"Rasanya jadi malas menulis di blog, capek-capek nulis, nggak ada yang baca!"
"Jadi malas ngeblog, fee kerjasama blog makin nyungsep!"
"Duh, PV, DA, DR blog saya turun lagi nih, bikin makin malas aja!"
Ada yang familiar dengan kalimat di atas? atau jangan-jangan pernah menulis atau setidaknya ngomong demikian?.
Saya pernah sih, untungnya hal tersebut jarang sekali terucapkan. Bukan karena saya adalah blogger yang hebat, yang setiap menulis langsung dibaca oleh ribuan orang bahkan lebih.Â
Atau juga, saya adalah tipikal blogger dengan bayaran mahal tapi tetap laris manis. Serta blogger yang performa blognya luar biasa.
Tidak ya!.
Kenyataannya, beberapa tulisan bernada keluhan di atas, juga pernah dan masih, bahkan sedang saya alami hingga kini.
Hanya saja, saya terlalu cinta menulis.
Jadi, apapun yang terjadi, ya saya tetap butuh menulis.
Baca :Â Kompasiana Awards 2023 dan Semangat untuk Konsisten Menulis
Makna Hari Blogger Nasional Bagi Saya
Ini adalah ke-6 kalinya saya begitu gembira menyambut tanggal 27 Oktober setiap tahunnya. Apalagi alasannya kalau bukan, untuk ikut merayakan Hari Blogger Nasional. Sebuah perayaan untuk profesi yang sudah 6 tahun belakangan ini saya geluti secara serius.
Dan, ini adalah peringatan ke-16 tahunnya, sejak pertama kali dicanangkan oleh Bapak Muhammad Nuh, yang kala itu menjabat menteri Komunikasi dan Informatika RI. Itu berarti sejak tahun 2007 silam, profesi blogger itu telah diakui secara resmi.
Di tahun tersebut, saya juga sudah mengenal kebiasaan menulis di platform yang menggunakan internet. Meskipun untuk itu, saya harus menghabiskan waktu dan uang, untuk berjam-jam duduk di bilik yang ada di warnet. Sayangnya ketika itu belum benar-benar mengenali profesi blogger.
Entahlah apa yang ada di pikiran saya, sementara bahkan sejak tahun 2012 sudah mengenal Kompasiana, dan menulis di platform ini. Tapi bisa-bisanya, saya lebih mengenal dan menyadari blogger sebagai profesi, ketika akhir tahun 2017, lalu membeli domain dengan nama sendiri di awal tahun 2018.
Sejak saat itulah, saya mengenal dan akrab serta bangga dengan profesi sebagai blogger. Sebuah profesi yang bisa dikatakan,Â
"Finally i found you!".
Tidak berlebihan, setelah perjalanan panjang saya yang merasa tidak bahagia setelah resign dari dunia kerja. Lalu berpetualangan dari jualan online, bikin usaha sendiri, sampai berbisnis MLM pun, saya jabanin.
Hanya demi bisa menghasilkan uang, tanpa harus meninggalkan anak, dan juga bisa saya kerjakan dengan penuh rasa bahagia.
Semua usaha tersebut, bisa dibilang berlawanan dengan passion saya. Meski tetap saja serius menjalaninya, tapi sesungguhnya terasa berat menjalani hal yang kurang diminati.
Menjadi blogger, semacam realisasi dari kalimat,
"Bersenang-senang tapi dibayar!"
Sebuah kalimat yang sering saya dapatkan ketika berbisnis MLM, namun tidak bisa saya rasakan ketika itu.Â
Ternyata, kalimat itu malah bisa dinikmati sejak mengenal profesi blogger.
Karenanya, tentu saja dalam peringatan Hari Blogger Nasional, selalu bermakna mendalam untuk saya, yang telah selama 6 tahunan serius menekuni profesi ini. Dan tak bisa untuk tidak semangat ngeblog menyambut hari bersejarah ini.
Baca juga :Â Perempuan, Pernikahan, dan Impian serta Kodratnya
Ngeblog Itu Menyenangkan, Tapi Memang Ada Uneg-Uneg yang Mengganjal
Meski keseriusan saya dalam dunia blogging masih seumur jagung dibandingkan para blogger lainnya, bukan berarti tanpa adanya uneg-uneg yang mengganjal.
Di antaranya :Â
1. Fee blogger yang makin 'nyungsep', kadang bermula dari kita sendiri
Kalau dibikin pooling khusus untuk para blogger, khususnya blogger yang juga berorientasi pada menghasilkan uang ya. Saya jamin semua bakal setuju, kalau masalah utama blogger zaman now adalah, fee kerjasama blogger yang makin 'nyungsep'.
Sengaja saya pakai kata 'nyungsep', terinspirasi dari arti kalimat tersebut yang merupakan bahasa Jawa, yaitu 'jatuh karena menabrak sesuatu'.
Ibaratnya nih ya, para blogger sedang semangat-semangatnya menulis, semangat menerapkan ini itu untuk performa blognya meningkat.
Lalu pas dapat penawaran kerjasama, terus liat fee yang ditawarkan?
Brak! semangat ngeblog auto nyungsep ke semak-semak mager, hahaha.
Saya yang baru mengenal manisnya penghasilan ngeblog sejak 2018 saja merasa sedih dengan fee blogger saat ini. Apalagi para blogger senior, yang memang sudah terbiasa menerima kerjasama blogger dengan jumlah yang jauh lebih memuaskan di tahun-tahun sebelumnya.
Beberapa orang mungkin menyalahkan kemajuan zaman yang mulai tidak bersahabat dengan para blogger, di mana blog semakin ditinggalkan, karena banyak yang lebih suka dengan konten video di media sosial.
Meskipun tidak bisa sepenuhnya setuju, karena menurut saya, masih banyak loh orang yang lebih suka membaca, ketimbang menonton video. Saya salah satunya.
Bisa dilihat dari beberapa aplikasi baca yang masih terus jadi sumber pendapatan beberapa orang.
Aplikasi baca KBM atau Komunitas Bisa Menulis misalnya, yang masih terus berkembang dengan mengandalkan pembaca-pembaca yang rela membayar untuk bisa membaca tulisan-tulisan di aplikasi tersebut.
Demikian juga dengan aplikasi baca berbayar lainnya.
Jadi, kata siapa semua orang pindah ke platform video? Tidak semua kok, masih ada yang gemar membaca, meskipun memang tidak semua tulisan, menarik untuk dibaca banyak orang.
Kembali ke masalah fee blogger.
Jadi, menurut saya salah satu penyebab fee blogger jadi nyungsep, adalah karena ulah kita-kita juga, yang tidak bisa menghargai profesi dan jerih payah diri, sebagai seorang penulis mandiri, di mana hal itu juga tidak semudah yang dilihat.
Kita seringnya mengalah pada penawaran kerja sama dengan fee yang makin hari makin mengecil jumlahnya, sementara tuntutannya semakin banyak.
Bahkan, beberapa di antara blogger juga terang-terangan mewadahi atau bertindak sebagai jembatan penghubung antara blogger dengan klien yang fee-nya terbatas, masih dipotong fee si penghubung pula.
Jadi, memang kadang kita sendiri yang harus bisa belajar tegas untuk menghargai upaya dan hasil keringat sendiri. Jika tidak, siapa lagi, kan?
2. Blogger, tapi dituntut jadi Influencer Media Sosial juga
Blogger, sejatinya adalah seseorang yang menulis di platform blog milik pribadi kan ya. Jika seorang blogger dituntut untuk bisa menghasilkan tulisan yang baik dan menarik, tentunya sangat wajar.
Tapi, zaman sekarang tuh, blogger tidak hanya dituntut menghasilkan tulisan yang menarik, tapi juga menghasilkan konten foto dan video yang menghasilkan banyak like komen di media sosial, hahaha.
Sementara, jika seorang blogger memakai cara boost konten media sosial dengan cara manual, kena nyinyir juga. Katanya nggak natural.
Kenapa tidak sekalian mengajak influencer yang memang fokus di dunia tersebut sih, seperti Fuji misalnya, hehehe.
3. Saling menyemangati tapi malah bikin down
Saya menganggap diri sebagai sosok yang mudah baper (bawa perasaan) atau mudah tersinggung. Tapi serius, hal lain yang bikin down dalam dunia blogger itu adalah, jika ada blogger yang tujuannya (katanya) untuk menyemangati, tapi yang paling terlihat kok kayak dinyinyirin ya?.
"Jadi blogger itu harus mau belajar SEO, biar tulisanmu bermanfaat!"
"Nulis kok curhat melulu, tulisan curhat itu nggak mutu!"
Dan semacamnya.
Iya, mengerti sih, kalau kalimat tersebut mungkin bertujuan untuk memberi semangat, biar para blogger Indonesia semakin maju dalam berkarya, tidak semata cuman asal menulis saja.
