Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keterkaitan antara Uang dan Spiritualitas

21 Mei 2020   14:07 Diperbarui: 21 Mei 2020   14:59 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi (Sumber : corporatemonks.com)

Sejujurnya saya cukup kesulitan untuk menentukan judul beserta lead yang pas dan sesuai untuk tulisan kali ini, semakin dipikirkan malah semakin bingung tak kunjung muncul padanan kata dan diksi yang estetik.

Saya termasuk pribadi yang perfeksionis dalam menulis, sehingga untuk menyelesaikan satu buah artikel saja butuh waktu maksimal 3 hari dan baru percaya diri untuk mengunggahnya ke publik. 

Terutama untuk tulisan-tulisan yang mengupas hal-hal yang spesifik, jarang, atau tidak pernah diperbincangkan oleh banyak orang. 

Jadi, mau tidak mau saya perlu sedikit memutar otak, melakukan observasi, research, bermain retoris, dan menyodorkan argumen logis demi memuaskan para pembaca. 

Kepuasan para pembaca adalah hal utama, kualitas lebih penting daripada kuantitas. Tapi akan lebih baik jika keduanya sama-sama dikuasi oleh tiap penulis.

Ma'af bila tulisan kali ini dibuka dengan prolog yang hanya berisi basa-basi dan kurang menarik, tapi saya berjanji, esensi dari tulisan ini tidak akan mengecewakan anda, bahkan bisa memberikan insight bagi anda. 

Selama ini mungkin anda memahami uang hanya sebatas alat transaksi, sebatas alat tukar yang anda gunakan untuk membeli segala kebutuhan anda. Uang mungkin baru anda pahami sebagai wujud fisik yang hanya berupa kertas, logam, atau angka-angka yang tertera di kolom rekening anda.

Sehingga ketika sedang berurusan dengan uang, kadangkala kita bisa berbuat hal-hal yang bahkan bisa merugikan orang lain.

Uang bisa dengan mudah menyingkap sisi gelap seseorang. Uang bisa melemahkan seseorang. Uang bisa menjerumuskan seseorang pada hal-hal kelam yang belum pernah ia alami sebelumnya. 

Uang bisa menguji karakter seseorang, uang bisa menunjukkan keadaan mental seseorang, uang bisa membuat kawan menjadi lawan, uang bisa membuat seseorang jadi lupa daratan.

Tidak ada yang salah dengan uang, kita semua sama-sama butuh dan hidup karena uang. Di era modern ini, kita semua tak bisa hidup tanpa uang. Uang sangat penting bagi kehidupan kita.

Namun menjadi masalah ketika kita kurang tepat dalam memaknai uang, sehingga uang kadang terasa sulit didapat. Sudah sedemikian dikejar namun entah kenapa uang malah semakin menjauh. 

Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang kesulitan finansial? Apakah sebabnya karena rendahnya skill yang ia miliki? Atau ada hal lain yang menyebabkan seseorang sulit berkembang dalam hal finansial?

Apakah kesadaran seseorang bisa mempengaruhi keadaan finansialnya? Bagaimana seharusnya kita memaknai uang? Bagaimana caranya agar kita tidak mudah diperbudak oleh uang?

Sebenarnya, saya tidak punya kapabilitas untuk membahas perihal keuangan, namun kali ini izinkan saya untuk membedah keterkaitan antara uang dan spiritualitas.

Berikut 4 hal yang perlu anda ketahui tentang uang...

1). Uang Bukan Musuh Spiritualitas

Hal yang paling terdengar klise soal uang adalah, uang seringkali dianggap sebagai musuh spiritualitas. Sehingga ketika seseorang yang merasa yakin bahwa uang bisa menjauhkan dirinya dengan Tuhan, akan merasa kesulitan dan keberatan bila tiba-tiba ia dihadapkan pada kesempatan untuk mencapai tingkat finansial yang lebih tinggi.

