Mohon tunggu...
Legen Tuban
Legen Tuban Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Cinta adalah dzikir. Cinta adalah lantunan syair. Cinta adalah ibadah tiada akhir..." Rey's Diary | https://LegenTuban.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Janda Kembang 2

6 Desember 2010   20:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:57 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam di desa Rangkat. Selalu menjadi salah satu tempat terindah di dalam lubuk hati  penyair. Pepohonan rimbun dibelai angin sepoi, bunga - bunga bermekaran memancarkan harum sedap sebagai media relaksasi, dan suara - suara sesahutan hewan malam melantunkan melodi - meloadi indah nyanyian alam. Penyair bersyukur dapat tinggal di desa Rangkat yang asri ini. Masih bercengkerama dalam malam, dua sosok insan terlihat asyik berbincang di pos ronda desa Rangkat. Siapa lagi kalau bukan "Janda Kembang" dan "Penyair Jalanan". "Mas rey... mas kan sudah tahu nech kisahku hingga ku sampai di desa ini." "Iya benar..." "Nah.. sekarang mas rey cerita dong tentang kisah mas ! aku kan juga pengen tahu." Glodak.. kalimat yang di haturkan Janda Kembang, membuat Penyair terkejut mendengarnya. "Neng... yang rahasia biarlah rahasia ya."jawab penyair menghindar. "Lho kenapa mas ?" tanya Janda kembang curiga. "Eh... neng ini ada gorengan. Masih anget. Enak lho... ada tahu isi, ote - ote, pisang goreng, tape goreng, dan roti goreng. Neng mau yang mana ? boleh ambil. Gratissss...." balas penyair mengalihkan pembicaraan. "Wah.. kebetulan mas. Saya juga lagi kedinginan." "Siiip... eh neng kalau kedinginan mending kedalam pos ronda aja. Asyik lho." "Ke dalam ? Berdua ?" "Ya kagak lah neng. Kalau laki dan perempuan berdua - duaan yang ketiga takutnya setan neng. Kalau mau berduaan sama saya, kita tunggu komandan aja, biar komandan jadi setannya. Hehehehe..." "hah ? huahahaha... mas ini bisa aja. Entar kalau ada orangnya, mas dipentungin sampai babak belur nanti. Tapi lucu juga mas.. hehehe.. ehm... Gak usah dech mas saya mau pulang saja." "Eh, tunggu neng jangan keburu - buru. Nanti saja pulangnya nunggu komandan atau mas david kemari. Biar nanti saya antar. Gak baik neng wanita pulang sendirian." "Lha kalau mas yang ngantar, saya lebih takut mas. Takut gilanya kumat !!" "Yach eneng. Kok fikirnya negatif begitu. Saya ini gilanya bukan gila - gila biasa. Tapi gilanya luar biasa." "Nah lho ! itu tambah parah mas." "Neng maksud saya, kegilaan saya ini bukan seperti penyakit gila orang - orang biasanya yang ngomong - ngomong sendiri, komat - kamit tiada henti, sampai yang terparah telanjang dalam publik !! kalau saya gila mah, tak mungkin neng aye bisa buat syair - syair indah apalagi ngobrol - ngobrol sama eneng." "Oh gitu ya ? heheh.. maaf...: "Yasudah neng tak apa. Sekarang neng masuk ke dalam aja sambil main komputer tuh !" "Wow.. hebat... Fasilitasnya lengkap. Ternyata meskipun di desa, warga disini tak mau ketinggalan zaman ya mas ?" "Ya itulah neng kelebihan desa Rangkat. Makanya saya betah tinggal disini, biasanya saya berpindah - pindah tempat." "hem... asyik. Saya maen dulu ya mas ? oiya ? tak apakah sam komandan ?" "Tak apa neng asal digunakan dengan baik dan benar." "Ok siap meluncur..." Saat Janda Kembang sedang asyik mengotak - atik komputer, ada rasa lega yang menyelimuti Penyair Jalanan. "Huft.. untung saja rahasiaku tak ketahuan. Kalau ketahuan bisa - bisa gawat nech." Bisik hati penyair. "Ehm... Ku pandang - pandang si Janda Kembang, Subhanallah... cantiknya luar biasa. Kesempurnaan ciptaan Tuhan. Sangat bodoh mantan suaminya itu meninggalkannya... Oh Tuhan.. rasa ini kembali lagi setelah melihatnya. Rasa cinta yang aku pendam dalam - dalam untuknya. Ach.. udahlah jangan lagi jangan lagi."sesaat termenung. "Oiya.. mungkin beberapa syair dapat mencerahkannya kembali. Dan juga mungkin sedikit Cinta." Lalu.. penyair mengambil lima lembar kertas di buku catatannya menjadikan bentuk persegi. Dan menulis syair di masing lembaran - lembaran tersebut. Setelah usai membuat syair, di bentuklah kertas - kertas tersebut dengan bentuk origami angsa. Kemudian menuliskan angka pada origami - origami tersebut secara berurutan.

~~~~~~~~~~ooOOOoo~~~~~~~~~~

Derap langkah kaki seseorang mendekat memancing penyair untuk melihatnya. Ternyata komandan telah kembali dalam tugasnya. "Bagaimana Komandan kondisinya ?" "Seperti biasa, A - MAN !" "Baguslah kalau begitu." "Eh.. Janda Kembang kau apakan aja ? Tak kau sentuh, lirik, jilat, atau gigit kan ?" "Kalau dilirik mah iya.. bahkan salin lihat - lihatan, tapi kalau yang lainnya ya kagak Komandan. Aku kan bukan Hewan ! Aku hanya penyair jalanan ! meskipun gila, tapi aku masih waras komandan !" "Weits.. jangan marah - marah." "Habisnya sech komandan kalau bercanda kelewatan ! masa manusia di samakan dengan hewan ?" "hahahaha...."tawa komandan "Heran dech, sebenarnya siapa yang gila ya ? ach sudahlah..."penyair keheranan. "Eh pak Komandan sudah balik ya. ? Mas jadi apa tidak antar saya ?"tanya Janda Kembang. "Siap !! Laksanakan !! hehehe..." "Yasudah ayo mas antar Ningwang." "Komandan jangan iri ya ? hehehe..."bisikan Penyair pada komandan "Ya kagaklah.. aku kan dah punya jeng Pemi.." "Huss.. jangan keras - keras komandan, entar kedengeran." "Ada apalagi mas Rey ? Ayo berangkat. Ningwang dah  ngantuk nech !" "Kagak ada apa - apa kok, Ok let's go !"dengan senyum gembira.

~~~~~~~~~~ooOOOoo~~~~~~~~~~

Semerbak bunga, lambaian pepohonan, hembusan angin malam, nyanyian malam. Membuat nuansa perjalanan itu semakin romantis. Rembulan di ujung sana bersinar terang tanpa mendung menghampiri. Bintang - bintang tak ketinggalan bercengkerama bersama bulan. Menambah keromantisan perjalanan itu. Mencoba untuk berucap sepatah dua kata, sungguh tidaklah bisa. Bagai ada yang menahan agar tidak berucap dan membisikkan sesuatu pada penyair. "Sudahlah... lupakan saja dia. Lupakan dan lupakan. Belumlah saatnya kau mengungkapkan cinta. Dan dengan kondisimu seperti ini, mana mau orang mencintaimu ?! Kalau toh ada orang itu, benar, benar, dan benar GILA !!!" Terus dan terus begitu, bisikkan itu terdengar mengalir oleh penyair. Iya [un hanya bisik mencuri - curi pandang Janda Kembang. "Mas rey... kita sudah nyampe. Saya mau masuk rumah dulu ya ?" "I...iiya... eh.. Tunggu dulu neng, saya punya sesuatu untuk neng." "Apa itu mas ?" "Origami Angsa neng yang telah terisi dengan syair." "Wah.. bener mas ni untuk saya ? So Sweet...." "Ah gak juga neng... Yasudah neng saya kembali dulu ya ?" "Ok mas. Selamat malam..." "Selamat Malam juga neng." Hening kembali. Serasa nyanyian alam berhenti. Rembulan dan bintang tak seindah semenit lalu. "ah.. sudahlah... lebih baik makan gorengan dan main catur sama komandan.."bisiknya dalam kalbu. Ningwang yang mendapatkan surprise dari penyair, merasa penasaran. Lalu membuka satu - satu Origami Angsa sesuai dengan nomor yang ia lihat.

~~~~~~~~~~ooOOOoo~~~~~~~~~~

Mula -mula ia buka Origami Angsa yang bernomor 1 dan membaca isinya.

"Aku tersesat...

Sungguh ku tersesat...

Di tempat ku bertemu bidadari...

Yang mulai mengusik hati.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun