Meski pada hakikatnya tidak ada satupun yang benar-benar orisinalitas keluar dari pikiran kita sendiri.Â
Apapun yang menjadi pola pikir, keyakinan, atau apapun yang tertanam dalam kepala kita tidak lain hanyalah hasil dari apa yang kita pelajari dari masa lalu, ataupun pengaruh dari orangtua, lingkungan, maupun tokoh atau idola yang kita elu-elukan.
Tidak ada yang benar-benar murni. Segala pikiran, ucapan, tindakan, ataupun kebiasaan kita sudah terkontaminasi oleh hal lain dari luar diri kita.
Hanya orang-orang yang berani dan mampu mengikuti kata hatinyalah, yang akan senantiasa bertindak dengan alami, bersih, murni. Karena suara hati biasanya bersumber dari Ilahi.
Begitupun dalam hal menulis. Seyogyanya kita senantiasa menulis dengan sepenuh hati. Karena suara hati selalu tau apa yang perlu kita perbuat, apa yang perlu kita lakukan, apa yang perlu kita pilih. Menulispun harus melibatkan hati bukan hanya pikiran.
Teringat apa yang disampaikan oleh Kak Widha Karina di akhir acara, jika tujuan menulis hanya sekedar untuk viral, maka headline saja tidak cukup.
Benar, untuk selalu konsisten dalam menulis, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa tujuan kita menulis.
Karena kita tidak akan tahu seberapa lama lagi kita akan terus bertahan dan semangat dalam menulis, semua ditentukan oleh niat dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Beruntungnya saya sudah menemukan sendiri jawabannya jauh-jauh hari. Sehingga selama nafas masih berhembus dan ide-ide masih terus mengalir dalam kepala, maka saya akan terus menulis, memberi inspirasi dan berkontribusi untuk literasi Indonesia yang lebih baik.
Bergabung bersama Kompasiana bukanlah sebuah kebetulan, mungkin ini merupakan peristiwa kosmik yang sudah dirancang oleh semesta sebelumnya.
Terimakasih kepada seluruh team Kompasiana, pokoknya, ditunggu ya workshop online selanjutnya.. :) ***