Sebagai seorang kompasioner yang bisa di bilang masih belia, mendapat reward dari Kompasiana tentu menjadi sebuah momen yang tidak bisa di lupakan. Layak nya orang udik yang baru menemukan barang aneh dan langka.
Aneh, karena saya sampai tidak menyangka bisa masuk deretan pemenang K-Reward pada bulan Desember lalu ?
Langka, karena ini baru pengalaman pertama, mendapatkan hasil dari kegiatan menulis yang tidak di duga-duga.
Beda hal nya dengan kompasioner lain yang sudah senior dan sudah lama berkecimpung dalam platform blog ini, mendapat K-Reward mungkin sudah menjadi hal yang biasa, tidak terlalu aneh dan langka lagi.
Kegiatan menulis sendiri sebenarnya sudah lama saya lakukan sejak dulu, dimana waktu itu saya masih aktif berperan sebagi seorang penulis dadakan di Facebook.
Jika di hitung ke belakang mungkin tepat nya empat tahun yang lalu, dimana saya sedang merasa menggebu-gebu melahap berbagai macam buku, ketika saat itu semangat transformasi perubahan diri ini sedang mencapai puncak klimaks nya.Â
Sempat juga pernah menulis di beberapa platform blog lain, namun hasil nya nihil, beberapa platform blog yang pernah saya singgahi belum kunjung juga memberikan sensasi dan pengalaman yang berbeda bagi saya.
Akhirnya secara tidak sengaja dan seperti sebuah kebetulan pada awal November 2019 lalu, tiba-tiba saya tergerak untuk mulai menulis dan bergabung dengan Kompasiana.
Terus terang di awal-awal bergabung saya sama sekali belum terlalu paham dengan system yang di terapkan oleh Kompasiana, di awal-awal menulis, saya bahkan sempat di tegur oleh admin atas sebuah pelanggaran karena tidak mencantumkan sumber gambar Ilustrasi. :D
Wah saya tidak tahu, tapi karena pengalaman itu akhirnya saya belajar, ternyata menulis di Kompasiana memang harus juga mengikuti etika dan peraturan yang ada dan tidak boleh seenaknya.
Mungkin karena terbawa kebiasaan menulis di Facebook yang dengan bebas dan brutal menulis dengan gaya dan bahasa apapun.
Dengan seiring pengalaman itu, akhirnya perlahan saya mulai belajar kembali apa yang perlu di perbaiki dan di ubah.
Menulis ternyata gampang-gampang susah, menjadi gampang tatkala sudah terbiasa dan sering menulis, dan lumayan susah tatkala belum terbiasa dan baru mulai menulis.
Beruntung nya saya bisa belajar dari kompasioner lain yang lebih hebat dan senior dalam hal kepenulisan. Kadang saya merasa kagum dan terheran-heran, "kenapa ya yang lain kok sampai bisa lihai meracik kata-kata, gaya bahasa, yang renyah seperti itu ?"
Hmmm, seperti nya ini memang hanya soal konsistensi dan kemauan untuk terus belajar, karena pada mula nya mungkin seorang penulis hebat sekalipun pernah mendapati tulisan yang ia buat ternyata tidak menarik perhatian dan nyaman untuk di baca.
Kembali lagi soal Reward, meski nominal nya bisa di bilang tidak seberapa, akan tetapi dengan adanya Reward ini, sebenarnya sudah cukup sebagai pemicu agar kita sebagai seorang penulis sudah selayaknya terus produktif dan meningkatkan kualitas penulisan dalam setiap artikel yang di produksi.
Sayapun tergolong sebagai kompasioner yang belum puas atas hasil artikel yang saya produksi, pasalnya dari total 42 artikel yang sampai saat ini telah di produksi, ternyata yang masuk ke dalam kategori pilihan hanya berjumlah 23 artikel dan 8 artikel yang pernah bertengger di halaman artikel utama.
Tentu saja, berbeda dengan pencapaian kompasioner lain yang produktif dan sudah mampu memproduksi ratusan bahkan puluhan ribu artikel menarik yang layak dan nyaman untuk di baca.Â
Akan tetapi hobi harus tetap di jalankan, apalagi itu sudah menjadi passion kita, di samping kita bisa sharing dan berbagi pengalaman yang inspiratif, menulis juga artinya kita berupaya untuk terus meningkatkan kemampuan literasi kita.
Karena sangat di sayangkan kemampuan literasi bangsa Indonesia sebesar ini, ternyata di nilai masih rendah bila di bandingkan dengan negara-negara lain.
Padahal dengan membaca dan juga menulis, secara tidak langsung ini bisa mengaktifkan otak kita untuk terus bekerja, dan secara perlahan mengembangkan fungsi kognitif kita dengan optimal.
Seperti nya Reward memang sudah dengan sendirinya akan menjadi imbalan bagi mereka yang layak. Artinya, semakin besar wadah nya akan semakin besar juga isinya.
Yang perlu kita lakukan adalah membesarkan wadah (baca : kapasitas diri), meningkatkan kemampuan dan kompetensi kita dalam hal apapun. Karena hanya wadah yang besar yang mampu menampung isi yang banyak. Begitupun dengan Reward Kompasiana hehehe.
Salam dari kompasioner pemula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H