Tapi, saya kadang jadi baper dan menangkap maksudnya sebagai ejekan dan mengatakan,Â
"kamu tuh blogger tidak mutu, kayak saya dong, menulis dengan memberikan nilai lebih!"
Iya deh!
Tapi, setidak hebat ilmu SEO saya dibanding si blogger paling pakar SEO, tetap ada kok yang baca tulisan saya. Dan para blogger lainnya pun, yang kemampuan SEO-nya belum maksimal.
Iya deh!
Tulisan saya kebanyakan curhat, tapi sejujurnya masih ada kok yang mau baca tulisan curhat, karena tulisan yang terlalu ilmiah dan (katanya) informatif itu, sudah banyak di website terkenal lainnya.
Misal, saya mau cari teori tentang kesehatan. Tentu saja saya cari website yang paling terkenal di tema kesehatan, misal Halodoc dan semacamnya, bukan di blog pribadi.
Kecuali, saya ingin mencari pengalaman orang yang pernah sakit ini atau sakit itu, barulah saya cari di blog para blogger. Itupun yang tulisannya berisi cerita pengalamannya ya, bukan teori apa itu penyakit A, atau penyakit B.
Demikian juga untuk hal-hal lainnya.
Jadi, kata siapa tulisan curhat itu sama sekali tidak ada gunanya? Tulisan curhat saya tentang pernikahan, juga bikin saya sering mendapatkan email, chat maupun inbox dari orang-orang yang tidak saya kenal sebelumnya.Â
Yang isinya mengatakan, bahwa mereka berterima kasih atas tulisan pengalaman pribadi saya. Di mana, mereka jadi punya pandangan lain, di saat tidak banyak orang yang berpikir seperti itu.
4. SEO, ilmu blog yang kadang jadi penyebab writer's block
Iya, saya sangat setuju, seorang blogger seharusnya mengerti bagaimana menulis dengan SEO friendly. Agar tulisan kita bisa mengjangkau lebih banyak pembaca yang membutuhkan.
Tapi sejujurnya, kadang saya bosan dan malas dengan semua teori SEO, di mana sering bikin ide jadi lebih mengerucut.
Mulai dari karakter judul yang dibatasi, sementara untuk merebut perhatian pembaca sekarang, hal utama terletak di judul.
Kadang, saking pusingnya memikirkan judul, ujung-ujungnya satu dua jam terbuang percuma, lalu tulisan yang kita ingin hasilkan, hanyalah nongkrong di draft blog semata.
Itu belum ketambahan jika blog di audit agar bisa mengikuti aturan SEO. Saya yang punya satu blog, reyneraea.com yang isi tulisannya sudah mencapai 1499 tulisan, kurang 1 judul genap jadi 1500 tulisan yang pernah saya hasilkan. Di mana 95% adalah cerita pribadi, bukan teori semata, apalagi hasil kecanggihan teknologi AI seperti Chat GPT, *eh.
Kebayang dong, bagaimana rasanya mengedit ribuan judul tulisan, terutama di awal-awal saya menulis, yang masih buta kaidah SEO.
Jika hanya terpaku pada teori SEO, habis sudah waktu dan mood saya hanya untuk itu. Sementara menulis di blog, juga termasuk hal yang penting buat blogger.
5. Ketika DA, PA, DR, SS lebih penting dari kegiatan menulis
Sering kita lihat, blog dengan jumlah tulisan yang masih terbilang sedikit, tapi nilai DA (Domain Authority), PA (Page Authority), DR (Domain Rating)nya tinggi.
Sementara nilai SS (Spam score)nya rendah.
Hal ini bukanlah hal yang mengherankan buat para blogger sih, karena seringnya kita semua selalu di'perbudak' oleh kemauan klien tentang hal-hal yang kadang tidak masuk akal.
Salah satunya nilai DA, PA, DR blog tersebut, di mana sebenarnya hal tersebut tidak benar-benar bisa dijadikan patokan sebagai blog yang baik dan populer.Â
Tapi, tuntutan kerjasama blogger yang mengharuskan nilai dari hal-hal tersebut harus tinggi, menjadikan banyak blogger yang berlomba-lomba fokus ke hal tersebut, bahkan kadang melupakan kegiatan utama blogger, yaitu menulis di blog.
6. Tambahin lagi, saya yakin masih panjang uneg-unegnya
Sebenarnya, masih banyak ya uneg-uneg sebagai blogger, tapi yang paling saya rasakan, memang ke-5 poin di atas.
Teman-teman blogger bisa menambahkan poinnya di kolom komentar, ya!.
Baca juga :Â Dilema Komen di Postingan Orang
Harapan untuk Hari Blogger Nasional
Meskipun uneg-uneg saya panjang, tapi bukan berarti kehilangan harapan dong, terutama untuk kemajuan blogger, di Hari Blogger Nasional ini.
Di antaranya:
1. Saling menyemangati dan menghormati sesama blogger
Sehebat-hebatnya kita sebagai pribadi yang jadi blogger handal, akan lebih baik dan makin hebat jika berada ditengah support komunitas blogger.
Dalam komunitas, itu artinya kita sesama blogger sebijaknya harus saling menyemangati dengan tulus, serta menghormati hal sekecil apapun yang dilakukan dan dicapai para blogger.
Kalau saat ini, ada blogger yang belum terlalu paham SEO, tapi tetap aktif menulis di blognya, ya sudah tetap disemangati dan berikan respek tertinggi kita dengan tulus.
Jika ada blogger yang lebih suka menulis tentang curhat, selama tulisannya sopan dan tidak melanggar UU ITE, kasih semangat saja agar si blogger tetap semangat menulis, dan tidak berhenti karena baper.
Intinya, saling menyemangati dan menghormati blogger itu, bertujuan agar semua blogger bisa lebih semangat dalam ngeblog, bukan malah bikin blogger jadi malas menulis.
2. Lebih kompak menjaga agar fee blogger tidak nyungsep lagi
Saya tahu sih, beberapa blogger yang terpaksa menerima job kerjasama blog dengan fee yang kadang tidak manusiawi, punya alasan kuat untuk itu. Misal, memang benar-benar sedang butuh uang dengan segera. Saya pun pernah mengalaminya.Â
Tapi bukan berarti jadi terus menerus 'banting harga' untuk job blogger. Karena akhirnya itu akan merugikan diri kita sendiri.Â
Menulis di blog itu, tidak selamanya mudah seperti yang kita lihat. Ada banyak hal yang kita butuhkan sehingga tercipta tulisan-tulisan tersebut.
Mulai dari modal waktu yang dibutuhkan untuk menulis dengan bagus dan menarik, modal kuota internet yang kencang, di mana itu bukannya nebeng tetangga bermodalkan frugal living ya, hahaha.
Juga modal mau melawan berbagai kendala yang ada, misal kayak saya sebagai mom blogger, baru mulai nulis, eh anak teriak,
"Mi, udah!" (kita semua tahu, kalimat begitu biasanya dari kamar mandi, hahaha).
"Mi, kakak nakal!"
"Mi, huruf B itu, perutnya ke kanan atau ke kiri?"
Dan masih banyak lagi, yang sukses bikin kepala makin puyeng, hahaha.
Masa iya kan, sudahlah semua kendala yang kita alami, dan modal yang kita keluarkan. Tapi hasil karya kita tidak dihargai dengan berperi kebloggeran? Iya kan? hahaha.
3. Tetap semangat menulis di blog secara konsisten
Last but not least, bahkan buat saya ini adalah yang paling penting. Agar semua blogger tetap semangat menulis di blog, apapun yang terjadi.
Karena, menurut saya, long lasting-nya profesi blogger hanyalah ketika dia punya blog, dan aktif menulis di blog tersebut.
Kalau rajin menulis, tapi di buku. Itu namanya penulis, bukan blogger, kan? hahaha.
Kalau pakar SEO, tapi nggak pernah lagi nulis di blog, punya blog tapi isi artikelnya dilakukan oleh team-nya.
Itu juga bukan blogger kan, tapi pebisnis blog dan pakar SEO *eh.
Itu menurut saya ya, tidak mutlak benar.
Kalau menurut teman-teman gimana? share yuk.
Anyway, selamat Hari Blogger Nasional 2023 yang ke-16, Bloggers!Â
Yuk semangat terus ngeblognya, setidaknya untuk hari ini, mari kita lupakan sejenak segala masalah blog yang bikin pusing kepala, seperti, DA, PA, DR, PV, SS, fee blogger yang nyungsep.Â
Catatan:Â Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba Blog Cak Kaji yang diselenggarakan oleh Komunitas Cak Kaji untuk memperingati Hari Blogger Nasional. Kompasiner Jawa Timur Khususnya, wajib ikutan, jangan lupa join Cak Kaji dulu ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H