Penulis-penulis tersohor seperti Andrea Hirata, Tere Liye, Raditya Dika, mereka bisa sukses sebagai penulis, ya karena mereka memang sudah menulis sejak dini. Skill dan bakat menulis mereka sudah terasah selama bertahun-tahun, hingga mereka mampu menelurkan karya yang fenomenal di pasaran.
Sementara butuh waktu berapa tahun lagi bagi saya untuk dapat menghasilkan 'magnum opus' saya sendiri? Mungkin tiga atau bahkan lima tahun lagi? Karena ya, saya memang telah lambat memulai. Sejak masih remaja saya belum tahu tujuan dan cita-cita saya. Baru pada umur dua puluh tujuh saya baru menemukan jati diri saya.
Sepertinya tidak ada yang perlu saya sesali, toh kehidupan terus berjalan dan lebih baik memulai dari sekarang daripada tidak melakukan apa-apa dan terus mengeluh karena keadaan. Karena ini semacam proyek jangka panjang yang memang membutuhkan kesabaran hingga saya memetik hasil dari apa yang telah dibangun selama bertahun-tahun itu.
Saya tahu betul apa yang menjadi potensi saya dan bagaimana cara memanfaatkannya. Kayaknya sih ini cuma masalah waktu aja ya? Semua kan gak ada yang instan? Kecuali kalau jadi bandar judai atau jadi affiliator investasi bodong, bisa kali ya? Hahaha.
Tapi ya, apa artinya kesuksesan semu yang seperti itu. Emang sih, awalnya bisa flexing-flexing untuk menaikan status sosial, tapi kalau ujung-ujungnya dibekuk polisi juga ya, ngapain dah. Sengsara juga ye, kan?
Saya sih, selalu percaya tiap orang itu punya 'golden age' nya masing-masing. Entah di umur ke berapa saya berada dalam masa 'kejayaan' saya. Hidup kan memang begitu. Seberkuasa-kuasanya seorang raja, atau presiden toh ujung-ujungnya bakal turun juga kan? Atau didemo atau dikudeta kalau dia gak mau turun juga.
Sebagai contoh si Jk. Rowling penulis Harry Potter juga baru sukses dan cerita itu meledak di usia 30-an kan ya? Padahal sama seperti penulis pada umumnya, dia juga udah mulai nulis sejak masih remaja. Bahkan di usia sebelas tahun katanya dia udah pernah nulis novel juga meski ceritanya itu gak populer. Butuh berapa tahun tuh sampai dia bener-bener mencicipi manisnya hasil dari karyanya itu?
Bahkan nih novelis tersohor asal Jepang, Haruki Murakami, konon baru menulis fiksi di umur dua puluh sembilan. Itu menurut wikipedia. Nah berarti gak ada kata terlambat kan?
Ini juga yang menjadi pertimbangan saya untuk terus melanjutkan dan mencoba peruntungan di bidang menulis. Saya hanya tidak mau meninggalkan apa yang telah susah payah saya bangun, meski hingga hari ini belum ada hasil yang sesuai dengan ekspektasi.
Karena beneran, lelah rasanya kalau kita kembali memulai sesuatu dari nol. Harus belajar lagi, harus meraba-raba lagi. Harus trial and error lagi, duh repot. Jadi, mending melanjutkan saja apa yang telah kita mulai dengan terus sabar dan konsisten.
Saya juga gak bisa mengontrol hasil, karena yang bisa saya kontrol hanyalah diri saya sendiri. Meski kadang-kadang merasa sendirian gak ada yang nyemangatin, cie elahhh. Tapi gak papa, toh nanti juga kalau berhasil saya sendiri yang merasakannya, hehehe.