Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Inilah Pemikiran yang Seolah Benar, Namun Ternyata Salah

17 Januari 2022   01:15 Diperbarui: 17 Januari 2022   01:48 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Berpikir (Sumber: bebaspedia.com)

Ketika kita berpikir dan mengatakan bahwa matahari terbit dari timur dan kenyataan dilapangan demikian, maka itulah kebenaran.

Sebaliknya ketika kita berpikir dan mengatakan bahwa matahari itu terbit dari barat, sedangkan kenyataan dilapangan menunjukan ternyata matahari itu terbit dari timur, maka itulah kekeliruan.

Jadi, apabila kita ingin dinilai benar dalam setiap menyampaikan pendapat dan pandangan, maka setidaknya apa yang kita pikirkan dan ucapkan itu haruslah sesuai kenyataan. Bukan berupa asumsi apalagi sebuah tuduhan.

Bahkan dalam filsafat dijelaskan, bahwa ada beragam aliran yang bisa mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebenaran. Kita bisa menempuhnya melalui "Empirisme" misalnya, atau mereka yang tidak percaya hal ghaib dan tahayul bisa menempuhnya melalui jalur "Materialisme". Atau bahkan "Positivisme".

Semuanya menjadi relatif jika sudah bersinggungan dengan filsafat yang memang lebih mengedepankan "akal" sebagai alat pencarian dan penilaiannya.

Begitu rumit dan kompleksnya untuk menentukan mana jalur yang paling benar. Setiap aliran dalam filsafat akan "membenarkan" dirinya sendiri dan kita hanya bisa menikmati pemikiran-pemikiran tersebut tanpa bisa mengklaim bahwa aliran tertentu lebih benar daripada aliran yang lain.

Namun sayangnya, dalam hal beragama kita tidak bisa begitu saja mengedepankan (akal) untuk memperoleh "kebenaran". Kita juga perlu melibatkan (iman) bahkan mengedepankannya untuk memperoleh kebenaran.

Dalam islam hal tersebut terdapat pada dua istilah yakni dalil naqli dan dalil aqli. Yakni islam telah mengatur bahwa kebenaran bukan saja bersumber dari Al-qur'an, hadits, serta sunnah Nabi, tapi juga bersumber dan berasal dari aqli (akal) atau hasil pemikiran, pertimbangan para ulama-ulama terdahulu.

Jadi untuk menyikapi situasi tertentu dalam hal "beragama" kita tidak bisa hanya menggunakan dalil aqli (akal). Kebenaran yang kita punya akan menjadi "lemah" bahkan berpotensi "sesat" dan "menyimpang" jika tidak ditopang oleh dalil naqli yang bersumber pada (qur'an dan sunnah) yang berbasiskan (iman).

Sayangnya orang-orang dizaman sekarang ini lebih gemar mengedepankan akalnya dibanding iman. Orang-orang zaman sekarang lebih banyak menggunakan pendekatan dalil aqli ketimbang naqli. Kalau menurut logika atau akal pikirannya masuk akal, maka itulah kebenaran.

Jadi, tatkala ada seseorang yang jelas dan terbukti telah menista agama dan menyimpang dari ajaran agama pun, mereka yang mengedepankan "dalil aqli" akan memakluminya dan mengatakan bahwa berbeda pendapat itu adalah hal biasa. Sehingga perlu "mentoleransi" nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun