"Alhamdulillah"Â
"Astagfirullah"Â
"Masya Allah"
Dan semacamnya.
Ini bukan untuk membandingkan, lalu membanggakan diri. Namun saya hanya penasaran, bagaimana tanggapan ortu anak muda yang terbiasa ngobrol ber'Anjing' itu?.Â
Ataukah para anak muda tersebut hanya ber'Anjing-Anjing' ketika mengobrol dengan rekan sebaya saja?. Meskipun saya lalu ketambahan rasa penasaran, bagaimana caranya para anak muda tersebut untuk tidak menggunakan kata 'Anjing' ketika di rumah.
Sementara di luar, kata tersebut rasanya tak pernah absen dari mulutnya.
Awalnya, saya pikir fenomena kata 'Anjing' ini hanya digunakan oleh anak muda dari Jabodetabek dan sekitarnya, setidaknya bukan pada anak-anak muda di Jawa, khususnya Jawa Timur.
Tapi ternyata saya salah.
Beberapa kali saya mendengar anak-anak muda dengan logat khas medhok ala Jawa, tetap saja mengobrol dengan bahasa Jawa sambil memasukan 'Anjhing' dalam setiap perkataannya.
Baca juga :Â Rasa Kehilangan Membuat Trauma dalam Mengasuh Anak