Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waspadai Acne Shaming, Ketakutan Terbesar Acne Fighter

1 November 2021   10:33 Diperbarui: 1 November 2021   10:36 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Acne Fighter Mendapatkan Perlakuan Acne Shaming. Photo by Facetofeet

"Ih kok jerawatan, enggak pernah bersihin muka kah kamu?"
"Bersihin muka pake air keran enggak bersih pasti ya, makanya gapernah dirawat. Hih jijik deh liat kamu jerawatan kayak gini"
"wah jerawatnya panen nih hehe, mikirin apa sih? Mikirin pacar ya"

Siapa yang selalu digoda-goda dengan omongan disana-sini mengenai jerawat? 

Pastinya kalian merasa jerawat hadir di wajah kita seakan mengganggu penampilan kita bukan? Merasa tidak percaya diri karena adanya bopeng alias bekas jerawat, muka jadi bruntusan, nanah menetes ke permukaan wajah bahkan sampai meradang. 

Begitulah kiranya ilustrasi diatas menggambarkan ketakutan terbesar yang dialami oleh sebagian kaum acne fighter atau pejuang jerawat yang mengatasi jerawat membandel di wajah agar seketika sirna dan ingin glowing seperti sedia kala.

Terkadang permasalahan mengenai jerawat seakan menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang. Memang hal ini normal dialami oleh generasi muda yang mulai puber hingga dewasa kini. Namun, tidak sedikit juga orang-orang yang rentan mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan soal jerawat, sehingga muncul hinaan dan cacian yang menjadikan seseorang kehilangan kepercayaan dirinya. 

Mereka kehilangan sosoknya yang ceria selalu mewarnai hari-harinya yang kelam. Jangankan yang punya permasalahan jerawat, orang yang mukanya kucel aja kadang-kadang mendapatkan perlakuan yang serupa. Niat hati ingin posting foto ataupun story jadi enggak pede karena jerawat tiba-tiba nongol dan tidak jadi post karena malu.

Bahkan saya pun kerapkali mengalami hal seperti ini. Sebagai seorang yang dulunya adalah acne fighter atau pejuang jerawat selalu mendapatkan wejangan terkait cara mengatasi jerawat pakai cara abcde. 

Tapi kembali lagi, soal cara mengatasi jerawat kita kembalikan lagi pada si individunya. Karena soal jerawat muncul dari jenis kulit yang berbeda, kondisi cuaca, dan faktor lainnya sebagai pemicu munculnya jerawat pun berbeda. Jadinya soal cara juga terkadang cocok-cocokkan. Cara si A ternyata manjur dan terbukti ketika diterapkan oleh si B. 

Tapi cara si A sayangnya malah tidak berhasil jika dilakukan sama si C. Memang jenis dan kondisi kulit inilah yang terkadang menjadi salah satu faktor soal kecocokan dalam mengatasi jerawat.

Mungkin kalian selalu dekat dan tidak asing dengan istilah body shaming bukan? 

Body shaming memiliki indikasi bentuk cacian atau mengomentari penampilan fisik ketika tubuh seseorang dianggap tidak sesuai dengan standar tubuh ideal yang seharusnya. Misalnya berkulit putih, mulus, tubuh ideal, punya tubuh kekar dan atletis, punya rahang yang indah, hidung mancung, dan lain-lain. 

Terkadang mereka malah menerima perlakuan yang sebaliknya karena kurang tinggi, kurus, krempeng, gendut, berkulit sawo matang dan whatever banyak hal lain yang selalu dijadikan sebagai bahan gunjingan untuk menyerang pribadinya secara fisik.

Terkadang mereka merasa memiliki standar tersendiri yang harus diikuti baik pria maupun wanita kalau urusan fisik. Sudah pasti seseorang selalu mengejar sebuah kesempurnaan yang ada pada diri setiap insan. 

Tapi, tidak berhenti disitu saja ternyata ada bentuk lain dari perlakuan body shaming yang lebih parah yaitu acne shaming. Kira-kira apa sih acne shaming itu?

Apa itu Acne Shaming?

Acne shaming merupakan bentuk perlakuan berupa ejekan dan cacian yang menyerang pribadinya karena memiliki permasalahan jerawat. Bedanya dengan body shaming adalah kalau acne shaming ini ditujukan kepada orang yang memiliki permasalahan seputar jerawat yaitu acne fighter. 

Perlakuan acne shaming sudah pasti menjurus acne fighter sebagai korbannya secara langsung.

Acne shaming seakan menjadi ketakutan terbesar yang selalu menggerayangi kehidupan acne fighter dalam kesehariannya. Kita tidak akan pernah tahu kalau hanya sepatah kata ucapan yang datang kepadanya bisa berakibat pada mental si korbannya. 

Dalam kesehariannya walaupun sebagian besar wanita yang mengalami perlakuan acne shaming, pria pun juga kerap dituduhkan dalam bentuk acne shaming, karena ketika pria memiliki jerawat maka memicu kadar ketampanannya memudar. 

Mungkin wanita merasa merawat diri bagi pria tidaklah terlalu penting karena skincare kan identik dengan wanita. Cuma ya balik lagi, urusan penampilan sama pentingnya bagi keduanya baik pria maupun wanita. Tidak usah dikotak-kotakkan pakai skincare cukup wanita aja, pria enggak usah ikutan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dunn, Lauren KO'Neill, Jenna LFeldman dan Steven R melansir bahwa permasalahan jerawat dapat mempengaruhi kualitas hidup, kepercayaan diri dan suasana hati pada remaja. 

Tidak heran jika perlakuan yang ditujukan kepada acne fighter dalam bentuk acne shaming juga menjadi indikasi seseorang mengalami depresi bahkan hingga berniat ingin mengakhiri hidupnya hanya karena sepatah kata yang terucap dibibirnya karena cacian itu. 

Sungguh miris rasanya ya Tuhan hanya karena masalah secuil jerawat bisa jadi besar bagi mental seseorang.

Hasil Survei Soal Acne Shaming
Kenyataan pahit yang dihadapi oleh acne fighter diperparah dengan adanya perlakuan yang tidak menyenangkan dalam bentuk acne shaming. Sebuah riset yang dilakukan oleh Himalaya, salah satu brand skincare ternama melakukan jajak pendapat kepada 1000 perempuan sebagai pejuang jerawat atau acne fighter. 

Hasilnya mengejutkan, sebanyak 77 persen perempuan pernah mengalami acne shaming dalam bentuk perlakuan yang berbeda-beda. 58 persen pejuang jerawat menyatakan bahwa mereka pernah mendapatkan komentar yang menyinggung pribadinya secara langsung seperti diejek didepan muka mereka. 

Selanjutnya 38 persen acne fighter mendapatkan perlakuan secara nonverbal dalam bentuk ekspresi wajah yang menunjukkan rasa jijik, tatapan mata sinis, dan diwakili oleh gestur. Yang lebih mengejutkan lagi sebanyak 20 persen pejuang acne fighter menjadi bahan pembicaraan orang karena permasalahan jerawat.

Faktor-faktor yang menjadikan acne shaming merebak ternyata pelakunya adalah orang terdekat dengan persentase terbesar. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Himalaya, salah satu pelaku yang paling dominan dalam melontarkan bentuk acne shaming adalah dari temannya sendiri sebesar 52 persen. 

Jelas banget sih, memang kita tidak bisa menapikkan bahwa teman itu ada yang membawa impact positif ada yang menjerumuskan ke arah toxic friends. Berdasarkan pengalaman pribadi, teman adalah orang yang paling berpengaruh dan selalu melontarkan kata-kata yang tidak pantas soal jerawat.

Dia mengincar teman sebayanya untuk mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan apalagi soal permasalahan jerawat apalagi terhadap temannya sendiri. Bukannya untung punya temen malah jadi toxic. Bukannya didukung eh malah jadi tersinggung. Selain itu 23,3 persen acne shaming dilayangkan langsung dari orang tua dan 23,8 persen mereka dapatkan dari saudara dan keluarga.

Survei ZAP Beauty Index 2020 juga menyebutkan bahwa 42,6 persen acne fighter dari kalangan gen Z menjadi korban dari acne shaming, diikuti oleh kaum millenial sebesar 35,8 persen. 

Menurut Head of Medical and Training ZAP Clinic dr. Dara Ayuningtyas menyatakan alasan Gen Z menjadi korban acne shaming dikarenakan jerawat adalah masalah utama yang dihadapi remaja. 

Beliau mengatakan bahwa pada masa pubertas produksi hormon androgen yang tinggi dapat memicu produksi kelenjar minyak berlebih. Minyak-minyak ini dapat menutup pori-pori kulit wajah dan berpotensi menimbulkan jerawat.

