Seorang anak yang sering dikasari, dihardik bahkan di bully oleh orangtuanya sendiri otomatis ia akan menjadi pelaku bullying dan menganggap bahwa bullying itu adalah hal biasa dan "wajar" karena dialam bawah sadarnya tergambar jelas bagaimana perlakuan orangtua terhadap dirinya.
Sehingga sang anak menjadi "bingung" dan linglung bagaimana mengekspresikan apa yang ada dalam jiwanya itu. Mereka kurang kasih sayang dan ingin mencari perhatian dengan cara membully dan merasa puas apabila ia sudah membully orang lain.
Jadi, apabila ada seorang anak yang senang membully, yang harus disembuhkan tentu saja bukan si anak saja, tapi kita juga perlu menelusuri kebiasaan orangtuanya.
Bagaiamana cara dia mendidik anaknya itu? Seperti apa pola asuhnya itu? Karena jangan-jangan orangtuanya pun melakukan hal serupa pada anaknya sehingga anaknya pun menjadi pelaku dan senang membully orang lain.
Kasus bullying ini memang tidak bisa dianggap spele karena terbukti bisa merenggut jiwa korbannya. Seorang Psikolog bernama Trisa Genia C. Zega, M.Psi menyebut ada sekira 40% anak di Indonesia meninggal bunuh diri akibat tidak kuat terhadap bullying.
Dimana 38.41% mengaku pernah menjadi pelaku tindakan perundungan siber, sedangkan 45.35% lainnya mengaku pernah menjadi korban.
Saya berharap tidak ada lagi kasus-kasus yang terjadi seperti kemarin. Mari orang tua lebih peka terhadap anak-anak kita dan mari perbaiki pola asuh kita dan belajarlah menjadi orangtua yang baik dan bertanggung jawab sehingga anak-anak kita selamat dan tidak menjadi pelaku maupun korban bullying.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H