Keluarga adalah unit sosial terkecil yang berperan untuk memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Didalam keluarga anak menerima pendidikan pertama dan paling utama. Karena orang tua memiliki peranan sebagai madrasah pertama bagi anak. Pendidikan diberikan kepada anak dimulai dari pendidikan Agama. Pendidikan agama menjadi poros utama untuk membangun keyakinan terhadap anak terkait kepercayaan dan kepatuhan terhadap sang pencipta. Pendidikan agama yang baik dari orang tua juga akan menciptakan Pembangunan moral yang baik terhadap anak. Selain pendidikan agama orang tua juga dapat mengajarkan cara bergaul yang baik terhadap anak, agar anak dapat melakukan hubungan sosial yang baik dengan orang - orang disekitarnya.
Komunikasi dalam keluarga menjadi poros penting dalam membangun cita - cita yang hendak dicapai dalam sebuah keluarga. Komunikasi antar individu harus berjalan baik satu sama lain. Hubungan komunikasi antara orang tua dengan anak harus berjalan dengan baik. Oleh karena itu orang tua harus mampu mengajarkan pola - pola komunikasi yang baik dalam keluarga. Orang tua juga harus mampu menguasai konsep - konsep pendidikan sebagai landasan pembelajaran yang akan diberikan kepada anak. Dengan hal ini maka cita - cita yang hendak dicapai oleh keluarga akan terwujud.
Komunikasi yang efektif dapat dilihat apabila orang yang mengungkapkan keprihatinan dan problem tahu bahwa pendengarnya memahami pesan yang sedang disampaikan oleh dirinya. Komunikasi yang buruk antar individu dalam keluarga akan menciptakan konflik yang tidak berkesudahan. Konflik tersebut memiliki penyebab yang beragam. Dan konflik yang sering tejadi dalam keluarga akan menyebabkan disharmonisasi dalam hubungan keluarga. Solusi dari semua konflik adalah komunikasi yang baik, penuh pengertian, saling menghargai dan saling menyayangi, serta ingin saling membahagiakan antara anggota keluarga.
Pola Komunikasi Keluarga
Dalam komunikasi, pola adalah suatu sistem cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu, sedangkan komunikasi itu sendiri adalah penyampaian suatu pernyataan kepada orang lain. Oleh karena itu, agar komunikasi dapat tersampaikan sesuai tujuan dan kebutuhan, perlu ada pola untuk bagaimana cara atau usaha untuk menyampaikan. Bentuk, pola, gambaran, atau model juga dikenal dalam berkomunikasi.
Untuk meningkatkan komunikasi, anggota keluarga dan orang lain harus dapat mengenali dan memahami gaya komunikasi satu sama lain. Agar seorang anak berkembang dalam banyak aspek kehidupan kontak antara orang tua dengan anak sangatlah penting.
Untuk perkembangan kepribadian seorang anak, komunikasi antara orang tua dan anak - anak mereka sangat penting. Perkembangan anak dapat dipengaruhi secara positif oleh komunikasi orang tua jika memiliki dampak positif bagi anak. Nada komunikasi orang tua di rumah sangat menentukan bagaimana anak berperilaku.
Komunikasi yang terjalin antara ayah dan ibu juga sangat berpengaruh dalam perkembangan pembentukan karakteristik anak. Maka dari itu orang tua harus sangat berhati- hati dalam menggunakan bahasa dan nada ketika mereka sedang melakukan percakapan didepan anak. Terutama ketika sang anak masih berusia dini. Karena, anak kecil memiliki daya tangkap dan daya ingat yang kuat. Segala ucapan dan perbuatan yang mereka lihat dari orang tuanya akan mereka rekam dalam panca Indera mereka, yang selanjutnya akan mereka tiru pada kemudian hari. Segala hal yang mereka tangkap adalah untuk beradaptasi bagaimana cara mereka menjalani kehidupan. Jika kedua orang tuanya mampu memberikan contoh perilaku dan komunikasi yang baik, maka sang anak akan meniru apa yang orang tuanya contohkan kepadanya untuk di praktikan dalam kehidupan sehari - hari.
Menurut Abu Bakar Iskandar, secara timbal balik, ada dua kekuatan yang dapat digunakan dalam sebuah keluarga untuk mengoptimalkan komunikasi antara orang tua dan anak. Pertama, jenis komunikasi ini dapat digunakan dalam bentuk suasana otoriter, seperti antara orang tua dan anaknya. Karena kedua belah pihak sama - sama berpartisipasi dalam proses komunikasi, skenaro ini disebut sebagai salah satu pihak memonopoli wacana. Sebagai contoh dari pola otoriter adalah orang tua menyampaikan terhadap anak terkait peraturan - peraturan yang berlaku dalam keluarga, yang mana bila dilanggar oleh sang anak maka orang tua akan memberikan tindakan tegas terhadap anak supaya memberikan efek jera terhadap dirinya. Namun tindakan yang diberikan orang tua terhadap anak harus memiliki nilai moral dan pendidikan, tidak boleh ada unsur kekerasan. Yang kedua ada pola demokratis, pola ini dapat dilihat sebagai bentuk komunikasi kelompok kecil yang terjadi antara anak dan kedua orang tuanya (ayah dan ibu), yang memungkinkan anggota keluarga lainnya untuk berpartisipasi seperti saudara sepupu, paman, bibi, dan kakek. Oleh karena itu, area terbuka yang lebih besar dapat menghasilkan kesepakatan melalui yang lebih tebal.
Menurut Ferliana , setiap pola komunikasi sosial dan konseptual antara orang tua dan anak dengan demikian melahirkan empat jenis pola komunikasi keluarga, yaitu;