[caption id="attachment_325073" align="aligncenter" width="640" caption="foto korban tragedi mei 98"][/caption]
Tragedi Mei 1998, pada saat terjadinya Reformasi di masa itu masih menyisakan banyak Tanya tentang apa yang terjadi pada saat itu. Faktanya banyak korban yang jatuh pada saat itu dan banyak juga orang-orang yang hilang yang hingga saat ini tidak pernah diketahui secara hukum siapa sesungguhnya yang bertanggungjawab secara hukum. Lupa, mungkin ini yang terjadi atau sengaja lupa atau bahkan harus dilupakan entah karena alasan apa, entah karena kepentingan apa.
Bagaimana tidak tulisan seperti ini bisa menjadi ada karena melihat kondisi politik saat ini. Bapak reformasi dikenal bangsa ini melekat pada diri seorang tokoh nasional di negeri ini, entah dari mana lahir sebutan ini tapi faktanya sebutan ini sudah sering didengar masyarakat. Namun apa yang terjadi saat ini, Tokoh itu sebagai Bapak Reformasi malah mendukung orang yang diduga sebagai pihak yang terlibat dalam tragedy Mei 1998 menjadi calon Presiden Indonesia di pemilu presiden nanti. Mengorbankan perasaan para korban tragedy, mengorbankan nyawa korban tragedy, mengorbankan tuntutan para keluarga korban demi untuk kepentingan apa. Itulah yang terjadi dalam situasi saat ini. Maka dengan ini saya sampaikan turut berduka cita bagi keluarga korban tragedy (Reformasi) Mei yang telah dilukai perasaaannya dengan pemberian dukungan ini dari orang yang katanya Bapak reformasi itu.
Tidak ada yang salah dengan memberi dukungan kepada siapapun, namun harusnya ada etika dan pertimbangan yang arif untuk memberikan dukungan bagi seseorang, sehingga tidak harus mengorbankan pihak lain demi kepentingan golongan, jika memang seseorang tidak bersalah dalam sebuah peristiwa ada baiknya diumumkan kepada masyarakat bahwa dia memang tidak terlibat melalui sebuah keputusan hukum, sehingga dengan demikian legalitas dari semua pihak untuk maju atau untuk mendukung pada akhirnya tidak melukai orang lain (korban tragedy reformasi mei 1998).
Inilah realitas moral pemimpin bangsa ini, inilah realitas kepentingan para penguasa negeri ini. Tidak ada yang namanya kepentingan Indonesia, yang ada hanya kepentingan ambisi, kepentingan pribadi, kepentingan golongan, semuanya hanya dibangun di atas transaksional. Maka jangan heran tidak lama lagi satu-satu wilayah negeri ini akan memerdekakan diri, seribu kali Negara ini mengatakan NKRI HARGA MATI namun jika moralitas pemimpinnya seperti itu maka NEGARA INI LAMBAT LAUN AKAN BUBAR. Turut Berduka CIta Atas Moralitas Transaksional dari Para Pemimpin Negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H