Rasanya memang tak lengkap bila melewati setiap fase awal bulan tanpa meninggalkan jejak di Kompasiana. Beberapa hari terlewat begitu saja, tanpa kembali menelurkan satu tulisan pun.
Jika menggunakan metode one day one article, mungkin sudah ada 12 tulisan yang tersaji, namun nyatanya 5 artikel pun belum bisa tergenapi.
Bukan karena hasrat menulis ini mulai padam, bukan pula karena bingung mau menuliskan apa, akan tetapi beberapa hari kebelakang, entah bagaimana caranya tiba-tiba ada "badai masalah" yang muncul menghantam begitu saja.
Masalah yang tadinya spele, akhirnya meletus menjadi bola api panas yang menyerembet kemana-mana, ke orang-orang sekitar. Mau tidak mau, siap tidak siap saya harus menghadapi masalah itu, apapun yang terjadi, seolah-olah kedewasaan dan kesabaran ini sedang diuji.
Saya tentu tidak bisa menceritakan secara detail apa, kenapa dan bagaimana masalah itu bisa terjadi. Namun pada intinya, beberapa hari belakangan, pikiran ini memang sedang benar-benar kacau, boro-boro bisa berpikir kreatif, sudah dua hari ini, saya pun tidak bisa tidur pulas seperti biasanya.
Namun bukan berarti sejak hari-hari yang dipenuhi masalah itu saya berhenti menulis, sebagai seorang penulis saya tetap menulis.Â
Ada sekitar 4 jurnal harian yang telah saya tulis terkait peristiwa yang tidak mengenakkan itu, namun tentu saya tak bisa begitu saja memajang tulisan itu untuk dikonsumsi oleh publik, karena itu benar-benar sangat bersifat pribadi, isinya pun berupa makian, hujatan, dan segala macam ekspresi emosional yang meledak-ledak.
Terbukti, menulis memang benar-benar memiliki manfa'at yang menyehatkan bagi jiwa, menulis adalah sebagai sebuah psychology therapy, dimana kita bisa dengan bebas mengeluarkan segala bentuk keresahan, kekesalan, sumpah serapah, dan sampah batin ini dengan puas dan gratis.
Menulis benar-benar menyehatkan. Menulis benar-benar menyembuhkan. Maka siapapun yang tak pandai menulis, maka merugilah ia.Â
Saya sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Pak Khrisna Pabichara, bahwa untuk menghasilkan tulisan yang bergizi dan berkualitas, sudah menjadi tanggung jawab penulis untuk selalu menjaga kondisi otaknya tetap bugar, karena ketika otak bugar tulisan yang tersaji pun menjadi segar. Saya sangat setuju dengan pendapat ini.
Karena benar saja, ketika otak sedang kalut, pikiran sedang kusut, kreativitas pun menjadi surut. Sulit rasanya untuk merangkai dan mengolah data menjadi rententan kata yang nyaman dibaca. Boro-boro menghasilkan tulisan yang bergizi, yang ada tulisan menjadi basi dan tidak menarik sama sekali.