Namun lama-lama kemudian setelah mengenalnya sekian lama dan saya tahu bahwa kebaikannya itu ternyata dilatarbelakangi karena ada sebuah 'kepentingan' dan bahkan ia mencoba untuk 'mendikte' dan mengontrol saya, maka saya pun tetiba hilang "respect" pada orang tersebut.
Segala macam bentuk kekaguman, rasa bangga dan apresiasi yang dulu saya berikan padanya seolah lenyap dan sirna bak ditelan angin begitu saja akibat satu perbuatan dan kelakuan ia yang membuat saya "malas" dan tidak ingin menaruh respect lagi padanya.
Begitulah cara kerjanya. Respect itu memang seringkali muncul secara otomatis tatkala kita bertemu dan mengagumi seseorang, entah karena keberaniannya, ketulusannya, kebaikannya, kejujurannya, kedermawanannya, atau pun sifat-sifat mulianya yang lain.
Sebaliknya, respect juga bisa tiba-tiba hilang dan sirna dengan sekejap tatkala orang yang kita temui atau orang yang kita kenal itu mulai menampakan sifat-sifat yang buruk seperti berbohong, menipu, angkuh, keras kepala, mau menang sendiri, berkata kasar, sering merendahkan dan sifat-sifat buruk lain yang seringkali menjengkelkan.
Celakanya kalau orang lain sudah hilang respect dengan kita, maka kita yang akan menanggung rugi karena kita tidak akan diperdulikan, dihargai dan dihormati lagi. Itulah mengapa menjaga "respect" ini begitu penting dalam kehidupan sosial.
Saya sendiri akan merasa malas, masa bodoh dan tidak peduli jikalau rasa respect saya telah hilang pada seseorang. Tapi bukan berarti perasaan itu tidak bisa dikembalikan, meski pun peluang untuk pulih kembali itu cukup sulit dan sukar dilakukan.
Sebagai gambaran misalnya, saya paling tidak respect kepada orang yang suka bercanda terlalu berlebihan, apalagi ia menjadikan kekurangan orang lain dengan cara membully dan berkata kasar sebagai bahan candaannya itu.
Saya juga paling tidak respect pada orang yang "sok kenal sok dekat" dan suka mencampuri urusan pribadi bahkan kerap menyinggung hal-hal yang personal. Seolah-olah orang tersebut merasa paling tahu tentang diri saya dibandingkan dengan diri saya sendiri.
Dan ia merasa paling baik dan selalu membicarakan kekurangan dan kelemahan-kelamahan yang ada pada diri saya, namun lucunya ia tidak pernah merasa harus "introspeksi" bahwa ia pun memiliki banyak kelemahan dan kekurangan yang ada pada dirinya.
Terus terang saja, saya paling malas dan tidak respect dengan model-model orang seperti ini. Karena orang tersebut tidak bisa menghargai dan menghormati karakter dan keunikan orang lain, ia merasa orang lain harus sama dan seragam seperti dirinya.
Pertanyaanya, apakah saya layak menaruh respect pada orang semacam itu? Anda bisa menyimpulkan!