Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Kebijaksanaan Spiritual Jawa yang Patut Diteladani

24 Desember 2022   09:01 Diperbarui: 24 Desember 2022   09:08 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ojo kagetan mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang tenang, sabar dan tegar dalam menghadapi setiap situasi. Karena seberat apapun ujian dan masalah yang kita hadapi kalau kita mampu tetap tenang dan tegar kita pasti bisa melaluinya.

Sedangkan Ojo Gumunan berarti, dalam hidup kita juga jangan mudah terheran-heran. Karena segala sesuatu peristiwa atau fenomena yang terjadi sudah barang tertentu terjadi sesuai kuasa dan atas izin-Nya.

Apabila kita melihat orang yang lebih kaya, sukses, hebat, rupawan, dan punya kelebihan daripada kita, tentu kita tidak perlu "gumun", tidak perlu heran, "wah dia ini hebat", "wah kok bisa yah dia punya skill seperti itu", dan ungkapan kekaguman lainnya yang menunjukan keheranan, padahal kita tahu kelebihan-kelebihan yang ada pada manusia termasuk pada diri kita sejatinya adalah pemberian dan titipan Tuhan.

Sementara Ojo Dumeh mengajarkan kepada kita untuk selalu rendah hati dan "handap ashor". Tidak menjadi pribadi yang angkuh tatkala kita mempunyai kelebihan atau pun kuasa. Sehingga kita tidak lupa bahwa apa yang kita punya ini hanya bersifat sementara dan merupakan titipan Tuhan.

Ojo Dumeh secara harfiah berarti "jangan mentang-mentang" jangan sok, jangan menjadi orang yang merasa paling hebat tatkala kita sedang berada diatas atau kita mempunyai kelebihan, kekuasaan, kepintaran, tetaplah membumi dan tidak pernah merasa bahwa kita paling "segalanya". Tanamkan ajaran ini dalam-dalam dalam jiwa kita sehingga kita bisa terhindar dari sifat takabur dan sombong.

2). Ojo Rumongso Biso, Nanging Kudu Biso Rumongso

Kalau diartikan kedalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya adalah, "Jangan merasa bisa, tapi harus bisa merasa". Apakah kita orang yang lebih "biso rumongso" daripada "rumongso biso"?. Karena "rumongso biso" akan menghantarkan kita pada sifat angkuh, merasa diri hebat, sedangkan "biso rumongso" sudah barang tentu kita selalu bisa jernih melihat kekurangan dan selalu bersedia untuk selalu memperbaiki diri.

Sayangnya dewasa ini kita melihat lebih bayak orang yang "rumongso biso" dibanding "biso rumongso" banyak yang lebih merasa bisa, merasa pintar daripada bisa merasa, dan "pintar merasa" padahal mungkin kemampuan dan ilmunya itu belum seberapa, tidak ada apa-apanya, tapi sudah kadung "rumongso biso" sehingga orang yang "rumongso biso" sulit melihat kekurangan dirinya sendiri dan lebih senang membanggakan apa yang menjadi kelebihannya.

Padahal diatas langit masih ada langit. Selalu ada orang yang pasti jauh lebih hebat daripada kita. Akan selalu ada orang yang jauh lebih unggul daripada kita. Maka sepatutnya kita "biso rumongso" dan tahu diri kalau kita masih perlu banyak belajar dan menimba ilmu dari orang lain yang lebih hebat dan berpengalaman daripada kita.

3). Suro Diro Joyo Ningrat, Lebur Dening Pangastuti

Kebijaksanaan spiritual ini mengajarkan kepada kita bahwa segala sifat keras hati, picik, jahat, serta angkara murka tentu hanya dapat dikalahkan dengan sifat bijak, lembut, serta sabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun