Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kekecewaan Shin Tae-yong, Kecerdikan Polking, dan Pelajaran bagi Timnas Indonesia

20 Mei 2022   13:15 Diperbarui: 21 Mei 2022   08:46 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada raut kekecewaan yang tergambar jelas dari wajah Shin Tae-Yong usai timnya gagal melaju ke final karena berhasil dikalahkan oleh timnas Thailand dengan skor tipis 1-0.

Pada kesempatan konfrensi pers usai laga, Shin Tae-Yong mengomentari beberapa hal terkait pertandingan yang berlangsung pada sore itu.

Pertama, ia menilai bahwa pertandingan tersebut tidak berjalan fair play, ia sangat menyesalkan apa yang dilakukan oleh beberapa pemain timnas Thailand dan juga anak asuhnya yang tidak bermain sportif, sehingga berujung pada keluarnya 3 kartu merah untuk timnas Indonesia dan 2 kartu merah untuk timnas Thailand.

Kedua, ia merasa kecewa terhadap performa anak asuhnya yang tidak optimal dan tidak bermain apik seperti halnya menghadapi lawan-lawan sebelumnya.

Manakala bertemu tim yang lebih kuat atau sedikit diatas timnas Indonesia, mereka ada sedikit rasa "takut" dan kurang percaya diri dalam bermain.

Ketiga, ia meminta maaf kepada para fans dan suporter timnas Indonesia yang menonton dan datang langsung ke stadion atas kekalahan anak asuhnya.

Keempat, ia menilai kekalahan timnas Indonesia bukan disebabkan karena faktor kelelahan fisik, melainkan karena para pemainnya kurang bisa memanfa'atkan setiap kesempatan dan peluang yang ada.

Menurutnya, timnya lebih banyak memiliki peluang, namun tidak ada yang berbuah goal, sedangkan Thailand memiliki sedikit peluang tapi mereka bisa memanfa'atkannya menjadi sebuah goal.

Kelima, ia juga menyayangkan beberapa keputusan wasit yang menurutnya kurang tepat. Tapi dirinya tidak mau menjudge terlalu berlebihan, menurutnya semua sudah terjadi dan ia menerima semuanya.

Seperti itulah kira-kira komentar STY usai timnya kalah tipis dilaga semifinal melawan Thailand.

Strategi Polking Berhasil Patahkan Strategi STY

Staf dan analis video taktik timnas Thailand Luis Viegas sedang melatih para pemain Thailand U-23 (superball.bolasport.com)
Staf dan analis video taktik timnas Thailand Luis Viegas sedang melatih para pemain Thailand U-23 (superball.bolasport.com)

Salahsatu staf Polking yakni Luis Viegas yang digadang-gadang sebagai analis video taktikal terbaik se-Asia Tenggara sebelum pertandingan digelar memprediksi bahwa pertandingan tersebut akan menjadi "very very difficult game" bagi timnas Thailand.

Benar saja, pertandingan tersebut seperti menjadi pertandingan hidup mati bagi timnas Thailand. Ia menilai kedua tim mempunyai kans yang sama 50:50 untuk dapat memenangkan pertandingan dan lolos ke final.

Bahkan Viegas menyebut, kemenangan tersebut merupakan keberuntungan bagi timnas Thailand. Timnya betul-betul beruntung dapat mengalahkan tim sekuat Indonesia dengan beberapa pemainnya yang cukup matang dan lebih berpengalaman daripada timnas Thailand. Karena sebelumnya para pemain tersebut pernah mengikuti ajang piala AFF 2020 yang lalu.

Di sinilah kecerdikan Polking terlihat. Ia tahu betul bahwa Indonesia mempunyai counter attack cepat yang bisa saja mengancam pertahanan timnya, maka ia tidak menginstruksikan pemainnya untuk bermain cepat dan high pressing melainkan bermain sabar dan menunggu momentum yang tepat sambil membuka ruang.

Ia juga sengaja menerapkan strategi man marking ketat pemain-pemain yang berbahaya dan punya kecepatan seperti Egy dan Witan bahkan dijaga oleh dua pemain sekaligus.

Kita bisa melihat strategi ini berjalan efektif dimana Witan terlihat tidak memberikan kontribusi yang berarti dan seolah-olah tidak bisa berbuat banyak selama pertandingan. Langkah, ruang dan geraknya benar-benar dimatikan oleh para pemain timnas Thailand.

Kita juga bisa melihat Egy merupakan pemain yang paling banyak dilanggar. Setiap Egy menguasai bola, selalu ada dua pemain Thailand yang mengawalnya, menutup ruangnya, mempersempit geraknya. Ini menunjukan bahwa Polking tahu apa yang menjadi kekuatan dari timnas Indonesia.

Bahkan permainan Indonesia nyaris tidak berkembang ketika trio: Egy, Witan dan Jauhari ditarik keluar. Masuknya Saddil dan Ronaldo Kwateh ternyata tidak cukup menambah daya gedor serangan untuk menciptakan peluang.

Artinya Thailand mempersiapkan pertandingan ini cukup matang. Mereka tahu betul apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan timnas Indonesia.

Sedangkan Indonesia terlihat tidak memiliki persiapan yang cukup matang layaknya Thailand.

Efektifitas dan Kolektifitas Bermain Thailand

Timnas Indonesia harusnya belajar hal ini dari timnas Thailand. Meski mereka mempunyai skill individu yang bagus, stamina yang bagus, juga kecepatan yang bagus, akan tetapi para pemain Thailand lebih mengandalkan kekompakan tim, kolektifitas bermain, kerjasama antar lini.

Menyerang pelan-pelan, build up serangan dari bawah, membuka ruang dengan kontrol bola yang apik, pasing umpan-umpan pendek, positioning, dan pergerakan tanpa bola mereka yang dinamis membuat mereka enjoy dan lebih hemat tenaga. Mereka tidak hanya mengandalkan otot namun juga otak ketika bertanding.

Bahkan trik-trik Psy war dengan sedikit bumbu drama juga kerap kali mereka tampilkan ketika mereka sudah unggul dari tim lawan. Mencoba mengulur-ngulur waktu, provokasi emosi adalah trik-trik yang juga sering mereka mainkan. Timnas Indonesia perlu sekali belajar hal-hal seperti ini dan sah-sah saja dilakukan.

Karena ini adalah sepak bola dimana banyak sekali variabel yang bisa mempengaruhi kemenangan. Bukan hanya soal fisik, stamina, atau pun skill individu, tapi juga intellegent sangat penting dimiliki oleh para pemain timnas Indonesia.

Tapi bagaimanapun garuda muda sudah bekerja keras sejauh ini. Kita layak memberikan mereka apresiasi. Karena yang terpenting sekarang adalah kembali mempersiapkan diri untuk menghadapi Harimau Malaya dalam perebutan medali perunggu dilaga nanti.

Bravo Garuda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun