Dari data tersebut, sebanyak 79% permohonan telah dikabulkan oleh pengadilan. Artinya lebih dari 479.618 pasangan menikah telah resmi bercerai di tahun 2019.
Kasus perceraian yang diajukan ternyata lebih banyak dilakukan oleh pihak istri (cerai gugat), yakni sebanyak 355.842 kasus. Sedangkan yang dilakukan oleh pihak suami (cerai talak), ada sebanyak 124.776 kasus.
Berdasarkan fakta-fakta ini kita bisa menilai, bahwa minimnya pengetahuan dan kesadaran seseorang dalam mengelola hubungan masih sangat rendah.
Akibatnya, cinta seringkali berujung memilukan, menyebabkan konflik dan pertikaian. Tidak sebahagia dan semulus yang di gembar-gemborkan oleh media lewat sinetron dan perfilman.
Ketika semua orang percaya bahwa cinta amat suci dan berharga, kenapa masih banyak yang meremehkan dan tidak mau belajar dan bertanggung jawab atas kebahagiaan cintanya sendiri?
Kita mudah mengamati perilaku remaja-remaja kita yang bahkan dari segi usia mereka belum pantas dan layak untuk memulai suatu hubungan, akan tetapi karena tergerus oleh budaya dan lingkungan, mereka dengan bangga berprilaku layaknya orang dewasa.Â
Anak SD atau SMP misalnya, Masih kecil sudah pacaran dan sayang-sayangan. Panggilannya "Ayah-Bunda" pula.
Hal tersebut sebetulnya normal dan wajar-wajar saja, seiring dengan pertumbuhan usia mereka, rasa tertarik terhadap lawan jenis pasti akan muncul.Â
Karena dulu saya pun pernah punya pengalaman demikian. Namun bedanya remaja saat ini cenderung lebih berani dan vulgar mempertontonkan prilaku bucin mereka di publik terutama media sosial.
Ketika masanya hubungan mereka kandas, alias putus cinta, sontak jiwa mereka pun mulai terguncang, galau menjadi lebih sering mereka alami. Ada yang depresi, bahkan ada yang sampai nekat memutuskan untuk gantung diri.
Menurut saya, usia yang paling ideal untuk mulai mengenal dan belajar relasi cinta adalah 17 tahun, atau selepas lulus SMA.