Ini adalah perihal keyakinan yang mengakar di alam bawah sadar, sehingga ketika seseorang mencoba memversuskan antara uang dan spiritualitas, maka ia tak sadar telah melakukan sabotase atas dirinya sendiri dan lebih memilih hidup dalam garis kemiskinan.

Satu dalil yang biasanya sering dengungkan misalnya, "Orang kaya itu sulit masuk syurga". Benar, bisa saja orang kaya akan sulit masuk syurga, jika kekayaannya digunakan untuk bermaksiat.

Berbeda jika kelimpahan dan kekayaan harta itu digunakan dijalan Tuhan, menolong sesama dan beramal untuk banyak manusia, maka jelas kekayaan bukan sumber malapetaka akan tetapi sebuah jalan menuju syurga.

Dalam literatur agama Islam sendiri disebutkan bahwa, Nabi Sulaiman merupakan seorang Nabi yang dianugerahi harta dan kekayaan yang luar biasa berlimpah. Akan tetapi beliau tetap dekat dan tidak lupa kepada Tuhan. Beliau tetap menjadi seorang hamba yang patuh dan bisa menggunakan kekayaannya di jalan Tuhan.

2). Uang adalah Guru Spiritualitas

Daripada repot-repot menjadikan uang sebagai musuh spiritualitas, akan lebih baik kita jadikan uang sebagai guru spiritualitas.

Pasalnya lebih mudah, pergi menyepi ke sebuah gunung, atau meninggalkan semua hal-hal yang bersifat keduniawian untuk bisa dekat dengan Tuhan dan mencapai tingkat spiritual yang tinggi, ketimbang harus bersusah payah melewati ujian dan bergumul dengan uang.

Tidak sedikit orang yang memutuskan untuk pergi meninggalkan segala hal yang bersifat keduniawian demi memperoleh makna hidup sejati, ketimbang menjadikan uang sebagai guru spiritualitasnya.

Justru kita harus mampu merangkul dan menaklukkan uang, sehingga segala macam sisi gelap kita selama ini bisa cepat terungkap.

Karena hanya melalui uanglah, kita dapat memetakan dan menemukan apa saja sisi gelap diri kita yang selama ini belum muncul ke permukaan. 

Karena uang bisa mengungkap karakter, atau sifat asli seseorang dengan mudah. Kita akan mudah menilai tingkah laku dan tindak tanduk seseorang ketika ia sedang diberi kesempatan untuk mencicipi kelimpahan dan kekayaan. 

Apakah ia masih akan berlaku baik dan rendah hati atau bisa berubah menjadi sosok yang angkuh dan menjelma menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya?.

3). Uang Melampaui Angka-angka dan Wujud Material 

Dalam khazanah ilmu fisika kuantum, kita mengetahui bahwa segala sesuatu benda yang ada di alam semesta ini pada dasarnya adalah energi. Sifat dari energi sendiri adalah kekal, tidak bisa diciptakan maupun dimusnahkan. Hanya dapat berubah bentuk dari satu energi ke energi lain.

Uang juga bila dilihat dari tingkatan yang lebih halus adalah energi. Uang bukan sekedar wujud fisik yang berupa kertas ataupun logam, uang melampaui angka-angka dan wujud material.

Sehingga cara anda dalam memperoleh uang bisa menentukan dan memberikan efek signifikan terhadap kehidupan anda.

Secara nominal uang satu juta hasil kerja kuli dengan hasil korupsi sama nilainya, jika anda masukan ke tabungan tetap angka nya sama dan tidak berubah. 

Namun yang menjadi pembeda adalah energi yang terkandung dalam uang tersebut. Uang yang dihasilkan dengan cara halal tentu akan berkah bila digunakan untuk keperluan hidup.

Berbeda dengan uang yang dihasilkan dengan cara kotor, akan ada banyak timbunan energi tidak baik bila akhirnya uang itu masuk kedalam perut, sehingga bisa mengundang segala bentuk kesialan, keapesan, atau hal-hal terduga yang menyulitkan hidup.

Makanya, dalam agama Islam sendiri kita diwajibkan untuk Zakat, tujuannya adalah untuk mensucikan harta, supaya bisa bersih dari sesuatu yang bukan merupakan hak kita. 

Ingat energi itu kekal! jangan mencoba-coba untuk bermain-main dengan uang, jangan lagi mendapatkan uang dengan cara kotor, memakan uang yang bukan hak kita dan menyepelekan kewajiban membayar hak orang lain.

4). Uang Adalah Nafas Kehidupan

Salahsatu sebab yang menjadikan kita masih hidup hingga sampai saat ini karena adanya nafas yang masih mengalir di dalam tubuh.

Nafas menjadi pertanda adanya suatu kehidupan. Salahsatu syarat untuk dapat bernafas dengan lancar adalah adanya sesuatu yang masuk dan keluar. Kita menghirup dan mengeluarkan udara secara bergantian.

Begitupun dalam hal keuangan. Dalam keuangan sendiri ada istilah pemasukan dan pengeluaran, seperti proses bernafas tadi, jika ada uang yang masuk, harus adapula uang yang dikeluarkan.

Kalau kita masih saja enggan, takut, atau sayang dalam mengeluarkan uang, kita ibarat menarik nafas tapi tidak mau mengeluarkan. 

Akibatnya apa? Pasti akan terasa sesak, berat, dan sangat menyiksa tubuh. Coba saja lakukan simulasi ini selama 1 menit, anda hanya menarik nafas dan tidak mengeluarkan nya. Saya jamin anda tidak akan sanggup.

Nah, aliran finansial seringkali tidak lancar karena kita hanya fokus menarik saja, kita hanya fokus menimbun dan menyimpan uang, sampai lupa mengeluarkan nya. Ya wajar saja kalau aliran finansial nya menjadi macet.

Saya percaya bahwa setiap orang yang sudah benar-benar melimpah secara finansial akan selalu berbanding lurus dengan pengeluaran yang ia lakukan. 

Anda mungkin sudah pernah menyaksikan, ada orang yang gila-gilaan dalam bersedekah bisa sampai puluhan bahkan ratusan juta, namun entah kenapa kok rezekinya bukan nya berkurang malah bertambah?.

Sebaliknya kadang kita merasa heran, mengapa ada orang yang sudah mati-matian sebegitu ngirit nya, kok uang nya tidak bertambah-tambah?.

Nah inilah hukum kehidupan, ketika anda masih takut, sayang, untuk mengeluarkan uang, artinya anda belum siap mencapai posisi finansial yang lebih tinggi lagi. Semakin banyak uang yang anda dapatkan, akan semakin banyak juga uang yang harus anda keluarkan.

Namun dengan pemahaman ini, bukan berarti anda harus menghambur-hamburkan uang, mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu, maksudnya seperti halnya bernafas, jika ada uang yang masuk, berarti harus adapula uang yang perlu dikeluarkan.

Bayangkan, bila misalnya dalam suatu negara banyak warga masyarakat nya yang enggan mengeluarkan uang, otomatis perputaran uang menjadi macet, roda perekonomian akan melemah, ekonomi bisa runtuh!.

Mengeluarkan uang bisa menjamin kehidupan ini terus berjalan sebagaimana mana mestinya. Toh, uang akan tetap keluar pada saatnya, bila memang itu sudah menjadi hak bagi orang lain.

Dengan kesadaran ini akhirnya kita bisa memahami bahwa uang sarat dengan spiritual, kita perlu lebih aware lagi ketika sedang berurusan dengan uang. 

Dengan pemahaman ini juga bisa menentukan siap atau tidaknya kita diberi kesempatan untuk memperoleh kelimpahan, jika seandainya nanti hal itu terwujud menjadi nyata. Atau bisa menjadi pengingat untuk anda yang saat ini tengah berkelimpahan.***

Semoga Bermanfaat
Reynal Prasetya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun