Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata Masih Banyak Masyarakat yang Belum Mengerti soal Corona!

18 April 2020   10:01 Diperbarui: 18 April 2020   10:10 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh bersalaman guna mencegah penularan covid-19 (Sumber: kompas.com)

Selama masa pandemi ini, ternyata masih ada saja hal-hal, fenomena, kejadian tak terduga yang menjadi polemik. Dimulai dari pertentangan kebijakan politik, pembebasan napi, pemakaman jenazah, hingga larangan mudik, menjadi perihal menarik seakan mampu menyedot perhatian publik untuk selalu membincangkannya.

Nampaknya, kehadiran virus corona, mampu menyingkap tabir, memunculkan fakta baru, membuka watak asli sebagian manusia dan memperlihatkan salahsatu yang menjadi masalah terbesar bangsa ini.

Jika sebagian orang menyebut covid-19 merupakan tentara Tuhan, meski argumennya kurang pas, oke mungkin saja wabah ini merupakan alat guna meningkatkan spiritualitas manusia dimuka bumi. 

Mungkin manusia sedang diuji kewarasannya, manusia sedang diuji akalnya, manusia sedang diuji hati nuraninya, sebuah bangsa sedang diuji kualitasnya.

Pandemi ini benar-benar memunculkan suatu hikmah, banyak sekali pembelajaran yang bisa kita petik, meski rasanya keadaan ini terasa menyakitkan oleh hampir seluruh umat manusia.

Kita dituntut untuk bisa bertahan, untuk melawan, berjuang, mengatasi pandemi ini secara bersama-sama. Meski masih banyak yang tak mau diajak bekerjasama.

Ironisnya, akhir-akhir ini kita kerap kali dikejutkan oleh berita-berita, yang kadang membuat kita kesal, sedih, marah dalam waktu bersamaan.

Seperti sebuah berita yang pagi ini saya baca, dikutip dari kompas.com, seorang pria menodongkan pisau kepada petugas ketika melewati check point di kawasan Pasar Jumat, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (15/4/2020).

Pria yang belum diketahui identitasnya itu menodongkan pisau lantaran tidak terima diminta menggunakan masker oleh petugas.

Bukan hanya itu saja, dikutip dari gridhot.id, seorang pria berinisial B, nekat mengajak duel seorang petugas komplek karena merasa tersinggung, ketika diingatkan untuk menggunakan masker. 

Pristiwa itu terjadi di Komplek Taman Rejeki, Cibinong, Kabupaten Bogor Jawa Barat, minggu (12/4/2020).

Entah apa yang ada dalam pikiran kedua oknum tersebut, kenapa sih sampai harus sebegitu ngototnya menolak untuk diingatkan? Sampai harus berlaku kasar, sampai bawa-bawa nama institusi TNI dan Kepolisian?.

Padahal itu semata-mata demi keamanan dan keselamatan diri mereka sendiri, mengapa sampai sebegitu angkuh dan arogan perangainya?.

Terus terang saya sampai merasa sedih, kesal, marah, sekaligus malu, tak habis pikir, mengapa masih banyak masyarakat kita yang berprilaku demikian.

Menurut hemat saya, masyarakat kita itu nampaknya belum benar-benar mengerti soal corona. Lebih tepatnya lagi, tidak mau mengerti, masa bodoh, tidak peduli. Ya, tidak semuanya sih, hanya sebagian ya, saya tidak sedang mencoba mengeneralisir.

Saya mencoba mengambil sampel berdasarkan pengamatan didaerah saya saja misalnya, dari 1 kecamatan, jika dipersentasekan, mungkin hanya sekitar 30% masyarakat saja yang benar-benar mengerti, paham, peduli, waspada dan melakukan antisipasi.

Sisanya, ya anda bisa menebaknya sendiri. sekitar 70% mayoritas warga masyarakat disini belum mengerti, belum paham, bahkan tidak peduli, masa bodoh dengan situasi seperti ini.

Lalu apa landasannya, sehingga saya begitu yakin dengan data tersebut?

Setidaknya ada 4 bukti yang dapat menerangkan fenomena tersebut. 

  1. Masih Banyak yang tidak memakai masker saat keluar rumah, bahkan menolak memakai masker.
  2. Masih banyak yang berkerumun dan tidak ta'at pada anjuran Social Distancing atau Physical Distancing, padahal Kepolisian sudah melakukan Sosialisasi.
  3. Banyak yang terlalu menyepelekan dan menjadikan Corona sebagai bahan bercanda.
  4. Banyak yang tidak mengikuti informasi terkini, malas membaca dan mencari informasi dan lebih suka mengaitkan Corona dengan SARA. 

Warga masyarakat masih berkerumun dalam acara pertandingan olahraga. (Dokumen pribadi)
Warga masyarakat masih berkerumun dalam acara pertandingan olahraga. (Dokumen pribadi)

Padahal sudah ada beberapa kawasan di Sukabumi yang telah ditetapkan sebagai zona merah.

Meski dari segi jarak sendiri cukup lumayan jauh, karena itu terjadi di pusat kota, tetap saja langkah mitigasi harus dilakukan. Kewaspadaan harus ditingkatkan.

Belum lagi kejadian beberapa hari yang lalu, ketika ada seorang teman yang mengajak bersalaman, bila dia mengerti, pasti dia bisa memaklumi kalau disaat situasi seperti ini, untuk sementara waktu sebisa mungkin kita menghindari kontak fisik.

Namun bukannya malah mengerti, ketika saya mencoba mengikuti protokol pemerintah bersalaman dengan cara hanya menempatkan kedua telapak tangan didepan dada, seperti gerakan orang yang sedang meminta ma'af, eh dia malah mengolok-olok dan menertawai saya. 

Contoh bersalaman guna mencegah penularan covid-19 (Sumber: kompas.com)
Contoh bersalaman guna mencegah penularan covid-19 (Sumber: kompas.com)
Ya, saya bisa memaklumi, jika seandainya saya mudah tersinggung sama seperti seorang pria berinisial B yang ada di Bogor tadi, mungkin saya juga sudah mengajaknya berduel, hehehe.

Tapi biarlah, setiap dari kita pasti punya cara masing-masing dalam merespon pandemi ini. Ada yang waspada, melakukan antisipasi dan melakukan langkah-langkah konkret, ada juga yang hingga sampai saat ini masih tidak peduli, abai terhadap kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri.

Berdasarkan bukti-bukti tersebut, kita bisa menilai ternyata masih rendah sekali kesadaran masyarakat kita saat ini. Mungkin benar, rendahnya tingkat literasi bangsa ini juga ikut menjadi sebab mengapa hal-hal demikian terus terjadi.

Saya sepakat dengan tulisan Pak Idris Apandi, salah satu Kompasianer, yang mengungkapkan betapa pentingnya penguatan budaya literasi dalam melawan covid-19.

Masih banyak warga masyarakat kita yang belum benar-benar mengerti, paham, soal pandemi ini karena budaya literasi, melek informasi, yang masih rendah. 

Virus corona mampu memperlihatkan kelemahan bangsa ini, kita tertinggal begitu jauh dari negara-negara lain dalam segi kemajuan pendidikan.

Karena yang menjadikan sebuah negara maju, bukanlah besar wilayah atau banyak penduduknya, melainkan seberapa maju kualitas pendidikan dan budaya literasinya.

Masalah pendidikan di suatu negara memang tidak bisa diremehkan, karena kelak kita butuh orang-orang literat, orang-orang hebat, untuk meneruskan estafet kepemimpinan di negara ini.

Melalui pandemi ini kiranya cukup memberi bukti, masalah literasi di Indonesia memang harus segera ditangani. ****

Penikmat Literasi

Reynal Prasetya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun