Tepat pukul 07 pagi, bulan November di tepi trotoar itu, ia tiba - tiba merajuk. "Aku sudah tahu kamu punya cewek lain, lebih baik kita akhiri saja hubungan ini.!!" Katanya, nada bicaranya meninggi.
Aku masih ingat kaos yang ku gunakan di moment perpisahan itu, warna hitam bertuliskan "The Beatles" salahsatu band favorit yang sama - sama kami sukai.
"Ia, tapi aku sama dia baru sebatas teman, enggak lebih!!" Jawabku menanggapi tuduhannya itu.
Sementara gerimis masih terus mengguyur kota yang semakin lama - semakin gelap dan lengang. Cuaca seakan mendukung proses perpisahan kami yang semakin di ujung tanduk. Tak banyak kendaraan yang lalu lalang, rupanya orang - orang memilih berdiam diri dirumah, ketimbang harus basah kuyup dan menggigil kedinginan di akhir pekan yang muram ini.
Aku yang awalnya mengenakan sweater rajut berwarna cokelat, harus rela dilumat embun pagi dan hembusan angin yang perlahan - lahan menusuk pori - pori kulit ku. Bukan dingin dan kelu, kali ini benar - benar mati rasa. Tapi aku tak peduli, melihat wajah Anna yang kian pucat dan rambutnya makin basah membuat aku bergegas menyelimuti tubuhnya dengan sweater yang aku kenakan.
Memang rasanya tak masuk akal kalau hubungan kami tiba - tiba berakhir begitu saja. Padahal, aku dan Anna sudah jadi bucin satu sama lain, sejak aku mulai berhubungan dengannya dua tahun yang lalu. Perkenalan kami pun tergolong cepat dan mulus. Berawal dari obrolan kami di twitter tentang selera musik yang hampir sama, kami pun lantas menjadi akrab dan bertukar nomor telepon.
Bukan saja karena selera musik, hal yang membuat aku mulai menyukai Anna adalah bentuk kelopak matanya yang sedikit sayu, yang apabila dilihat dari kejauhan ia nampak seperti orang yang selalu mengantuk. Bentuk dagunya yang lancip dan kedua pipinya yang bulat kemerah - merahan juga tak pernah gagal membuatku terkesima padanya.
Tapi ada saja hal yang membuat dirinya insecure, yakni soal bobot tubuhnya. Suatu waktu ia pernah curhat tentang rencana untuk merampingkan bentuk tubuhnya. "Aku pengen banget diet, gak mau terlalu gendut kayak gini." Ucap wanita yang hobi makan junkfood itu.
Aku pun buru - buru menepis keinginannya nya dengan berseloroh lembut, "Udah gak usah lah beb, aku malah suka body kamu yang kaya gini, lebih sexy!" Sambil memijat - mijat lipatan lemak yang ada di bagian perutnya itu.
Serupa halnya dengan bunga Mawar, itu pula yang sejatinya ada pada diri Anna. Kadang - kadang aku bisa terhanyut dalam setiap keindahan yang ia punya, tapi disaat yang bersamaan, sifat - sifat yang melekat pada dirinya itu sudah seperti duri yang semakin lama, semakin melukai diri ini. Aku serasa sedang mencicipi kopi plus dengan ampasnya, manis dan pahit secara berbarengan.