Malam itu menjadi malam yang tidak menguntungkan bagi Kang Ujang. Sebelumya Kang Ujang berhasil mengalahkan lima Dukun santet sekaligus tanpa terluka sama sekali.Â
Namun untuk pertarungan yang kedua, sang guru Dukun santet sengaja menambah personelnya menjadi sepuluh orang. Dia mengajak murid-murid nya untuk sama-sama menyerang Kang Ujang, karena merasa tidak terima dan merasa di pecundangi di pertarungan yang pertama.
Siap tidak siap Kang Ujang harus kembali bertarung, kali ini tidak mudah karena harus berhadapan langsung dengan sepuluh Dukun santet kelas kakap yang bisa saja merenggut nyawanya.
Sebagai seorang Ustadz, Kang Ujang adalah orang yang begitu sabar, meski dia keras dan tidak pandang bulu melawan kebatilan, akan tetapi dia tidak mudah terbawa emosi. Pertarungan hanyalah cara terakhir yang bisa ditempuh oleh Kang Ujang untuk menyadarkan para Dukun-dukun tersebut.
Kang Ujang tahu, bahwa bukan sebuah pekerjaan mudah untuk mengalahkan sepuluh Dukun santet sekaligus. Maka dari itu dia berusaha terlebih dulu untuk membujuk para Dukun itu dengan baik-baik, supaya mereka bisa sadar tanpa harus ada pertarungan.
Namun Dukun tetaplah Dukun, tabiatnya yang terlanjur congkak dan arogan membuatnya merasa hebat, tidak mau mengalah dan ingin selalu mencelakai orang lain. Dukun tersebut bersikukuh menantang kembali Kang Ujang untuk bertarung untuk yang kedua kalinya. Karena sang Dukun masih penasaran seberapa tinggi Ilmu Kang Ujang.Â
Kang Ujang semakin terpojok, pertikaian itu tidak lagi bisa diselesaikan dengan baik-baik. Sang Dukun tetap pada pendiriannya ingin menghancurkan Kang Ujang, jadi mau tidak mau Kang Ujang terpaksa meladeninya juga.
Setelah terjadi perdebatan yang begitu alot, akhirnya mereka sepakat untuk kembali bertarung. Sang Dukun menunjukkan dimana arena pertarungan untuk satu lawan sepuluh orang itu. Sang Dukun kemudian masuk kedalam sebuah goa tempat dimana mereka biasanya melakukan ritual.Â
Kang Ujang mengikuti dari belakang dengan santai dan tidak ada rasa takut sama sekali.
Kang Ujang mulai bersila, duduk di dekat pintu goa yang terbuat dari besi. Mereka kemudian berhadap-hadapan, sang Dukun mulai berkomat kamit, dibantu ke sembilan anak buahnya. Genta terus ditabuh mengeluarkan bunyi yang bernuansa mistik. Sementara anak buah yang lainnya tertawa-tawa seperti sengaja memanggil para setan atau iblis untuk membantu gurunya.
Kang Ujang masih fokus duduk bersila, dan terus melafalkan do'a-do'a untuk menangkal serangan ghaib dari para dukun-dukun itu. Namun tidak lama kemudian, hanya berselang sekitar dua menit, Kang Ujang terjungkal kebelakang lalu tertimpa pintu besi dan mengenai bagian wajahnya.
Kang Ujang tidak sedang berada dalam posisi yang menguntungkan. Karena dia duduk persis didekat pintu masuk, sehingga akhirnya pintu yang terbuat dari besi itu menghantam bagian wajahnya hingga robek dan menimbulkan luka yang cukup serius.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!