Bagi penulis seperti ku, kamarku adalah istana ku. Pintu kamarku terbuat dari kaca. Jendelanya terbuat dari kayu jati. Dan aku sengaja memadukan lampu neon bercahaya putih dengan lampu tumblr yang warna warni agar semuanya terlihat lebih mewah.
Ya, kemewahan bisa diciptakan. Bukan dengan uang, tapi dengan ide dan kreativitas.
Aku sengaja tidak memasang fotomu di dinding kamarku. Iya, kamu. Siapa lagi kalau bukan pacarku. Karena aku tidak bisa berkonsentrasi menulis ketika sebelumnya melihat fotomu.
Aku punya banyak koleksi parfum, tapi aku cuma punya satu gitar berwarna hitam yang sudah lama tidak terawat. Lemari ku penuh dengan baju tidur yang aku koleksi dari kecil, yang jumlahnya lebih banyak dari koleksi buku ku yang tidak seberapa.Â
Namun aku bersyukur masih punya komputer tua yang meskipun sudah agak lemot, tapi setidaknya masih bisa berfungsi untuk aku gunakan menulis di blog pribadi.
Meja belajar ku tidak terlalu besar, hanya cukup menampung beberapa buku yang aku anggap penting saja.Â
Aku juga sudah tidak punya lagi lampu kamar tidur, karena kabelnya putus digigit tikus. Mungkin bulan depan akan aku bawa ke tukang servis.Â
Apalagi kipas angin, satu tahun yang lalu dipinjam teman dan sampai sekarang belum balik lagi.
Inilah rahasianya, tepat didepan kamar ku, ada sebuah taman kecil yang sengaja aku ciptakan sendiri. Bunganya macam-macam, ada melati warna kuning, anggrek merah jambu, dan mawar putih. Aku suka ketiga warna itu. Semuanya melambangkan keceriaan.
Sudah terbayang, kan bagaimana indahnya pemandangan didepan kamarku?
Jadi, ketika aku sedang galau dan bosan, aku hanya tinggal membuka jendela kamarku saja.Â
Ide ini sebetulnya aku dapat dari seorang teman, dia adalah seorang seniman sekaligus pecinta tanaman. Dari mulai tanaman anggur hingga bonsai, dia punya banyak koleksinya.
Taman kecil itu pula yang selama ini membantuku mendapat inspirasi untuk menulis. Meski aku menulis didalam kamar, tapi pikiranku seperti sedang ada di alam bebas. Sebuah pengalaman yang mungkin belum pernah dialami oleh para penulis lain. Â
Oh iya, aku juga punya koleksi bantal Iron Man warna merah. By the way, bantal ini limited edition dan tidak banyak orang yang punya. Tanpa bantal itu sepertinya tak mungkin aku bisa tidur nyenyak. Bantal itu sudah seperti menjadi sugesti penangkal insomnia ku.Â
Ritual yang biasanya aku lakukan sebelum tidur adalah membaca lima lembar halaman buku. Buku apa saja, tidak harus spesifik. Kadang tidak sampai lima lembar halaman sih, baru dua lembar halaman saja biasanya sudah keburu diserang kantuk. Entahlah, membaca lima lembar halaman buku sudah seperti kebiasaan yang menyenangkan bagi ku.
Semenjak pandemi merebak, aku jadi lebih bersahabat dengan kamarku. Kalaupun ada orang yang mau membeli kamarku seharga apartemen mewah yang ada di Sudirman Park, jawabannya, pasti akan aku tolak. Aku tidak akan pernah menjual kamarku ini kepada siapapun. Karena kamarku adalah istanaku.
Bagaimana dengan kamarmu? Apakah sudah serasa seperti istana menurutmu? ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H