Keadaan sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan menengah bawah membuat sebagian orang kesulitan mendapat pekerjaan di sektor formal. Sigaret Kretek Tangan (SKT) hadir memberikan lapangan pekerjaan luas bagi mereka yang ingin bekerja di sektor formal tanpa latar belakang pendidikan yang tinggi.
SKT adalah jenis rokok yang diproduksi oleh pabrik/perusahaan yang mana cara pembuatannya dicampur cengkih dan tembakau lainnya dengan cara dilinting menggunakan tangan dan tanpa bantuan mesin.
Suatu campuran untuk rokok kretek biasanya bisa menggunakan lebih dari 30 jenis tembakau yang berbeda untuk menciptakan keseimbangan rasa. Usia daun tembakau juga dapat menentukan cita rasa kretek, begitu pula keseimbangan proporsi campuran daun tembakau dan cengkeh dalam campuran kretek.
SKT merupakan produk yang unik, dilihat dari cara pembuatannya yang lebih rumit dibandingkan dengan rokok lainnya. SKT ini bukan hanya sekedar rokok, melainkan warisan budaya yang harus dilestarikan karna cara pembuatannya yang masih tradisional dengan dibantu oleh tangan-tangan wanita tangguh.
SKT telah memberikan warna baru pada kehidupan masyarakat. Kehadiran SKT sangat berdampak baik bagi perekonomian masyarakat. Kehadiran SKT membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas dan terbukti bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar.
Para pekerja SKT didominasikan oleh perempuan-perempuan yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. SKT memberikan kesempatan untuk para perempuan agar bisa bekerja tanpa melihat latar belakang pendidikannya dan dapat merasakan bekerja di sektor formal industri padat karya ini. Selain itu, perempuan pelinting sigaret ini bisa menghidupi keluarganya dan bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain perempuan, Pabrik SKT juga memberikan kesempatan kepada orang-orang yang berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas untuk bekerja di sektor formal.
Kehadiran SKT juga berdampak positif bagi perekonomian lokal di sekitar area pabrik. Misalnya warung makan dan minuman, toko kelontong, angkutan umum, dan sebagainya.
Dengan dibangunnya pabrik SKT, para pekerja dapat memanfaatkan waktu istirahatnya untuk makan atau minum dan sekaligus bisa memudahkan akses menuju pabrik, jika tidak ada kendaraan pribadi dengan memanfaatkan kendaraan umum. Demikian hal ini juga dikatakan dapat memberikan keuntungan bagi para pelaku industri perekonomian lokal seperti pedagang dan supir angkutan umum.
Kontribusi SKT tidak hanya berdampak dan berhenti di perekonomian lokal saja, melainkan di dalam perekonomian nasional juga memberikan dampak positif pada peningkatan pendapatan nasional melalui pajak dan peningkatan pendapatan daerah.
Pajak yang telah dibayar oleh perusahaan SKT dapat dikatakan mendukung berbagai macam program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia dan dapat mempromosikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Secara ekonomi, industri padat karya ini dapat membantu dan berkontribusi meningkatkan pendapatan daerah melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).