Mohon tunggu...
Legen Tuban
Legen Tuban Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Cinta adalah dzikir. Cinta adalah lantunan syair. Cinta adalah ibadah tiada akhir..." Rey's Diary | https://LegenTuban.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kembang...Syair Terakhir Untukmu! (Episode Cinta Rangkat #72)

9 Januari 2011   05:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:48 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Gemericik Sungai Rangkat. Di atas bebatuan, Penyair Jalanan Termenung sendiri. Merasakan hati yang membuncah. Peperangan batin yang terus menggebu – gebu membuat dia semakin sedih. Cinta yang selalu diagungkan sebagai sebuah keindahan yang tak tergantikan kini telah ternoda… Kembang… entah kenapa selalu dengan kembang ia terluka. Sebelum menetap di desa Rangkat, ia menjadi gila juga karena kembang. “Ach.. kembang… Harummu menyayat kalbu !”gumam Penyair dengan tetesan matanya yang mengalir lembut di pipinya.

~~ooO0Ooo~~

Aliran sungai rangkat yang bening. Kupu – kupu terbang kesana kemari dengan corak warna yang anggun dan menawan. Dedaunan hijau. Dan serpihan – serpihan air terjun memantulkan cahaya mentari menjadi sebuah pelangi. Udara segar yang tercipta dari makhluk – makhluk Tuhan yang bertasbih, berhembus semilir menerpa wajah penyair dengan lembutnya. Perlahan... Ia menghirup nafas dalam – dalamdan mensyukurinya sebagai suatu nikmat yang tak tergantikan.

~~ooO0Ooo~~

Di batu besar…. dimana dibawah mengalir air sungai rangkat yang bening dan berenang bermacam – macam ikan, penyair mencurahkan isi hati kepada Tuhan tentang kegalauan hatinya yang selama ini ia rasakan. “Ya Tuhan… Kaulah yang menciptakan semua keindahan. Kau pula yang menghadiahkan sebuah keindahan. Dan Kaulah yang menghadiahkan Cinta sebagai sebuah keindahan yang terindah. Tapi kenapa keindahan cinta yang kau hadiahkan pada hamba  membuat luka dan lara yang tersemat dalam palung hati ? Ya Tuhan... Kau ciptakan Rahasia di dalam Rahasia. Kau pula Memberi apa yang Hamba butuhkan bukan hamba inginkan. Dan Kau pulalah yang membuka Tabir kebenaran Cinta Sejati. Maka.. segerakanlah Kau ungkapkan Rahasia di dalam Rahasia-MU. Segerakanlah Kau Berikan apa yang Hamba Butuhkan. Dan segerakanlah Kau buka Tabir kebenaran Cinta Sejati untuk Hamba.......” lelehan air mata yang mengalir diantara pipinya, kini menjadi gerimis dalam hati. Gerimis yang menyirami kekeringan hati.

~~ooO0Ooo~~

Suara nyanyian alam yang syahdu dan merdu, mencoba mengusap lelehan air mata dan gerimis hati Penyair Jalanan yang terus mengguyur. Ketika air matanya berhenti, ia mengambil buku catatan yang selalu di bawanya dan menuliskan sebuah puisi. Tentang rasa cinta, tentang sebuah asa, tentang sebuah impian, tentang sebuah masa depan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Segenap rasa aku curahkan

Segenap cinta aku dendangkan

Segenap jiwa aku lakukan

Segenap hati aku torehkan

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Untukmu Wahai Bunga dalam Lagu

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sengaja ku jadikan air sebagai saksi bisu

Tentang retaknya bahtera yang ku buat

Dari rasa cinta kepadamu

Wahai Bungaku

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sengaja ku jadikan batu sebagai penopangku

Pilar – pilar yang runtuh

Ambruk berkeping – keping

Menjalar dan menebar virus dalam kalbu

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sengaja pula ku jadikan pelangi sebagai pengindahku

Karena cinta ini tak seindah dulu

Tak seperti kuncup bunga mawar melati

Mekar di pekarangan kalbu

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sungguh hancur hatiku

Kala kau pilih Dia dan Dia

Sebagai pengindah cintamu

Sebagai Kuncup yang mekar di pekarangan kalbu

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wahai ikan...

Kau dengar kan Tentang Asaku ?

Kau dengar kan Tentang Mimpiku ?

Kau dengar kan Tentang inginku ?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tolong sampaikanlah padanya...

Wahai Ikan..

Tentang Asaku

Tentang Mimpiku

Tentang Inginku

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dan Bersama Air

Berenanglah, sampaikan salam Cinta

Yang tak berbalas Indah

Kini Menjadi hamparan samudera

Mengering, tanpa suatu Keindahan Yang Terindah

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dengan sedikit senyum sungging menahan kepedihan yang ada,ia menutup buku catatannya dan menyimpan bait – bait itu sendiri. Agar ia menjadi saksi bahwa ia pernah mencintai Kembang yang harum dan menjadi Syair Terakhir untuknya. Indah nian langit biru. Dengan matahari condong ke ufuk barat dan cahyanya melukiskan guratan – guratan pena sang Pencipta Alam. Tampak ia masih duduk menikmati suasana sore itu dan bermain – main di sungai Rangkat. Bagai anak kecil yang tanpa beban. Tanpa tangisan. Tanpa kesedihan.... tenang setenang suasana sungai Rangkat...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun