Senin (02/03/20). Presiden Jokowi bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan adanya dua WNI yang positif terinfeksi virus corona.Â
Pasca pengumuman itu disampaikan, situasi di Indonesia terlihat mulai tidak kondusif, karena banyak masyarakat yang mulai panik, merasa virus corona sudah ada didepan mata dan seakan-akan siap merenggut jiwa mereka.
Mungkin anda sudah mendengar berita itu dimana-mana. Banyak orang berbondong-bondong pergi ke supermarket memborong makanan, masker, termometer, hand sanitizer, hingga bumbu dapur seperti jahe dikabarkan mulai mengalami kenaikan harga di pasaran.
Virus corona sudah sedemikian populer, hingga menjadi suatu topik yang paling sering dibicarakan. Apalagi dalam group-group WhatsApp, kita biasanya akan menerima informasi yang kadang perlu dipertanyakan lagi kebenaran dan validitasnya.Â
Ditambah lagi berita simpang siur dan hoax yang bertebaran di media sosial, yang semakin menambah kepanikan masyarakat. Karena ternyata masih ada yang belum mampu membedakan antara positif terinfeksi virus corona, dengan suspect (dicurigai) terinfeksi virus corona.
Akhirnya ada sebagian orang yang merasa panik, paranoid, ketika mendengar sebuah berita bahwa di daerahnya terdapat kasus suspect virus corona. Pada saat itulah terjadi bias kognitif yang kemudian kabar tersebut di tafsirkan sendiri, lalu di sebar, dan terjadilah distorsi informasi.
Contohnya, ketika kemarin begitu hebohnya isu virus corona yang sudah menyebar ke Sukabumi, ada saja oknum-oknum yang membuat suasana semakin tidak kondusif dengan menyebarkan pesan yang tidak sesuai dengan data dan fakta yang ada.Â
Sebagai warga Sukabumi, tentu saya merasa resah, sekaligus penasaran apakah kabar tersebut benar adanya atau hanya salah tafsir saja.
Ketika di telusuri, ternyata hingga sampai saat ini, belum ada data yang menunjukkan ada warga Sukabumi yang sudah positif terinfeksi virus corona. Adapun beberapa berita yang dimuat di beberapa media hanya melaporkan pasien yang baru diduga atau dicurigai (suspect) virus corona.
Padahal secara jelas-jelas dinyatakan bahwa, itu hanya baru dugaan, baru dicurigai, belum dinyatakan positif terinfeksi. Namun sudah begitu banyak yang meyakini bahwa virus corona sudah menyebar sampai ke Sukabumi.
Biasanya orang yang mudah tergelincir ke dalam bias kognitif itu adalah mereka yang malas membaca redaksi, malas membaca isi beritanya. Hanya membaca judul sesaat tanpa pernah mengkaji, menelusurinya kembali. Lalu disebarlah informasi tersebut dengan penafsirannya sendiri.
Sebagai manusia yang mempunyai insting alami untuk bertahan hidup, tentu saja kita perlu waspada terhadap wabah corona ini, tapi jangan sampai akhirnya kepanikan tersebut mengambil alih akal sehat dan ketenangan kita dalam menghadapinya.
Alih-alih kita ingin terhindar dari virus tersebut, kita malah merasa cemas dan kuatir berlebihan yang justru akan menurunkan daya tahan tubuh kita sendiri, sehingga rentan terserang suatu penyakit.
Waspada bukan berarti harus takut secara berlebihan. Waspada artinya berhati-hati, berjaga-jaga, bersiap siaga dengan kemungkinan yang akan terjadi. Bukan bersikap paranoid karena terbius oleh informasi yang kebenarannya belum tervalidasi.
Pemerintah juga secara terang-terangan menghimbau kita agar jangan terlalu panik menanggapi peristiwa ini. Tidak perlu sampai membeli barang-barang kebutuhan dengan sangat berlebihan yang justru akan menimbulkan masalah baru.
Berkaitan dengan penggunaan masker, Menteri kesehatan juga menyampaikan bahwa masker harusnya hanya digunakan oleh orang yang sakit saja, sementara untuk yang sehat tidak perlu menggunakan masker. Karena hingga sampai saat ini, belum ada penelitian yang mengungkapkan bahwa virus corona bisa menular melalui udara. Virus corona hanya dapat menular melalui cairan, atau partikel yang menempel ketika terjadi kontak secara langsung dalam jarak dekat.
Tidak seperti jenis virus yang lain, virus corona atau Covid-19 ini meskipun memiliki tingkat penyebaran yang cepat, ternyata virus ini memiliki tingkat fatalitas yang rendah. sehingga tidak heran jika pasien yang sudah dinyatakan positif terinfeksi pun masih bisa santai-santai main tiktok.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh situs worldometers.info, saat ini dari total 94.302 kasus yang terjadi di 82 negara, hanya sekitar 6% orang yang meninggal dunia, sedangkan pasien yang berhasil sembuh dan kembali pulih sudah bisa mencapai 94% dari total 54.425 kasus yang telah ditangani.
Jumlah tersebut mungkin saja akan terus bertambah seiring berjalannya waktu, tapi berdasarkan data tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa tingkat kesembuhan dari virus ini terlihat lebih tinggi daripada tingkat kematiannya.
Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan virus Covid-19 ini gejalanya bisa mematikan?. Jawaban nya adalah, karena daya tahan tubuh yang lemah. Jadi masuk akal bila Profesor Chairul Anwar Nidom dari Universitas Airlangga menyarankan untuk banyak mengkonsumsi rempah-rempah, seperti Jahe, kunyit, temulawak dan sereh karena bisa meningkatkan daya tahan tubuh.
Mari kita bersikap tenang dan tidak terlalu panik berlebihan dalam menyikapi kasus ini. Cek dan telusuri kembali berita yang memang diragukan validitasnya. Kunjungi sumber-sumber yang kredibel. Jangan mudah terpengaruh oleh berita-berita yang belum bisa dipertanggung jawabkan data dan faktanya.***
Reynal Prasetya....
Referensi:Â
-Kata Kemenkes Virus Corona Tak Menyebar Via Udara dan Benda Mati
-Live Update Kasus Corona Virus
-Profesor dari Unair Ini Sarankan Masyarakat Konsumsi Rempah-rempah Cegah Penularan Virus Corona
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H