Jonathan Rothwell seorang ekonom Amerika Serikat juga menulis di The New York Times, menerangkan ada bukti baru bahwa kebiasaan menonton dapat mempengaruhi pemikiran, prefrensi politik, bahkan kemampuan kognitif. Kenyataan ini seharunya menjadi pedoman bagi media-media yang ada di Indonesia untuk menyiarkan tayangan-tayangan yang berkualitas setidaknya edukatif bagi publik.
Bukan malah secara terus menerus mengeksploitasi dan mengekspos hal-hal unfadeah dan mengundang kontroversi dengan menghadirkan orang-orang yang mendatangkan pro-kontra hanya sekadar untuk mendulang rating demi keuntungan perusahaan semata.
Seharusnya revolusi mental segera ditindak lanjuti mulai dari tontonan yang disuguhkan pada publik. Pemerintah sepertinya perlu sering introspeksi, apakah tayangan-tayangan yang kini ada di media-media khususnya televisi sudah cukup mencerdaskan bangsa dan sudah sesuai dengan standar siaran yang layak konsumsi?Â
Karena miris apabila publik terus menerus disuguhi oleh program-program yang kurang mendidik dan jauh dari standar program siaran seperti ini. Hal ini akan berefek pada banyak aspek, bukan saja pada kecerdasan publik, tapi juga bisa menurunkan kualitas mental masyarkat sehingga menganggap hal-hal yang dilarang dalam norma masyarakat menjadi suatu kewajaran dan orang tidak akan malu lagi apabila berbuat hal-hal yang bertentangan dengan aturan.
Penting untuk segera dibenahi.  Salam [Reynal Prasetya]