Pemuda sekarang juga harus bisa mawas diri dan mampu mengukur dirinya sendiri. Terkadang kita harus menjalankan hidup yang orang lain inginkan. Kita selalu disibukkan oleh parameter-parameter yang jadi patokan untuk hidup sempurna.Â
Tidak heran jika hal ini dirasa terlalu memberatkan bagi sebagian individu. Misalnya menikah di usia muda, harus mapan, punya kekayaan dan uang yang banyak untuk bisa bahagia, dan banyak parameter yang lain.Â
Sehingga kita lupa karena sibuk meributkan orang lain jadinya terlena sama versi diri kita sendiri. Yang perlu diingat oleh pemuda adalah kalau kalian mau hidup tenang, jangan terlalu menaruh ekspektasi besar hidup orang lain kepada hidup kita.Â
Sebaliknya demikian, karena kita juga harus tahu setiap lika-liku perjalanan orang berbeda-beda. Diri sendiri layak untuk diapresiasi tanpa perlu adanya validasi dari orang lain.
Pemuda sekarang harus bisa bebas. Bebas di sini maksudnya adalah kita sebagai pemuda bebas untuk menjalankan hobi yang kita sukai, bebas untuk berkata tidak ketika kita tidak mampu untuk membantu, bebas menentukan keputusan dan jalan hidupnya sendiri, bebas menjadi versi terbaik dari kita sendiri.Â
Seringkali kita sebagai generasi muda mengalami satu fase yang mengusik pikiran kita yaitu Quarter Life Crisis yang rasa-rasanya sebagian besar pasti sudah mengalaminya untuk berat dalam mengambil keputusan hidup. Tidak usah untuk memaksa mengikuti orang lain. Please love yourself first!Â
Hidup itu kamu yang menjalankan bukan orang lain. Hidup itu pilihan kan? Lanjutkan atau tinggalkan. Kamu yang berhak memutuskan ke mana kamu pergi, kendali ada ditangan kamu. Acuhkan orang yang ingin menjatuhkanmu. Jadikan sebagai motivasi untuk kamu bisa bangkit dan maju.
Pemuda sekarang juga perlu membentuk mentalitas diri yakni rasa peduli dan sikap empati terhadap sesama manusia. Pemuda yang tangguh dan sehat mental sejatinya saling peduli dan meningkatkan rasa empati.Â
Jangan hanya karena terpancing omongan "Halah, baperan amat ga asik lo" atau "Dih apaan sih, gitu aja baper huuu" membuat orang lain menjadi acuh.Â
Jika ada orang yang tidak suka melihatku bahagia, maka karuniakanlah dia kebahagiaan yang dapat membuatnya mampu melupakan kebahagiaanku.
Disinilah pemuda di era sekarang juga perlu belajar untuk memanusiakan manusia. Saya jadi teringat kutipan dari Sam Ratulangi yaitu "Si tou timou tou" yang artinya "Manusia baru dapat disebut sebagai manusia jika sudah dapat memanusiakan manusianya". Ditambahkan oleh Douwes Dekker dalam novel yang bertajuk Max Havelaar menyatakan bahwa tugas manusia itu ya menjadi manusia.Â