Cara terbaik untuk belajar sesuatu adalah dengan menemukan seorang guru. Belajar akan lebih efektif apabila kita langsung menemui dan berdiskusi dengan seorang praktisi, ketimbang hanya mengandalkan segudang teori.
Meski teori itu penting dalam proses pembelajaran, akan tetapi bertanya dan mengulik langsung pengalaman dari para praktisi tentu jauh lebih baik, karena kita bisa lebih cepat memahami apa esensi, prinsip atau paradigma tentang bidang yang ingin kita kuasai itu.
Beruntung penulis bisa berada di Rumah Besar bernama Kompasiana ini. Karena ditempat inilah penulis bisa belajar dari para praktisi literasi yang selalu konsisten membagikan pengetahuan, edukasi, maupun pengalaman-pengalaman dan kisah hidupnya yang inspiratif.
Seperti ketiga Kompasianer senior yang sudah lama malang melintang dengan segudang pengalaman dan jam terbangnya berhasil menorehkan prestasi dengan menulis lebih dari 5000 artikel di Rumah Besar ini.
Ketiga Kompasianer senior itu ialah Pak Tjiptadinata Effendi, Pak Katedrarajawen, dan Pak Rustian Al Ansori. Mereka berkesempatan membagikan kiat dan pengalamannya pada acara yang berlangsung kemarin dalam program yang secara rutin diadakan oleh Kompasiana, yakni Blogshop A to Z Kompasiana dengan tema "Bertukar Cerita dengan Mereka yang Konsisten Menulis di Kompasiana".
Suatu pagelaran acara yang berlangsung meriah, karena banyak dihadiri pula oleh Kompasianer lain secara daring. Penulis yang termasuk kedalam golongan Kompasianer Milenial tentu sangat antusias menyimak dan menyerap apa saja pengetahuan dan kiat yang mereka bagikan.
Karena berangkat dari rasa penasaran, "bagaimana caranya supaya saya bisa konsisten menulis seperti mereka?". Penulis bisa serius menyimak hingga akhir acara dan beruntungnya kebetulan pada saat itu kuota masih tersedia.
Motivasi mereka dalam menulis ternyata tidak terlalu jauh berbeda. Mereka tidak terlalu mengharapkan sesuatu dari kegiatan menulis. Semangat dan prinsip seperti itulah yang perlu kita tiru dari ketiga Kompasianer ini.
Menurut Pak Tjipta, menulis memang suatu kegiatan yang sangat ampuh untuk terapi diri. Dengan menulis kita bisa menumpahkan segala macam sampah batin untuk memulihkan jiwa ini. Bukan menjadi rahasia lagi memang, tentang khasiat menulis ini. Maka setidaknya kita perlu punya jurnal harian yang bisa kita gunakan sebagai media untuk menuangkan semua sampah batin ini.
Menurut Pak Tjipta, dalam hal menulis kita juga perlu bersedia menyediakan waktu khusus, perlu ada planning, karena menurut beliau, menulis adalah soal manajemen waktu dan disiplin diri. Maka tak heran bagi Pak Tjipta, menulis one day one article itu sudah menjadi hal biasa. Karena hal itu bisa disiasati dengan planning yang jelas, manajemen waktu dan disiplin diri.
Jika bagi Pak Tjipta menulis itu perlu planning, manajemen waktu dan disiplin diri, lain hal dengan Pak Katderarajawen, baginya dalam hal menulis kita perlu memberikan jeda. Apabila memang sedang tidak mempunyai ide, pikiran tiba-tiba blank begitu saja, tidak perlu dipaksakan menulis.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!