Pernahkah Anda terjebak dalam situasi di mana Anda ingin menyampaikan keinginan, perasaan, atau kebutuhan Anda, namun Anda sepertinya tidak memiliki keberanian dan takut untuk menyampaikannya?
Atau ada situasi di mana Anda sebenarnya ingin mengatakan "Tidak", namun Anda lebih memilih untuk selalu "Mengiyakan" apapun yang orang lain minta?Â
Jika iya, kemungkinan besar, selama ini Anda belum bersikap Asertif dalam berkomunikasi.
Anda lebih memilih bersikap Pasif terhadap situasi tersebut, padahal mungkin jauh dalam lubuk hati Anda terdalam, Anda ingin sekali mengatakan apa yang Anda inginkan, rasakan, dan butuhkan, namun Anda lebih memilih diam dan tidak berani untuk mengutarakannya.
Anda cenderung takut untuk mengatakan "Tidak" dan segan untuk mengajukan keberatan terhadap apa yang menjadi permintaan orang lain. Karena Anda pikir itulah jalan satu-satunya yang bisa Anda lakukan selain berterus terang.
Sikap itulah yang dikatakan oleh Dr. Robert Glover sebagai "Nice Guy Syndrome". Sebuah sikap yang cenderung menghindari konflik dan selalu ingin menyenangkan semua orang.
Akan tetapi, kita tampil percaya diri dan otentik dalam menyampaikan apa yang menjadi keinginan, perasaan, maupun kebutuhan kita kepada orang lain dengan cara yang baik tanpa harus menyinggung perasaannya.
Bukan pula bersikap Agresif dengan cara ngotot, ingin mendominasi, dan memaksakan kehendak pada orang lain.
Seringkali pikiran kita diliputi perasaan tidak enak hati, apabila kita ingin berterus terang. Terlalu takut menyinggung perasaan orang, enggak enakan, masih suka memendam perasaan sendiri ketimbang mengutarakannya. Tanpa sadar kita telah menumpuk masalah kita sendiri di dalam.
Padahal seharusnya, ketika ada suatu permasalahan yang terasa mengganggu pikiran, maka akan lebih baik jika semua itu dibicarakan ataupun didiskusikan.
Karena suatu permasalahan tidak akan pernah selesai dan tidak akan pernah ditemukan inti permasalahannya, apabila kita terus bersikap pasif, namun berharap orang lain mengerti dan mengetahui apa permasalahan yang sedang kita alami.
Kita juga tidak bisa memaksa orang lain agar selalu sesuai dengan apa yang ego kita inginkan. Karena semua orang, tentu punya hak untuk memilih berbeda yang berdasar pada kebutuhan dan pendirian nya masing-masing.
Bahkan ada yang lebih parah lagi, ada juga orang yang malah sengaja mengkombinasikan keduanya. Sehingga ia menjelma menjadi sosok yang dingin, namun secara diam-diam, ia sebenarnya ingin mendominasi dan mengontrol orang lain.
Menjadi pasif atau agresif saja tidak baik, apalagi jika sampai menjadi sosok yang pasif sekaligus agresif. Bisa dipastikan komunikasi menjadi tidak sehat dan hubungan relasi bisa terancam retak karena pendekatan komunikasi yang buruk.
Menjadi asertif sebenarnya sesederhana mengatakan apa yang ingin kita katakan secara terbuka. Tidak perlu menggunakan cara-cara ataupun teknik komunikasi yang khusus.
Hanya tinggal mengatakan apa yang sebenarnya ingin kita katakan. Cukup disampaikan dengan jujur dan berterus terang tanpa harus merasa bersalah ataupun tidak enak hati.
Yang perlu kita perhatikan hanyalah bagaimana cara menyampaikannya. Sampaikan saja apa yang kita inginkan, rasakan, maupun butuhkan dengan cara yang santun. Tidak perlu memaksa, apalagi sampai ngotot, bila ternyata keinginan dan kebutuhan kita tidak dipenuhi. Karena menghormati keputusan ataupun keinginan orang lain juga merupakan sikap daripada asertif.
Bersikap asertif penting sekali untuk kita lakukan, di manapun dan dalam situasi apapun. Sikap asertif diperlukan pada saat kita menjalin hubungan interpersonal. Termasuk di dunia kerja, di dunia organisasi maupun dalam hubungan kerja sama antara dua orang.Â
Pola komunikasi yang sehat akan menentukan seberapa solid dan kuatnya suatu hubungan. Ketika komunikasi menjadi tidak sehat, biasanya akan timbul kesalahpahaman, hingga akhirnya berujung pada konflik yang bisa mengancam rusaknya suatu hubungan.
Jujur dan percaya diri merupakan kunci agar kita mampu bersikap asertif secara konsisten dalam setiap situasi.
Kita selalu mempunyai pilihan"Ya" atau "Tidak". Katakan ya, apabila kita memang setuju dengan permintaan seseorang, dan tidak usah ragu ataupun takut untuk mengatakan tidak, jika kita memang tidak setuju dengan permintaannya.
Setelah kita mengetahui bahwa asertif ternyata merupakan pendekatan komunikasi yang paling ideal dan merupakan titik keseimbangan antara pasif dan agresif, lalu apa saja langkah-langkah yang bisa kita lakukan agar kita bisa bersikap lebih asertif?Â
Berikut langkah-langkahnya:
- Pertama, santai saja. Jangan langsung katakan "Ya" terhadap satu ajakan ataupun permintaan. Tunda jawaban jika di perlukan. "Nanti saya akan kabari!"
- Setelah itu, cermati apa yang kita yakini. Apa yang akan terjadi jika kita berkata tidak.
- Buat keputusan berdasarkan pertimbangan yang masuk akal. Kita punya pilihan dan berhak untuk menentukan.
- Perlu diingat, bahwa kita tidak bisa mencegah permintaan orang lain. Tapi kita bisa mengatakan "Tidak".
- Orang lain tidak akan pernah bisa membaca pikiran kita. Jadi jika butuh atau menginginkan sesuatu, maka bicaralah.
Sudah saatnya kita bersikap asertif dalam berkomunikasi. Karena dengan menjadi asertif, kita menjadi manusia yang seutuhnya. Kita tidak mencoba berpura-pura untuk menjadi sempurna, dan tidak berusaha untuk menjadi "Nice Guy" bagi semua orang.Â
Kita hanya selalu berusaha untuk tampil otentik, dan menjadi diri sendiri dalam setiap situasi.
Semoga bermanfaat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H