Saya tidak tahu persis apa yang ada dalam benak para orangtua Indonesia ketika mereka mempunyai seorang anak. Saya juga tidak tahu persis apa yang benar-benar mereka dambakan dari anak mereka.Â
Pertanyaan dalam kepala saya ini tentu hanya tertuju kepada para orangtua di Indonesia. Ya, Indonesia. Karena saya melihat hubungan antara orangtua dan anak di Indonesia ini masih begitu kental dipengaruhi nilai-nilai budaya yang konservatif.Â
Sehingga menghasilkan relasi yang kadang tidak cukup menguntungkan untuk menumbuhkembangkan sang anak.Â
Dalam hal ini orangtua masih terus mendominasi bahkan tak sedikit orangtua yang masih mengurusi dan merecoki langkah sang anak hingga ia dewasa.Â
Tidak seperti yang terjadi pada orang-orang barat misalnya. Saya yakin mereka bisa lebih liberal dan frontal dalam hal komunikasi dan juga mendidik anak.Â
Namun anggap saja ini sebatas Hipotesa. Jangan dulu anda percayai dan telan bulat-bulat begitu saja. Saya hanya sedang mencoba menuangkan amatan dan analisis saya saja sejauh ini.Â
Satu hal yang pasti dan sering saya dengar, rata-rata orangtua di Indonesia sangat menginginkan anak yang pintar dan penurut. Itulah kira-kira yang selama ini mereka dambakan.Â
Namun benarkah orangtua di Indonesia menginginkan anaknya menjadi pintar? Untuk menjawab ini, mari kita lihat realitas yang sebenarnya dengan cara sedikit berlogika.Â
Menurut saya, pintar erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Orang yang pintar adalah mereka yang mempunyai keluwesan berpikir dan mampu menggunakan otaknya dengan optimal.Â
Tak heran berkat kemampuan berpikirnya itu, orang pintar dapat memecahkan masalah, membuat argumen, berdebat, bahkan menciptakan sesuatu dari hasil kepintarannya itu.Â