Malam ini sudah pukul sebelas dan aku masih ingat apa yang bulan lalu kamu katakan, "Aku gak mau diganggu dulu." Hingga sebulan kemudian setelah kalimat-kalimat itu kubaca dan kucerna dengan baik, dirimu hilang. Entah terbawa angin atau diculik alien.
Sejak saat itu aku trauma dan tidak mau lagi membuka sisa percakapan kita yang tak kunjung aku delet. Semua masih rapi ku arsipkan dalam folder khusus yang aku beri nama, "Kenangan Kita."
Lain kali akan aku kirim sebelas folder itu setelah kamu punya pacar baru. Atau setelah kamu menghapus nomor ponselku di handphone mu. Mungkin itu jauh lebih baik, sehingga waktu menyendirimu jauh lebih tenang tanpa aku.
***
Sembilan bulan berlalu dan secara kejam kamu mengaborsi hubungan ini. Kau terbukti bersalah dan melanggar pasal sebelas ayat satu tentang praktik pembunuhan perasaan. Semoga kau dihukum seberat-beratnya.
Sebab ini sungguh tidak adil bagiku. Kau yang hilang tanpa kabar, sementara aku yang tersiksa sendirian di tempat ini. Mungkin sesekali kita harus bertukar posisi agar bisa sama-sama saling mengerti persoalan yang sebenarnya.
Tapi kamu terlalu egois. Kamu bukan orang yang senang berkompromi. Ego mu sudah kadung mendarah daging dan sulit untuk diruntuhkan. Pangeran mana yang tak sebal dengan sosok Putri yang bertingkah seperti itu?.
Sebelas hari lagi, baru kau akan mengerti bahwa akulah satu-satunya laki-laki yang punya sebelas kelebihan yang tulus menerima sebelas kekurangan mu.
Misalnya kelebihanku yang kesatu, sabar menunggu pesan masuk dari mu, kedua, kuat mengalah demi mengenyangkan ego mu, ketiga, keempat, kelima dan seterusnya tak perlu kuceritakan disini, karena aku tak mau dicap sebagai orang sombong yang terlalu mencintai mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H