Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kerja Apa Dikerjain?

8 November 2021   20:32 Diperbarui: 8 November 2021   20:36 2738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bisa saja berontak melakukan cara-cara frontal, melawan, mencakar atau bahkan membakar hidup-hidup orang yang tidak berbuat adil seperti itu. Tapi mohon ma'af saya bukan seorang psikopat dan tidak pernah berminat menjadi seorang Joker.

Saya selalu diajarkan untuk menjadi seorang Ksatria dimana melawan kedzaliman dan kebusukan harus pula dengan cara-cara bermoral dan juga mengedepankan etika.

Saya bukan tipe fighter yang gemar menampakan diri untuk bertarung satu Vs satu. Saya lebih tepat disebut sebagai Assasin yang lebih senang merayap dalam senyap untuk melumpuhkan musuh hingga musuh tak sadar bahwa kekuatannya pelan-pelan sedang dilucuti.

Kalau saya benci dengan kodok, saya tidak akan langsung menembak kodok tersebut dengan seketika lalu mati begitu saja. Tapi yang saya lakukan adalah mengambil kodok tersebut lalu saya siapkan panci dengan air lalu saya masukan kodok tersebut kedalam panci hingga dia tersenyum kegirangan berenang dengan penuh semangat kesana kemari.

Hingga dia berpikir begitu baik dan pengertiannya saya menyiapkan arena senyaman itu untuk berenang. Namun tak lama kemudian saya akan letakan panci itu diatas kompor dengan api kecil hingga dia sumringah karena mendapat fasilitas air hangat.

Namun tak lama kemudian air yang hangat itu pelan-pelan membuat sekujur tubuhnya kepanasan, bulu-bulunya mulai rontok, setiap kulitnya mulai melepuh hingga keluar dari tulang-tulangnya dan dia pun tewas dengan sangat menyedihkan.

Sobat, anda pikir itu mungkin terlalu kejam dan berlebihan tapi itulah cara yang saya lakukan. Pelan tapi pasti, senyap namun tepat pada sasaran.

Karena bagi saya bergerilya lebih membutuhkan skill yang tinggi ketimbang berperang secara terbuka dan frontal habis-habisan yang justru malah akan lebih banyak menguras tenaga dan energi.

Bahkan salahsatu panglima perang paling tersohor yakni Tsun Zu pernah berkata, "Kemenangan terbesar itu bukan diraih pada saat kita mengalahkan musuh dengan peperangan, tapi kemenangan terbesar adalah ketika kita mampu mengalahkan musuh tanpa harus berperang." Ingat itu baik-baik!

Hal itu pula yang dilakukan oleh negara-negara adidaya macam Amerika Serikat dalam menekuk musuh-musuhnya. Mereka tidak perlu angkat senjata atau menghabiskan rudal puluhan juta dolar hanya demi meruntuhkan negara yang menjadi musuhnya.

Mereka cukup bermain sabotase melalui dinas-dinas intelijen yang mereka punya dengan senyap, rapi, sistematis namun hasilnya terbukti bisa mengobrak-abrik negara sasarannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun