Libur telah usai, hari ini anak-anak akan masuk sekolah lagi, setelah melewati libur yang teramat panjang (bagi saya seorang ibu). Pagi ini, kehebohan seperti yang biasa terjadi saat anak sekolah, kembali saya lakoni.
Mulai dari membangunkan si kakak sejak pukul 04.30 agar bisa sholat Subuh dengan khusuk sambil sesekali diingatkan agar membaca doa sholat, bukannya tidur sambil sujud, menyediakan sarapan sehat dan tetap mengenyangkan agar si kakak tidak lemas selama di sekolah, lalu meminta si kakak sarapan sambil diingatkan agar tidak tidur di meja makan.
Waktu terus berdentang, semua kehebohan saya sebagai ibu beranak SD kelas 3 belum juga berakhir, setelah si kakak sarapan, segera saya memimnta dia mandi dengan bersih dan cepat, setelahnya si kakak harus segera berpakaian dengan rapi, mengecek lagi isi tas yang harus dibawa, hingga akhirnya kendaraan antar jemputnya datang membawa si kakak ke sekolahnya.
Lalu, setelah semua kehebohan tersebut saya lewati dengan baik, tentunya dengan sejuta istigfar agar lebih sabar dan meminimaliskan omelan ketika melihat ke'lelet'an atau ke'slow motion'an si kakak.Â
Lalu suasana kembali hening, hanya ada si adik yang masih berusia belasan bulan yang sepertinya merasa aneh karena kehilangan 'godaan' kakaknya, seperti yang terjadi selama 3 minggu ke belakang saat kakak libur.
Seharusnya Saya Bahagia, Tapi..
Sesungguhnya, saya sudah melewati berminggu-minggu ke belakang dengan segala rasa pusing. Dari kesal melihat si kakak yang setiap hari sibuk nonton TV, atau main gadget, atau juga menggoda adiknya lalu kemudian terdengar suara tangisan melengking.
Sebentar kemudian hening, lalu terdengar suara tertawa cekikikan bersama, disusul suara 'brak' sesaat kemudian terdengar suara tangisan kencang karena adiknya jatuh atau kakaknya dilempar benda oleh adiknya.
Sungguh, sebagai seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya di rumah saja, tanpa adanya orang lain yang membantu, demikian pula suami yang tidak bisa membantu setiap hari, karena harus bekerja di kota lain. Membuat saya seolah merindukan masa anak masuk sekolah.
Setiap hari, saya jadi menghitung hari, agar hati terhibur dengan mengetahui, kapan saatnya kakak masuk sekolah lagi, agar suasana rumah lebih tentram, setidaknya selama si kakak ada di sekolah.
Terlebih si kakak masuk full day school, karenanya dia pulang agak sore dan saya bisa menikmati ketenangan selama berjam-jam tanpa anak yang bertengkar dan menangis.
Juga, saya tidak perlu sibuk memasak beragam makanan, karena si kakak makan siang di sekolah, dan adiknya tidak terlalu suka makanan yang aneh-aneh.
Nyatanya?
Saya tiba-tiba merasa rumah sangat sepi, adiknya yang juga merasa aneh tanpa 'godaan' kakaknya, akhirnya memilih untuk tidur. Seharusnya saya bahagia, paling tidak saya bisa mengisi waktu dengan menulis yang menjadi hobi dan me time saya.
Tapi ternyata saya merasa ada yang hilang.
Lalu tiba-tiba merasa tidak sabar menanti sore tiba, agar saya bisa melihat si kakak turun dari jemputannya dengan wajah lelah tapi bahagia, dan mulai mengoceh dengan cerewet semua yang dia alami selama di sekolah.
Lalu adiknya yang gembira melihat kakak semata wayangnya itu kembali, dan mau menemaninya bermain bersama.
Karena Ibu Adalah Mahluk yang Labil
Sesungguhnya, seorang ibu, khususnya ibu rumah tangga, adalah sesosok mahluk ciptaan Tuhan yang labil, (setidaknya saya!).
Begini salah, begitu juga!
Anak libur dan di rumah saja, ibu jadi pusing dengan semua kehebohan dan kerepotan yang ada. Dari yang harus memikirkan ide kreatif apa yang bisa disiapkan agar anak tidak hanya menghabiskan liburan dengan bermalas-malasan nonton TV atau bermain gadget.
Atau juga dengan semua kerepotan sebagai ibu yang hampir seharian di dapur untuk memasak makanan yang bisa disantap oleh si kakak, baik itu makanan utama, maupun makanan ringan.
Juga semua kehebohan yang ditimbulkan oleh si kakak dan adiknya, yang sebentar tertawa, sebentar kemudian menjerit, lalu disusul suara tangisan yang bergantian.
Sementara, saat anak kembali bersekolah, rasa rindu membuncah di relung hati, meskipun di rumah ada anak lainnya yang menemani, rasanya ada yang kurang di sudut hati ibu.
Namun, tidak mengapa saya menjadi ibu yang labil.
Akan saya nikmati semuanya dengan seksama, karena itulah indahnya menjadi ibu. Ada yang mengusik hidup saya, membuat saya lelah, membuat saya capek, membuat saya kurang tidur, bahkan kadang membuat saya depresi.
Tapi, karena itulah saya merasakan kebahagiaan yang tidak tergantikan oleh apapun di dunia ini.
Itulah indahnya menjadi seorang ibu. Jadi, apa ceritamu di hari pertama anak masuk sekolah ini, bu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H