Mohon tunggu...
Renaldhy Sugiarto
Renaldhy Sugiarto Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa IAIN Jember

Bergunalah untuk orang sekitar mu, selalu berusaha pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Permata yang Terlupaka: Guru

8 Maret 2020   17:29 Diperbarui: 8 Maret 2020   17:42 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya."

Para sahabat yang berbahagia

Pada kenyataannya di era ekonomi 4.0 ini faktanya profesi sebagai guru sudah mulai tergeser oleh profesi-profesi besar yang lainnya. Buktikan saja dengan melakukan observasi ke beberapa lembaga pendidikan tingkat presentase peserta didik yang ingin menjadi atau bercita-cita menjadi guru sangat lah sedikit. Oleh karena itu pentingnya menanamkan pemahaman bahwa profesi guru ini adalah profesi yang layak untuk menjadi saingan dan haruslah banyak peminatnya.

Tapi fakta yang saat ini masih saya dapati hingga saat ini adalah minimnya upah guru mengakibatkan tingkat peminat profesi ini kian hari kian menurun. Semoga dimasa mendatang profesi guru mendapatkan upah yang sepadan dengan perjuangannya sebagai seseorang yang bertanggung jawab mendidik ilmu dan tak lupa akhlaqul karimah atau akhlak baik terhadap calon-calon penerus bangsa ini. 

Harapan saya kedepannya setalah menulis artikel ini profesi guru semakin dapat dipandang di masyarakat, kehidupan guru semakin sejahterah, dan tak lupa tidak ada balasan yang lebih indah untuk seluruh guru-guru yang telah mengajari kita selain surga. Semoga semua guru nantinya bisa masuk surga dan bisa bertemu dengan Baginda nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam.

Apabila ada tutur kata atau pun pemilihan kata yang kurang pas atau kurang berkenan dihati para pembaca, saya selaku penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya dan mohon dimaafkan.

Wallohu muwafiq ila aqwamit thoriq

Akhirul Kalam, wabillahi Taufiq, Inayah, karomah, Wal hidayah Summa salamualaikum warohmatullohi wabarokatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun