Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Insiden Patah Tulang yang Pantas untuk Dikenang

18 Juni 2023   18:47 Diperbarui: 18 Juni 2023   19:02 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini adalah hari ke 8 dimana saya mengalami peristiwa yang sama sekali tak pernah saya duga akan terjadi dalam hidup saya. Sabtu pekan lalu di suatu malam tatkala saya sedang berlatih sparing silat dengan sesama anggota perguruan yang lebih senior, saya terbanting dengan posisi jatuhan yang menyamping.

Alhasil tulang yang ada di sekitar bahu saya patah dan saya harus mengalami perawatan dari ahli patah tulang.

Bagaimana rasanya? Sedikit syok, tak menyangka dan tak percaya saya bisa mengalami insiden menyakitkan ini, padahal jelang 2 minggu lagi saya akan mengikuti tes terakhir sebelum kemudian saya diwisuda atau (disahkan) sebagai warga (anggota) perguruan silat Setia Hati Terate.

Padahal sebelum melakukan latihan sparing itu, saya terus memanjatkan do'a, meminta perlindungan dan pertolongan agar tidak terjadi apa-apa, namun takdir berkata lain, Allah menghendaki terjadinya insiden ini. Mungkin ada maksud baik dan rencana Allah dibalik musibah ini, begitu pikir saya.

Beruntungnya saya merasa bersyukur dan bahagia, saudara-saudara saya yang lain (anggota perguruan) benar-benar begitu sigap membantu dengan tulus dan ikhlas, dari mulai mengantarkan saya ke ahli patah tulang, hingga mengantarkan saya pulang ke rumah yang jaraknya begitu jauh dari tempat latihan.

Musibah yang tadinya saya pikir akan mengerikan justru menjadi berkah dan hikmah tersendiri bagi saya. Dari situ saya jadi tahu ternyata saya telah memiliki banyak saudara baru yang siap membantu tatkala saya sedang ditimpa musibah.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Alhamdulilah, ucap saya dalam hati. Mungkin ini memang jalan yang harus saya tempuh untuk menjadi warga SH Terate, latihan yang begitu berat, tekanan mental, jarak tempuh latihan yang berkilo-kilo meter saya tempuh nampaknya tidak sia-sia. Sekarang saya telah menemukan tempat atau habitat dimana seharsunya saya tinggal dan SH terate lah jawabannya.

Apabila harus flashback ke belakang, saya tak menyangka sudah bisa sampai sejauh ini. Berawal dari sabuk polos (hitam), kemudian naik ke merah muda, naik lagi ke hijau dan terakhir dengan rasa haru dan bangga saya bisa mengenakan sabuk putih dimana hanya tinggal 2 bulan lagi pendidikan yang saya tempuh kurang lebih 1 tahun ini pun akan berakhir.

Tapi meski begitu, ini bukanlah akhir dari segalanya, ini justru adalah awal dimana saya mengenal lebih dalam tentang ilmu dan ajaran luhur dari PSHT. Yakni, mendidik manusia yang berbudi luhur tahu benar dan salah serta ikut memayu hayuning bawono. Begitu luhur dan adiluhung ajaran ini sehingga harus saya perjuangkan dengan cara berdarah-darah untuk dapat mempelajarinya.

Musibah ini justru menjadi semacam tirakat untuk menaikan level spiritualitas saya, kesadaran saya, kedewasaan saya serta kebijaksanaan saya dalam memahami arti dari ilmu silat yang sesungguhnya.

Saya jadi lebih sadar dan mengerti bahwa di pukul, ditendang apalagi dibanting itu rasanya sakit sekali, artinya tatkala nanti saya sudah benar-benar menguasai ilmu silat ini maka saya harus lebih berhati-hati dan lebih bijak dalam menggunakannya apabila tidak ingin berujung fatal seperti yang sedang saya rasakan ini.

Dari insiden ini juga saya dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus berhati-hati dan wasapada terhadap lawan atau siapa yang sedang kita hadapi? Jangan sampai kita gegabah dan lengah tatkala sedang berhadapan dengan orang yang mungkin jauh lebih hebat dari kita, jauh lebih tinggi jabatan dan status sosialnya dari kita, maka senantiasalah berpikir lebih cermat dan lebih bijak sebelum bertindak.

Anehnya tidak ada sedikit pun rasa penyesalan atau pun dendam di hati ini, terutama pada senior saya yang telah mematahkan tulang bahu saya ini, justru saya yang merasa bersalah dan beberapa hari ini saya sering intropeksi bahwa saya memang terlalu gegabah dan ceroboh. 

Saya sadar ilmu bertarung saya memang belum ada apa-apanya sehingga masih harus terus belajar lebih giat lagi. Ada pelajaran yang begitu berharga yang bisa saya ambil dari insiden ini.

Ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang pendekar, petarung atau fighter kita juga tentu harus siap dengan segala risiko yang ada. Kondisi-kondisi seperti cidera hingga patah tulang adalah hal biasa bagi seorang petarung.

Tentu bukan itu yang kita cari, tapi kondisi-kondisi semacam itu nampaknya memang tak dapat dihindari, kita bisa melihat petarung-petarung seperti Mc Gregor hingga Khabib Nurmagomedov pun pernah mengalami patah tulang.

Akhirnya saya pun mengalami itu. Dan ini menjadi semacam ujian untuk membawa saya untuk naik kelas. Seperti inilah petarung. Seperti inilah seorang pendekar yang tak boleh menyerah dan mau untuk terus belajar dan berproses menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Terimakasih untuk saudara-saudara ku yang telah membantu, saya berjanji setelah ini saya akan belajar dan berlatih lebih keras lagi. Salam Persaudaraan PSHT Jaya. !!!!

Sukabumi, 18 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun