Entah apa yang disampaikan Jokowi kepada Zelenskyy sehingga ia terlihat begitu tegang. Namun yang jelas kunjungannya kali ini ke Ukraina dan berkomunikasi dengan Zelenskyy semata-semata untuk membawa misi perdamaian. Hal itu yang secara lugas Jokowi sampaikan di akun Twitter pribadinya.
Banyak yang menilai positif langkah yang dilakukan presiden Jokowi kali ini. Pujian, kekaguman dan rasa bangga dari para netijen dan rakyat Indonesia juga terus menggaung di berbagai media sosial. Bahkan kunjungan dan misi perdamaian Jokowi ini juga tidak luput dari sorotan media asing yang menaruh atensi atas langkah keberaniannya itu.
Begitupun dengan penulis yang ikut bangga dan kagum atas apa yang dilakukan Jokowi. Meski tidak mudah dan terbilang sulit untuk mendamaikan konflik ini. Namun hal ini sudah memberikan efek yang cukup besar bagi dunia.
Seperti yang kita tahu Jokowi adalah seorang Presiden Simbolis. Ia lebih senang memainkan simbol dan memberikan pesan secara tersirat namun mendalam sebagai komunikasi politiknya.
Jokowi bukan tipikal Pemimpin yang vokal dan senang berpentas di podium. Namun Jokowi adalah pemimpin yang lebih senang beraksi dan terjun kelapangan dan berbicara melalui tindakannya yang seringkali meninggalkan banyak sekali pesan-pesan yang menarik bagi kawan maupun lawan politiknya.
Dan sekarang Jokowi sedang memainkannya. Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia bukan hanya semata-mata membawa misi perdamaian saja, melainkan ada "pesan khusus" yang ia bawa untuk dunia. Khusunya untuk negara adidaya semacam Amerika.
Kita lihat seorang Jokowi yang wong jowo itu dengan percaya diri dan berani mengambil inisiatif sebagai "juru damai" untuk Ukraina dan Rusia. Disini Jokowi sebenarnya ingin memberi "contoh sekaligus pesan" untuk negara adidaya seperti Amerika, bahwa tindakan tersebutlah yang seharusnya "negara adidaya" dilakukan.
Sepagai Polisi Dunia harusnya Amerika lah yang berperan sebagai "juru damai". Tapi kali ini negara adidaya itu justru ikut memperparah konflik dan memperunyam keadaan.
Langkah Jokowi ini terbilang cerdik dan kren, karena menurut penulis ini luarbiasa. Memberikan contoh dan sekaligus menyinggung negara adidaya untuk melakukan hal yang serupa. Jadi disini Indonesia sudah seperti "negara adidaya" karena melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh negara adidaya.
Kalau Turki atau Inggris misalnya yang menjadi juru damai, ya pasti sudah biasa. Eh sekarang tiba-tiba ada negara dari Asia yang mengambil peran itu? Jelas ini sangat mempermalukan negara adidaya lain. Bahkan Malaysia pun sampai dibuat Iri dengan langkah Indonesia ini.