Acne Shaming dan Kesehatan Mental
Kejadian acne shaming inilah yang menjadikan acne fighter memiliki ketakutan terbesar yang terjadi sepanjang hidupnya akibat perundungan yang dituduhkan padanya. Ketika terjadi jerawat, 73 persen acne fighter memiliki rasa tidak percaya diri karena mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan akibat lontaran yang ia tuduhkan. 

Sementara 60 persen acne fighter merasa kurang menarik. Ketika ia memiliki jerawat yang melekat di permukaan wajahnya menimbulkan rasa "aku kurang cantik, karena jerawat mengganggu keseharianku" dan 52 persen mereka merasa malu. Tidak jarang mereka mengurung diri dengan berdalih "aku tidak keluar ya, aku malu punya jerawat. Aku merasa berbeda karena wajahku tidak semulus yang kalian punya"

Jika kejadian ini terus menerus dialami maka akan meninggalkan luka batin yang dalam dan dapat mempengaruhi kesehatan mental yang dialami oleh acne fighter. Depresi, frustasi, memiliki anggapan karena ia dipandang kurang menarik, merasa minder karena perlakuan acne shaming yang ia tuduhkan kepadanya karena kita merasa dituntut untuk menjadi sosok insan yang sempurna dan cantik paripurna. Memang kalau berbicara mengejar kesempurnaan seakan tidak pernah ada habisnya.

Coba kalian bayangkan betapa sakitnya acne fighter mendapatkan ejekan yang tidak sepantasnya diberikan untuknya. Mereka sudah berjuang dan berusaha semampu mereka untuk menghilangkan jerawat di wajah mereka. Mereka cuma butuh satu kata yaitu glowing agar dipandang sefrekuensi dengan teman-temannya. Bukannya mendapat dukungan malah menjatuhkan sesamanya dengan cacian.

Tidak heran kalau mereka berpikiran untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena merasa sudah capek, tidak menghargai usahanya yang sudah ia kerahkan untuk mengatasi jerawat yang menakutkan dan hanya karena adanya jerawat maka standar kecantikan dianggap sudah pudar sehingga mereka mulai perlahan menjauh dari lingkaran pertemanannya

Solusi Keluar dari Jeratan Acne Shaming
Memiliki kulit dan wajah yang bersih, mulus dan glowing adalah dambaan semua insan baik pria maupun wanita. Dengan adanya perlakuan acne shaming ini pastinya membuat seseorang merasa resah dan gelisah. Tidak jarang kedatangan jerawat bisa mengganggu kesehariannya baik sekolah, kuliah, kerja dan beraktivitas. Kira-kira bagaimana pejuang jerawat atau acne fighter bisa keluar dari jeratan perlakuan acne shaming ini. Berikut tipsnya yang bisa kalian coba

1.Kurangi Insecure dengan Bersyukur

Permasalahan utama seorang acne fighter adalah kalau sudah ada jerawat sebiji menempel di wajah mereka mulai merasa "aku memang merasa sudah tidak cantik, cuma karena jerawat sebiji doang nih bikin ganggu". Hey, kamu tidak perlu merasa kalau kamu tidak cantik. Tidak perlu mengais validasi orang lain dan mengabarkan kepada semua orang kalau aku loh cantik. Tidak perlu membandingkan dirimu dengan orang lain. Hanya tutur batin dan dirimu saja yang tahu kalau kamu cantik. Kalian sudah dilahirkan dengan kecantikan dan ketampanan yang tiada tara oleh berkat Tuhan.

Justru bibit-bibit insecure muncul hanya karena kamu mengejar kesempurnaan dan mengikuti standar kecantikan yang selayaknya dimiliki wanita. Insecure tidak heran selalu muncul dikalangan acne fighter atas mengomentari penampilan orang lain yang memiliki wajah flawless, mulus, bening, glowing. Begitu melihat dirinya mereka merasa tidak percaya diri.

Kurangi insecure tapi perbanyaklah bersyukur. Kecantikan dan ketampanan tidak melulu dinilai dari soal paras saja. Kecantikan terpancar dari hati yang tulus, banyak sisi-sisi positif yang bisa kalian tuturkan dan tularkan kepada orang-orang. Sisi positif bukan hanya dilihat dari paras yang menawan dan rupawan saja, bisa dari hal yang lain. Kita bersyukur masih banyak hal-hal yang kita jaga. Maka jagalah itu berkat Tuhan. Karena dirimu adalah asetmu.

2.Cari Support System

Perlakuan acne shaming yang mereka tuduhkan kepada acne fighter membuat mereka merasa terkucilkan. Sebab komentar negatif dan cemoohan yang dilontarkan membuat mereka memilih jalan lain yaitu mengurung diri dari lingkaran pertemanan. Acne fighter tidak sepatutnya mendapatkan perlakuan yang tidak lazim ia terima. Hinaan dan makian membuat mereka menjadi kehilangan sosok cerianya.

Tetapi korban acne shaming justru butuh dukungan dan support yang baik dengan adanya kehadiran support system. Cari support system yang baik untuk bisa segera keluar dari jeratan acne shaming. Mereka datang untuk meredakan stress, meningkatkan motivasi untuk bisa sembuh dari jerawat. Kalian bisa rekomendasikan mereka skincare apa yang bagus untuk kulitnya, patungan buat beli skincare, patungan biaya perawatan ke klinik kecantikan.

Support system bukan hanya teman dekat saja, support system juga bisa datang dari sesama acne fighter juga. Mantan korban acne shaming juga bisa membagikan tips-tips ampuh mengatasi jerawat, merekomendasikan kandungan-kandungan yang baik untuk skincare seperti kandungan yang berbahan niacinamide, retinol, kojic acid, salicylic acid, gluthathione, hyaluronic acid dan lain-lain. Sebagai sesama pejuang jerawat, mereka datang hanya untuk visi dan tujuan yang sama yakni bagaimana caranya bisa menumpaskan jerawat yang menetap di wajah.

Dengan memiliki support system yang kuat dan perlakuan treatment secara rutin dengan jalan berikhtiar untuk mengatasi jerawat maka kesembuhan jerawat dapat dengan mudah diraih oleh acne fighter. 

Jadi sudah cari support system belum? Kalau belum segera cari dari sekarang ya!

3.Perbaiki Pola Tidur dan Pola Makan

Akibat perlakuan acne shaming yang diterima membuat mereka susah tidur dan selalu kepikiran. Tapi sebenarnya kualitas tidur yang buruk atau sering begadang memicu produksi hormon kortisol ketika kita sedang mengalami stress. 

Dengan tidur yang cukup sekitar 7-8 jam sangat dibutuhkan agar kulit dapat beregenerasi memproduksi sel-sel baru untuk menggantikan sel yang rusak. 

Sementara ketika mereka sedang stress memikirkan ocehan orang, seseorang terbersit untuk mengonsumsi makanan manis dan berkarbohidrat. 

Dua hal ini menjadi pemicu naiknya kadar insulin dalam tubuh dan meningkatkan produksi hormon androgen. Oleh karena itu, pentingnya kita mengonsumsi makanan-makanan bergizi, perbanyak vitamin C, kurangi begadang, konsumsi sayur dan buah.

4.Merawat Diri dengan Self-Care

Jerawat timbul dari stress yang kita miliki. Semua insan baik pria maupun wanita pastinya mengeluhkan jerawat adalah masalah yang meresahkan bagi dirinya. Oleh karena itu, dengan kita melakukan self-care secara rutin maka jerawat dapat dengan mudah kita atasi. 

Kita bisa merawat diri dengan menggunakan skincare, menggunakan bahan-bahan alami untuk bisa mengatasi jerawat, menggunakan produk yang tentunya aman dan bebas dari kandungan yang berbahaya. Kini semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga penampilan. 

Baik laki-laki maupun perempuan semua punya kesempatan untuk merawat diri. Merawat diri bisa dilakukan juga dengan berolahraga atau melakukan kegiatan yang menyenangkan sehingga bisa menurunkan tingkat stress yang berlebih.

Semangat buat para pejuang jerawat dimanapun kalian berada untuk bisa menuntaskan masalah jerawat. Kalian tidak perlu untuk meminta validasi kepada orang lain kalau kamu itu cantik atau ganteng. Syukurilah dirimu karena dirimu adalah aset yang perlu kalian jaga. Jerawat bukanlah hal yang menakutkan kok teman-teman. Jerawat itu bagaikan mutiara yang ada di wajah kita.

Ingat ya, beban acne fighter itu sudah berat teman-teman. Sebisa mungkin tolong jangan menambah beban mereka dengan tuduhan yang kalian lontarkan melalui acne shaming yang bisa memperparah kondisi mental si korbannya. 

Acne fighter tidak butuh hinaan dan cacian kalian. Acne fighter cuma butuh dukungan untuk bisa sembuh dari jerawat. Hanya satu kata yang ingin diraih oleh sang pejuang yaitu Glowing. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun