Selama manusia hidup, pikirannya akan tetap aktif bekerja. Memilah, mengamati, menimbang, memproses setiap informasi yang diterima oleh panca indera.Â
Pikiran manusia begitu ajaib, karena bertindak sebagai pengendali atas tindakan kita. Secara spesifik lagi dapat dikatakan bahwa pikiran manusia bisa mengubah realita.
Kenapa bisa seperti itu? Sadarkah Anda bahwa setiap keputusan yang kita pilih, tindakan yang kita lakukan merupakan manifestasi dari pikiran kita sendiri.
Jadi, barangsiapa yang tak kuasa mengendalikan pikirannya, maka ia akan terus dipermainkan dan diperbudak oleh pikirannya sendiri.Â
Sudahkah anda memanfaatkan kekuatan pikiran yang dianugerahkan Tuhan ini dengan optimal? Diarahkan ke mana saja fokus dan energi anda selama ini?
Kita tahu bahwa di dunia ini ada begitu banyak hal, fenomena, kejadian, peristiwa, tabir, dan misteri yang begitu menarik untuk diketahui.
Akan tetapi, mustahil sebagai manusia yang serba terbatas, kita dapat menampung, memproses, memikirkan, dan mengurusi hal-hal yang sebenarnya tidak begitu penting. Tidak semua kejadian, berita, fakta, gosip, bahkan konspirasi perlu kita komentari, perlu kita urusi.
Memang adakalanya kita perlu menaruh perhatian pada hal-hal yang sekiranya kurang beres. Adakalanya kita perlu ikut berkontribusi terhadap hal-hal yang mungkin bisa kita rubah. Adakalanya kita perlu mencurahkan pikiran untuk menawarkan ide dan solusi. Tentu dengan kadar yang tepat, di saat situasi dan kondisi yang tepat pula.
Mari berpikir realistis sedikit. Janganlah terlalu idealis sobat!
Bila anda berkenan, maka izinkan saya memberikan resep praktis agar anda senantiasa dapat mengontrol pikiran, fokus, dan energi Anda dengan baik, sehingga tidak mudah tergelincir untuk mengurusi dan memikirkan hal-hal yang kurang penting.
Ketika ada isu politik yang sedang hangat, ketika ada polemik pejabat yang bikin gaduh, ketika ada informasi yang belum tentu jelas sumbernya, ketika ada berita konspirasi dunia yang menghebohkan jagat maya, atau ketika ada teman yang mengajak anda berdebat tentang omnibus law misalnya, Anda pasti gerah kan? Tidak sabar untuk ikut berkomentar kan? Tidak sabar untuk menimpali dan mendebat balik dia pastinya ya?
Langsung saja segera ucapkan mantra sakti ini dalam kepala Anda, "Kira-kira ini ada duitnya gak ya?" Atau "Kira-kira saya dapat apa nih kalau ngurusin hal beginian?"
Maaf bila strategi ini terkesan matre, karena terus terang hanya itu satu-satunya cara yang menurut saya cukup ampuh dalam meredam, mengontrol energi dan fokus pikiran kita agar tidak tergelincir kepada hal-hal yang kurang penting.
Mungkin Anda memiliki teknik olah pikiran yang lebih canggih, tentu itu jauh lebih bagus. Terutama bagi Anda praktisi neuro-linguistic programming (NLP), bukanlah hal yang sulit untuk mengendalikan pikiran dan menggunakannya dengan optimal.
Namun bagi orang awam seperti saya ini, teknik tersebut sangat sederhana dan praktis, mengapa? Logikanya sederhana, kalau enggak ada duitnya buat apa di urusin? Hehehe
Tapi tenang, masih ada kok cara yang tidak terkesan matre dan lebih sehat, agar kita senantiasa bisa mengontrol pikiran dan fokus kita dengan baik.Â
Jawabannya adalah dengan bermeditasi.Â
Para pakar ilmu olah pikiran, dan para ahli spiritual sudah mengkonfirmasi, bahwa meditasi terbukti menghasilkan beberapa manfaat bagi tubuh, pikiran, dan jiwa kita.
Selain bisa menyegarkan kinerja otak, membuat hati lebih damai, meditasi juga bisa melatih pikiran agar tetap fokus dan dapat dikendalikan. Pikiran itu memang liar, jika kita yang bukan mengontrol dan menjadi tuannya, maka kita yang akan diperbudaknya.
Meditasi juga bisa membantu meningkatkan kesadaran, semakin kesadaran seseorang meningkat, maka ia akan dapat melihat apa saja hal-hal negatif yang perlu ia hindari dalam hidup.
Karena secara tidak sadar kita semua (termasuk saya) kerap kali melakukan prokrastinasi, menunda-nunda pekerjaan, mengabaikan hal-hal yang penting dan lebih fokus mengurusi hal-hal yang tidak penting.Â
Jika segala sumberdaya kekuatan diri, fokus pikiran, tenaga, digunakan untuk sesuatu yang bisa dikerjakan, digunakan untuk sesuatu yang memang berguna untuk diri sendiri, keluarga, atau masyarakat, lalu menghasilkan manfa'at yang konkret, tentu itu jauh lebih baik.
Ketimbang mengurusi, memikirkan, mengomentari, hal-hal yang jelas-jelas belum tentu menghasilkan manfa'at yang konkret.
Contoh kasus, dengan merebaknya Covid-19 di seluruh dunia, termasuk Indonesia, kita melihat perekonomian dunia semakin melemah. Banyak orang mulai merasakan dampaknya, banyak orang, termasuk para pedagang kecil yang mengakui kondisi ini.
Pada saat itu pula muncul dua kubu yang berbeda. Kubu yang pertama, mulai menyalah-nyalahkan, menuduh, mengkambinghitamkan sesuatu yang menurutnya menjadi sebab wabah itu. "Ini salah pemerintah!", "Ini perbuatan orang China!", "Ini hasil konspirasi elite global!" Dan lain-lain.Â
Dilain sisi, kubu yang kedua begitu ngotot mengkampanyekan lockdown. Bahkan ada yang dengan sengaja mengirim pesan ini secara berantai di group WhatsApp, ada juga yang secara terang-terangan mengungkapkannya di media sosial.
Yang tidak kalah heboh juga, soal pro kontra penutupan sementara tempat Ibadah. Ada yang setuju sementara waktu beribadah di rumah, ada juga yang mengecam, meledek, menyepelekan fatwa MUI, yang menurutnya tidak masuk akal jika mesjid harus dikosongkan.
Sebenarnya tidak salah juga, semua orang berhak dan bebas berkomentar, memberikan opini dan masukan. Namun satu hal yang sering mereka lupakan adalah, apakah sudah melakukan tindakan konkret yang bisa lebih terasa manfa'atnya daripada hanya sekedar berdebat dan meributkan hal yang bukan menjadi urusannya?
Sementara mereka para tenaga medis yang sedang berjuang, masyarakat golongan bawah yang kesusahan, luput dari perhatiannya.Â
Ada beberapa orang yang kadang, bahkan sering tanpa sadar terlalu fokus dengan masalah yang sebenarnya bukan urusannya. Ada yang lebih fokus memikirkan masalah negara ketimbang masalah dirinya atau keluarganya sendiri.Â
Itulah mengapa dengan bersikap realistis, kita akan secara otomatis akan terhindar dari hal-hal yang tidak begitu penting untuk kita pikirkan.
Jadi, saya harap kita semua senantiasa memfokuskan, energi, pikiran dan seluruh sumberdaya kekuatan diri kita untuk hal-hal yang lebih memberdayakan, daripada sekedar memikirkan, mengurusi urusan yang kurang penting. Apalagi kalau enggak ada duitnya. bener gak? HeheheÂ
Semoga Bermanfaat.
Reynal Prasetya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H