Kita sudah sama-sama menyaksikan dan mendengar beritanya sendiri bahwa, serangan Covid-19 memang benar-benar mampu meluluhlantakkan segala aspek kehidupan manusia.Â
Bahaya Covid-19 bukan hanya mengancam kesehatan saja, lebih dari itu, pandemi yang bermula dari kota Wuhan ini juga terbukti memukul perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia.
Sejak diberlakukannya social distancing, lalu physical distancing yang diikuti dengan instruksi pemerintah untuk melakukan semua aktifitas dirumah, kita melihat banyak beberapa perusahaan yang mulai kelabakan.Â
Tak ketinggalan para buruh sektor informal, UMKM, pedagang keliling, yang sehari-harinya mengandalkan pemasukan dengan bergantung kepada pergerakan dan mobilitas manusia harus ikut merasakan dampaknya.
Belum sebentar lagi mayoritas umat muslim akan menghadapi bulan Ramadhan, tentu saja kebutuhan dan ketersediaan pangan sudah mulai mereka pikirkan.
"Belum beli telur, belum beli beras, belum beli ayam, belum lagi beli minyak, dari mana uangnya?". Begitu keluhnya.Â
Karena mereka yang mayoritas para buruh pabrik, para karyawan swasta, para guru honorer terpaksa harus dirumahkan, bahkan ada yang terkena PHK.
Untuk wilayah Jawa Barat saja, berdasarkan data yang di himpun dilaman tirto.id, hingga 5 April 2020 ada sekitar 1.476 Perusahaan/Industri dan 53.465 pekerja/buruh yang terkena dampak Covid-19.
Dari data tersebut, sebanyak 34.365 pekerja terpaksa harus diliburkan, sebanyak 14.053 pekerja harus dirumahkan dan sebanyak 5.047 pekerja terkena PHK.
Ini baru skala Provinsi, belum skala Nasional. belum lagi mereka para pekerja dan perusahaan/industri yang belum masuk dalam data lembaga terkait.Â
Faktanya banyak sekali mereka yang benar-benar tidak bisa bekerja dirumah, ketika sekolah diliburkan, pabrik diliburkan, mereka para pekerja/buruh yang tidak bisa bekerja secara daring dan hanya mengandalkan mobilitas manusia dalam mencari nafkah tidak bisa berbuat banyak.