr tepung terigu
- 10gr tepung daun kelor bubuk
- Chocochips secukupnya
Kami harap dengan adanya kegiatan sosialisasi ini dapat membantu masyarakat lebih sadar mengenai bahaya stunting untuk anak-anak dan mengetahui manfaat daun kelor yang baik untuk menjadi makanan pendamping anak anak, serta bisa menjadi ladang usaha bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H