Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mencoba Berbaik Sangka kepada Tuhan

31 Oktober 2021   15:51 Diperbarui: 31 Oktober 2021   15:54 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya akan memulai sebuah catatan kali ini dengan satu pertanyaan yang sangat filosofis, jika diharuskan untuk memilih, mana yang anda inginkan, hidup dalam satu jalan yang penuh kepastian atau hidup dalam satu jalan yang penuh misteri?

Simpan jawaban itu dalam benak anda baik-baik dan mulailah renungkan konsekwensi dari pilihan anda itu...

Saya pikir mustahil kita bisa mengetahui masa depan kita dengan pasti. Bahkan untuk satu jam kedepan pun kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi, karena sesungguhnya hanya Tuhan lah yang Maha Tahu tentang apa yang terbaik untuk diri kita.

Bukan hanya satu atau dua kali saya berandai-andai, jika seandainya saya begini pasti begini, jika seandainya saya A maka saya pasti A. Itulah yang seringkali tergambar dalam pikiran saya.

Saya bahkan kerap bertanya-tanya kepada Tuhan, mengapa saya dilahirkan distuasi yang tidak mendukung dan menunjang seperi sekarang ini? Tuhan seperti seolah-olah memperlambat gerak kejayaan dan kesuksesan saya.

Padahal sudah jelas-jelas saya punya potensi yang sangaattttttt luarbiasa tinggi apabila saya dilahirkan dalam situasi yang mendukung potensi saya itu.

Misalnya suatu waktu saya pernah berandai-andai, jika seandainya saya dilahirkan di keluarga yang berkecukupan lalu kemudian orangtua saya memberikan les musik terbaik untuk saya, mungkin sekarang saya sudah menjadi musisi hebat yang banyak menelurkan karya.

Jika seandainya saya dilahirkan di keluarga yang berkecukupan kemudian saya diberi pendidikan terbaik hingga lulus S2 mungkin sekarang saya sudah jadi Psikolog. Atau paling banter jadi Dosen.

Jika seandainya semua itu terjadi persis seperti yang saya andaikan, mungkin saya akan lebih cepat mendapatkan mimpi dan kesuksesan yang saya dambakan.

Begitu mudah saya berandai-andai hingga lupa bahwa kehidupan ini sejatinya milik Tuhan, mana mungkin dengan ketidaktahuan dan keterbatasan saya memahami masa depan bisa mengalahkan kekuasaan dan ke-Maha Tahuan tuhan mengenai takdir saya sendiri.

Saya lupa bahwa Tuhan bisa dengan mudah membolak-balikan kedudukan dan kejayaan seseorang. Amat sangat mudah dan spele bagi Tuhan untuk merubah semuanya, termasuk keadaan hidup saya saat ini.

Catatan ini saya tuangkan bukan sebagai surat terbuka yang saya tujukan kepada Tuhan, bukan pula rasa penyesalan dan kekecewaan saya kepada Tuhan.

Tentu saya sangat bersyukur sekali dan merasa berterimakasih kepada-Nya atas segala potensi dan kekuatan yang dia titipkan dalam diri saya.

Saya juga tidak menyesali keadaan yang saya jalani sekarang ini. Hanya saja, Tuhan mungkin punya waktu terbaik untuk saya hingga sudah saatnya saya berada pada posisi yang saya inginkan itu.

Saya hanya senang berandai-andai, lalu setelah itu mulai kembali menjalani realitas yang ada.

Tidak mudah memang menjalani realita, kita lebih senang dan tenang tercebur dalam dunia fantasi dan khayalan.

Realita itu pahit, sakit, menyulitkan dan kadang-kadang membebani. Namun semua tentu harus tetap dijalani dengan lapang dada.

Yang lebih penting dari sekarang adalah prosesnya, bukan seberapa cepat atau lambatnya saya harus sampai pada tujuan saya.

Saya percaya semua sudah Tuhan tentukan dengan amat sangat rapi, indah dan sistematis, sehingga ketika saya sudah siap menerima semuanya, saya jadi tidak lupa siapa yang memberi semua itu.

Mungkin Tuhan sengaja memperlambat kesuksesan saya suapaya saya belajar semakin banyak, bekerja semakin tekun, dan berserah diri lebih serius lagi.

Tuhan tidak ingin saya begitu mudah mendapatkannya. Karena sesuatu yang mudah didapatkan biasanya mudah sirna pula.

Kembali lagi ke pertanyaan awal dalam catatan ini, mana yang anda pilih, hidup dalam jalan kepastian atau hidup dalam jalan yang penuh misteri?

Saya pikir hidup dalam jalan yang penuh misteri lebih seru, menantang dan mengasyikan. Ketimbang hidup dalam kepastian dimana sejak awal kita sudah diberi tahu akan seperti apa nanti dimasa depan.

Terimakasih Tuhan, kau memberiku waktu lebih banyak untuk belajar dan memantaskan diri...

Sekian catatan diary singkat ini, terimakasih sudah membaca.

Filsuf Kontemporer
Reynal Prasetya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun