Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika yang Berprestasi Malah Dirundung Bukan Didukung

20 Januari 2023   09:24 Diperbarui: 26 Januari 2023   21:48 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelajar berprestasi.(Tangkapan layar Instagram Pusat Penguatan Karakter) 

Karena pada umumnya pertunjukan dance sport ini memang dilakukan oleh sepasang orang dewasa, tak jarang orang-orang yang ada diluar negeri memperagakan gerakannya dengan cukup "erotis", namun tetap yang paling dominan adalah nilai seninya.

Oleh karena itulah pertunjukan seni ini pun masuk dalam cabang olahraga. Di Indonesia sendiri olahraga dance sport ini ada dalam naungan Ikatan Olahraga Dansa Indonesia (IODI) yang juga diperlombakan bagi atlet-atlet difabel, dimana mereka mengikuti dance sport dengan menggunakan kursi roda.

 Instagram.com/nadiemmakarim
 Instagram.com/nadiemmakarim

Nah, Keysha dan Devina sendiri rupanya adalah atlet Porprov 2022 Jawa Barat pemenang medali emas dicabang olahraga dance sport ini. 

Jadi keduanya beraksi menari dan meliuk-meliuk bak sepasang kekasih itu memang tujuannya untuk perlombaan bukan untuk hal-hal lain, apalagi untuk mesra-mesraan atau cinta-cintaan.

Aksi kemarin yang viral di media sosial itu pun, gerakannya memang di perlombakan, jadi tidak sembarangan bergerak kesana kemari begitu saja, ada teori, teknik yang memang perlu dipelajari dalam cabang olahraga ini.

Namun yang cukup mengganggu dari komentar negatif tersebut adalah, kenapa harus ada kata "muslim" dan sentimen "asing" disana? Seolah-olah setiap budaya yang datang dari barat itu tidak Islami. 

Orang kadang sering salah kaprah kalau ingin menjadi Islami itu harus meniru dan hidup sebagaimana budaya "Arab" padahal itu tidak sepenuhnya benar.

Pemikiran dan pandangan tertutup seperti itu yang kadang bisa menghambat Indonesia maju. Karena kita bukan negara Komunis seperti halnya Korea Utara yang mengharamkan budaya asing untuk masuk ke negaranya.

Cara berfikir yang terlampau fanatik dalam beragama pun bukannya baik, malah bisa menjadikan seseorang "keblinger" dan tidak mengerti "esensi sejati" dari agama itu sendiri. 

Sehingga keinginan untuk memaksakan kehendak dan merasa benar sendiri pasti akan senantiasa menjangkiti orang-orang yang mempunyai pemikiran fanatik semacam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun