Menurut Anda, faktor apa kira-kira yang menyebabkan seseorang sulit berubah? Ya, bisa jadi karena tidak tahu caranya, atau belum menemukan alasannya.
Berubah di sini maksudnya hijrah dari suatu keadaan atau kebiasaan yang kurang baik, menuju ke suatu keadaan atau kebiasaan yang lebih baik.
Misal, yang tadinya malas menjadi rajin, yang tadinya pemalu menjadi percaya diri, yang tadinya kurang berprestasi menjadi lebih berprestasi, yang tadinya sering mengeluh menjadi optimis atau hal lain yang masih berkenaan dengan perubahan.
Nah, seringkali pada saat pertama kali kita memutuskan untuk berubah, pertanyaan awal yang biasanya terngiang di kepala kita adalah, "Bagaimana ya caranya supaya saya mampu melakukan X?" Atau "Bagaimana ya caranya supaya saya bisa berubah menjadi lebih X?"
Saya yakin, banyak orang, termasuk saya yang pernah melontarkan pertanyaan semacam itu kepada diri sendiri.
Namun, satu hal yang jarang sekali kita sadari adalah, selain kita perlu tau caranya, kita juga perlu menemukan apa sebenarnya alasan yang melatarbelakangi perubahan tersebut.
Tidak perlu jauh-jauh, misalnya begini, Anda pasti sudah tahukan dan sudah ahli bagaimana "caranya" mandi? Tapi pernah tidak, di saat hari libur Anda merasa malas sekali untuk mandi? Pernah kan?Â
Lalu, ketika tiba-tiba teman atau pacar Anda menelpon dan ia berencana akan datang kerumah Anda, barulah kemudian Anda bergegas mandi dan berdandan rapi.
Nah, inilah sebab mengapa "Why" itu tidak kalah penting daripada "How".
Seringkali kita justru terlalu sibuk mencari "How" (Caranya), namun lupa untuk menemukan "Why" (alasannya).
Ketika Anda misalnya memutuskan untuk move on dan berhenti galau dari permasalahan romansa Anda, hal yang mungkin pertama kali Anda lakukan adalah mencari tahu bagaimana caranya move on.Â
Namun karena Anda tidak boleh terus berlarut-larut dalam permasalahan Anda, Anda juga perlu menemukan alasan, "mengapa" Anda harus move on. Apa akibat yang nantinya akan Anda terima, ketika Anda terus membiarkan diri Anda hanyut dalam masalah Anda tersebut.
Banyak juga sebenarnya orang yang sudah tahu dan mengerti bagaimana caranya menulis, namun karena ia belum menemukan alasan mengapa ia harus menulis, akhirnya ia belum juga menulis, padahal mungkin sebenarnya ia memiliki potensi untuk membuat tulisan yang menarik dan menggugah para pembaca.
Atau banyak juga sebenarnya orang yang merasa dirinya belum bisa apa-apa, tidak tahu apa-apa, merasa perlu untuk belajar, namun karena ia belum menemukan alasan mengapa ia harus belajar, maka akhirnya ia tetap saja berdiam diri dan tidak bergegas untuk belajar.
Nah, seringkali, jika "Why" (alasannya) sudah ketemu, kita tidak perlu lagi repot-repot mencari "How" (bagaimana caranya).
Karena apabila kita sudah berhasil menemukan "Why" nya, maka otomatis kita akan bergerak dengan sendirinya. Tanpa perlu mencari tahu bagaimana caranya. Istilah kerennya "Just do it".
Hal ini juga tidak hanya berlaku kepada perubahan kecil saja, hal ini juga berlaku kepada hal-hal besar meliputi impian ataupun cita-cita kita.
Jadi apabila saat ini Anda merasa belum menemukan motivasi yang kuat untuk melakukan, mengerjakan, atau mencapai target tertentu, maka satu-satunya cara yang perlu Anda lakukan adalah, Anda harus terlebih dahulu menemukan "Why" dalam diri Anda.
Kira-kira alasan apa yang akan membuat Anda terus bersemangat mengejar impian Anda. Apakah karena ingin membahagiakan kedua orangtua? Apakah karena ingin populer dan diakui banyak orang? Apakah karena ingin lebih bermanfa'at dan berkontribusi untuk banyak orang? Atau apapun yang bisa menjadi sumber penggerak diri Anda.
Mulai dari sekarang, coba temukan alasan apa saja yang bisa kita gunakan sebagai sumber energi penggerak bagi diri kita masing-masing.
Karena meski sudah tahu caranya, belum tentu kita akan bergegas untuk melakukannya. Alasan sangat diperlukan sebagai pemicu perubahan.
Kesimpulannya, selain kita perlu fokus mencari caranya, kita juga perlu menemukan apa alasannya.
Jangan hanya bertanya, "Bagaimana caranya supaya saya bisa bahagia?", Tapi tanyakan juga pada diri Anda, "Mengapa saya perlu bahagia?"
Mari kita seimbangkan "How" dan "Why" dalam diri kita.
Semoga bermanfaat....
***
Sahabat Anda
Reynal Prasetya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H