Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Fenomena Kepanikan Massal dan Distorsi Informasi dalam Kasus Virus Corona

5 Maret 2020   11:49 Diperbarui: 5 Maret 2020   12:00 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin (02/03/20). Presiden Jokowi bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan adanya dua WNI yang positif terinfeksi virus corona. 

Pasca pengumuman itu disampaikan, situasi di Indonesia terlihat mulai tidak kondusif, karena banyak masyarakat yang mulai panik, merasa virus corona sudah ada didepan mata dan seakan-akan siap merenggut jiwa mereka.

Mungkin anda sudah mendengar berita itu dimana-mana. Banyak orang berbondong-bondong pergi ke supermarket memborong makanan, masker, termometer, hand sanitizer, hingga bumbu dapur seperti jahe dikabarkan mulai mengalami kenaikan harga di pasaran.

Virus corona sudah sedemikian populer, hingga menjadi suatu topik yang paling sering dibicarakan. Apalagi dalam group-group WhatsApp, kita biasanya akan menerima informasi yang kadang perlu dipertanyakan lagi kebenaran dan validitasnya. 

Ditambah lagi berita simpang siur dan hoax yang bertebaran di media sosial, yang semakin menambah kepanikan masyarakat. Karena ternyata masih ada yang belum mampu membedakan antara positif terinfeksi virus corona, dengan suspect (dicurigai) terinfeksi virus corona.

Akhirnya ada sebagian orang yang merasa panik, paranoid, ketika mendengar sebuah berita bahwa di daerahnya terdapat kasus suspect virus corona. Pada saat itulah terjadi bias kognitif yang kemudian kabar tersebut di tafsirkan sendiri, lalu di sebar, dan terjadilah distorsi informasi.

Contohnya, ketika kemarin begitu hebohnya isu virus corona yang sudah menyebar ke Sukabumi, ada saja oknum-oknum yang membuat suasana semakin tidak kondusif dengan menyebarkan pesan yang tidak sesuai dengan data dan fakta yang ada. 

Sebagai warga Sukabumi, tentu saya merasa resah, sekaligus penasaran apakah kabar tersebut benar adanya atau hanya salah tafsir saja.

Ketika di telusuri, ternyata hingga sampai saat ini, belum ada data yang menunjukkan ada warga Sukabumi yang sudah positif terinfeksi virus corona. Adapun beberapa berita yang dimuat di beberapa media hanya melaporkan pasien yang baru diduga atau dicurigai (suspect) virus corona.

Padahal secara jelas-jelas dinyatakan bahwa, itu hanya baru dugaan, baru dicurigai, belum dinyatakan positif terinfeksi. Namun sudah begitu banyak yang meyakini bahwa virus corona sudah menyebar sampai ke Sukabumi.

Biasanya orang yang mudah tergelincir ke dalam bias kognitif itu adalah mereka yang malas membaca redaksi, malas membaca isi beritanya. Hanya membaca judul sesaat tanpa pernah mengkaji, menelusurinya kembali. Lalu disebarlah informasi tersebut dengan penafsirannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun